Liputan6.com, Jakarta - Sering kita dengan ungkapan 'kesabaran saya sudah habis'. Ungkapan tersebut biasanya muncul saat orang sedang marah.
Ini sebenarnya lucu, orang sedang marah tapi mengaku sabar. Mestinya jika bersabar maka tidak boleh marah.
Sebenarnya kesabaran itu tak pernah habis. Alhasil jika sudah habis, maka dia sudah tidak sabar.
Dai muda nan viral, Gus Iqdam dalam video unggahan TikTok singkat dalam akun @Harry, mengatakan ketika seseorang menganggap sabar ada batasnya berarti dia itu belum sepenuhnya memiliki sabar.
Nah masih ngaku sabar ada batasnya? Bagi Gus Iqdam hal itu berarti belum sabar sepenuhnya. "Sabar sing tenanan, sabar sing klimaks iku sabar sing rak enek watese," kata Gus Iqdam.
Sementara, ketika tidak sabar dan akan marah, hal yang paling penting adalah menahan amarah. Persoalan amarah dan tidak sabar ujungnya adalah kerugian diri sendiri.
Berikut ini cara mengendalikan rasa marah sesuai ajaran Rasulullah SAW.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Banyak Alasan Terjadinya Marah
Mengutip Hidayatuna.com, marah bisa terjadi karena berbagai penyebab. Baik karena masalah secara personal, dipancing oleh perilaku orang lain, mengalami kejadian yang tidak mengenakkan, teringat dengan memori masa lalu dengan peristiwa yang traumatis, hingga terjadi masalah pada hormon yang tidak stabil.
Di dalam Islam, marah terbagi menjadi marah yang terpuji dan marah yang tercela. Marah yang terpuji adalah karena alasan untuk membela dirinya sendiri, membela orang lain yang sedang direndahkan, atau membela agamanya.
Sedangkan marah yang tercela adalah marah dengan tujuan yang negatif, yakni untuk membalas dendam demi mendapatkan kepuasan bagi dirinya sendiri.
Sebagaimana hadist riwayat Bukhari dari Abu Hurairah ra berkata, seorang laki-laki berkata kepada Nabi SAW:
“Berilah aku wasiat.” Beliau menjawab, “Janganlah engkau marah.” Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, (namun) Nabi SAW (selalu) menjawab, “Janganlah engkau marah.”
Advertisement
Nabi Muhammad Bersabda 'Jangan Marah'
Di dalam hadis tersebut kita ketahui bahwa Nabi SAW sampai mengatakan “Jangan Marah” sebanyak dua kali. Kata “Jangan Marah” di dalam hadis ini memiliki dua maksud yang berbeda. Yakni untuk menahan diri saat ada penyebab yang membuat kita marah, sampai kita tidak marah lagi. Makna kedua adalah janganlah kita sampai melanjutkan marah tersebut. Jika ada yang marah sampai ingin mentalak istrinya, maka katakanlah, “Bersabarlah, tahanlah diri terlebih dahulu.”
Melalui penjelasan hadis ini telah memberitahu kepada kita bahwa sosok Nabi SAW sendiri adalah orang yang sangat baik dalam mengendalikan kemarahan. Islam sangatlah melarang segala hal yang menyebabkan kemarahan dan dampak negatifnya.
Larangan untuk marah, hal ini tidak terlepas karena banyaknya dampak negatif yang bisa ditimbulkan. Tidak hanya untuk kesehatan kita, tetapi juga berdampak kepada mental serta hubungan dengan orang-orang di sekeliling kita yang turut terganggu.
Kita bisa dijauhi oleh teman, bahkan oleh orang yang kita sayangi. Orang bisa marah karena emosinya tidak terkontrol secara baik. Tidak jarang saat marah, maka orang di sekeliling bisa mendapatkan efek buruknya. Di sisi lain tidak semua orang bisa memahami tentang masalah yang sedang menimpa diri kita.
Sedangkan dari sisi mental, dengan marah bisa membuat kita stres bahkan depresi. Kondisi ini bisa terjadi karena adanya tekanan mental dan emosi secara tidak terkendali. Hingga kemudian menyerang saraf. Sedangkan depresi bisa dialami karena stres yang terus-menerus.
Cara Mengendalikan Amarah Menurut Nabi
Marah akan menimbulkan banyak dampak negatif sehingga Rasulullah SAW pun memberikan perhatian yang lebih untuk bisa mengatasi kemarahan. Cara yang diajarkan Rasulullah adalah sebagai berikut.
1. Bacalah Kalimat Ta’awudz
Anjuran membaca ta’awudz ini berdasarkan kepada hadist riwayat Bukhari, Rasulullah saw bersabda:
“Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz: A-‘uudzubillahi minas syaithanir rajim, marahnya akan hilang.”
Diam dan Jagalah Lisan
Untuk mencegah agar marah tidak semakin meluap-luap, maka akan lebih baik jika kita diam. Selain diam, kita dianjurkan untuk menjaga lisan.
Karena dari sebuah hadist Bukhari dan Muslim diketahui ada seorang hamba yang mengucap satu kalimat tanpa memikirkan dampaknya, maka dirinya pun mendapatkan neraka.
2. Ambillah Posisi yang Lebih Rendah
Saat kita marah, biasanya kita merasa menjadi orang yang lebih tinggi dan dengan bebas melampiaskan segala marah yang dirasakan.
Oleh karena itu, ketika marah datang, segeralah posisikan diri untuk lebih rendah. Cara seperti inilah yang akan membantu untuk meredakan bahkan menghilangkan kemarahan kita.
3. Saat Marah, Ingatlah Ada Hadis Ini
Dari Muadz bin Anas Al Juhani, Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki.”
4. Ambil Wudhu atau Mandi
Setan adalah penyebab utama dari kemarahan. Kita ketahui bersama bahwa setan diciptakan dari api. Oleh karena itu, jika kita marah segeralah untuk mengambil wudu atau mandilah agar kemarahan kita bisa hilang.
Munculnya marah tidaklah bisa kita rencanakan. Karena biasanya masalah yang menjadi pemicu kemarahan kita juga datang secara tiba-tiba. Namun saat marah itu terjadi, kitalah yang harus berusaha untuk mengendalikannya.
Tentunya dengan cara-cara yang sudah Nabi saw ajarkan. Dengan begitu, marah pun bisa reda bahkan lenyap. Sehingga kita bisa menghindari berbagai bentuk dampak negatif yang ditimbulkan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda Cingebul
Advertisement