Liputan6.com, Jakarta - Asia Tenggara dan Hong Kong menjadi tuan rumah dari 228 kesepakatan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) pada 2023 dan hasilkan total USD 11,37 miliar atau sekitar Rp 178,94 triliun (asumsi kurs Rp 15.738 terhadap dolar Amerika Serikat).
Indonesia menyumbang 51 persen dari total IPO di Asia Tenggara dan Hong Kong serta memperoleh keuntungan dari 65 persen dana yang dihimpung dan mengukuhkan posisinya sebagai pemain terbaik di pasar IPO Asia Tenggara.
Advertisement
Hong Kong, menempati posisi kedua, dalam hal jumlah kesepakatan dengan 73 listing, memimpin perolehan dana sebesar USD 5,94 miliar atau sekitar Rp 93,48 triliun, melampaui Indonesia yang mengumpulkan dana sebesar USD3,55 miliar atau sekitar Rp 55,87 triliun.
Thailand dan Malaysia juga memberikan kontribusi penting dengan 37 dan 32 kesepakatan IPO, yang masing-masing menghasilkan dana sebesar US$1,06 miliar dan USD 0,79 miliar.
Sementara itu, pasar IPO Singapura lebih tenang, dengan hanya tujuh transaksi yang berhasil mengumpulkan dana sebesar US$0,03 miliar, yang menunjukkan tahun yang lebih tenang bagi negara kota tersebut.
IPO Global
Sementara itu, aktivitas IPO global berjumlah USD 121 miliar dari 1.047 IPO, merosot 31% dari tahun sebelumnya, yang menghasilkan dana sebesar USD 173,3 miliar dari 1.154 IPO.
China muncul sebagai pasar terbesar, mengumpulkan USD 45,3 miliar, diikuti oleh Amerika Serikat dengan USD 24 miliar dan India dengan USD6,6 miliar.
2023 merupakan tahun yang luar biasa bagi pasar initial public offering (IPO) Indonesia. Reformasi peraturan yang dimulai pada 2020 bertujuan mempercepat akses ke pasar publik dengan memanfaatkan booming startup teknologi yang telah membantu memacu investasi IPO di Indonesia.
Sektor Konsumen Pimpin IPO di RI
Reformasi ini telah menyebabkan masuknya perusahaan-perusahaan teknologi besar di Indonesia dalam jumlah besar. Terlebih lagi pada 2023, muncul tren baru menuju bisnis yang fokus pada keberlanjutan. Perusahaan utilitas yang bergerak dalam produksi energi terbarukan (sektor penambangan bahan dasar penting untuk pembuatan baterai kendaraan listrik) meluncurkan IPO skala besar.
Dana ini menyumbang 78 persen dari total dana yang dihimpun pada 2023. Hal ini menunjukkan meningkatnya permintaan akan investasi berkelanjutan di kawasan ini.
PwC Indonesia Capital Markets and Accounting Advisory Services Leader, Irwan Lau menuturkan, sektor konsumen memimpin dalam hal jumlah kesepakatan IPO, dengan 70 pencatatan selama tiga tahun terakhir.
Ia menuturkan, hal ini mencerminkan vitalitas ekonomi Indonesia dan meningkatnya kemakmuran dan daya beli kelas menengah. Bisnis berfokus konsumen beradaptasi dengan lanskap yang berfokus pada digital, dan melakukan transisi. dari tradisional hingga model operasional dan bisnis yang didukung oleh teknologi.
Advertisement
Saham Terkait Bisnis Berkelanjutan
"Evolusi ini tidak hanya menunjukkan keunggulan kompetitif mereka namun juga kemampuan mereka untuk memanfaatkan basis konsumen yang semakin mencari pengalaman dan kenyamanan yang lebih baik, sehingga memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata Irwan seperti dikutip dari keterangan resmi.
Irwan melanjutkan, perkembangan penting lainnya di pasar Indonesia adalah meningkatnya permintaan terhadap saham-saham bisnis yang berfokus pada keberlanjutan, sehingga mendukung inisiatif transisi energi Indonesia.
Perusahaan-perusahaan utilitas yang berspesialisasi dalam produksi energi terbarukan, serta penambang bahan-bahan penting yang penting untuk pembuatan baterai kendaraan listrik, berhasil meluncurkan IPO skala besar pada 2023.
"Tahun ini merupakan tahun yang luar biasa bagi pasar IPO Indonesia. Kami berharap kinerja masa lalu akan terus menumbuhkan optimisme yang meningkat di kalangan investor pasar IPO di tahun-tahun mendatang,” kata dia.
Peluang dan Tantangan 2024
Di Indonesia menghadirkan peluang dan tantangan pada 2024. Meskipun tahun-tahun pemilu secara historis meningkatkan sektor-sektor tertentu seperti barang konsumsi, transportasi, dan perhotelan melalui peningkatan belanja, hal-hal tersebut juga membawa ketidakpastian, yang sering kali mengarah pada perilaku investasi yang berhati-hati.
Irwan mengatakan, antisipasi terhadap kebijakan ekonomi baru setelah pemilu cenderung membuat investor lebih berhati-hati dan memilih strategi 'wait and see' pada 2024. Ketika hal ini ditambah dengan ketidakpastian geopolitik global, hal ini menciptakan lingkungan yang menantang dan memerlukan navigasi yang cerdik. oleh manajer bisnis, investor, dan pembuat kebijakan.
"Terlepas dari tantangan-tantangan ini, pasar modal Indonesia tetap menjadi pilihan yang baik bagi perusahaan-perusahaan dengan model bisnis kuat yang mencari pendanaan eksternal,” ujar Irwan.
Bursa Efek Indonesia memperkirakan ada 60-65 penawaran umum perdana pada 2024. Target ini, diimbangi dengan pandangan yang optimistis, mengakui dampak pemilu dan sekaligus menggarisbawahi potensi dunia usaha di Indonesia dalam lingkungan perekonomian yang dinamis
Advertisement