Akamai Kawinkan Teknologi Cloud dan Edge untuk Menyentuh Tampat yang Sulit Dijangkau

Akamai Technologies memperkenalkan revolusi baru bernama Generalized Edge Compute (Gecko), dengan menanamkan kemampuan komputasi cloud ke dalam jaringan edge masif.

oleh Iskandar diperbarui 04 Mar 2024, 15:00 WIB
Dok: Akamai Technologies

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah perusahaan dinilai banyak yang mengalami kendala dalam sistem, di mana arsitekstur konvensional masih memisahkan antara cloud dengan jaringan edge.

Hal ini mengakibatkan sinkronisasi layanan menjadi kurang optimal, mengakibatkan komputasi full stack masih sulit menjangkau lokasi-lokasi yang sulit dijangkau sehingga mengurangi kapabilitas layanan untuk pelanggan.

Padahal, perusahaan harus menata kembali strategi bisnis sekaligus menemukan cara tepat untuk menjalankan operasionalnya.

Jika menilik pada kebutuhan dasar untuk mengelola data dan mendukung layanan perusahaan, komputasi cloud menjadi hal yang krusial untuk ditingkatkan.

Faktor global seperti resesi ekonomi juga memberikan dampak pada kebutuhan efisiensi pengeluaran dan biaya produksi.

Begitu juga tekanan untuk semakin ramah lingkungan dengan menerapkan green business dan energi terbarukan, sehingga membuat perusahaan juga harus menyeimbangkan konsep bisnisnya dengan memperhatikan dampak terhadap sosial dan lingkungan.

Faktor lain seperti tren penggunaan Generative AI yang kian masif, ditambah kebutuhan untuk mengoptimalkan edge computing membuat perusahaan harus bergerak cepat menemukan kombinasi sistem terbaik untuk cloud mereka.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut Akamai Technologies memperkenalkan revolusi baru bernama Generalized Edge Compute (Gecko), dengan menanamkan kemampuan komputasi cloud ke dalam jaringan edge masif.

Inisiatif ini diyakini akan memberikan pengalaman lebih baik, sebab Gecko akan mendekatkan workload ke pengguna, perangkat, dan sumber data.

“Gecko adalah inovasi yang paling menarik yang pernah terjadi dalam teknologi cloud sejak satu dekade terakhir," klaim Co-Founder dan CEO Akamai, Dr. Tom Leighton, melalui keterangan tertulisnya, Senin (4/3/2024).


Mendesain Cloud Baru

Ilustrasi cloud computing. Credit: Growtika/Unsplash

Dengan menghadirkan komputasi cloud di tempat-tempat yang sulit dijangkau oleh penyedia cloud konvensional, para developer kini tidak perlu lagi memikirkan apakah akan membangun cloud terlebih dahulu atau edge.

Keuntungan lain, strategi cloud terdistribusi ini akan meningkatkan kemampuan memproses dan menganalisis AI serta data machine learning secara cepat dan efisien, sangat krusial bagi strategi IT agar relate dengan tren saat ini.

Bagi perusahaan, inisiatif ini juga membantu mereka mewujudkan desain cloud yang baru untuk memenuhi berbagai kebutuhan aplikasi modern, seperti performa lebih baik, latensi lebih rendah, dan skalabilitas global yang nyata.

Sejumlah faktor tersebut merupakan hal-hal yang belum bisa dipenuhi oleh arsitektur cloud yang ada saat ini. Gecko adalah fase roadmap berikutnya menuju teknologi cloud yang lebih terhubung yang dimulai sejak Akamai mengakuisisi Linode untuk menambahkan kemampuan komputasi cloud-native yang hemat biaya ke dalam portofolio.

Akamai mengawali roadmap ini dengan meluncurkan Akamai Connected Cloud dan menggencarkan peluncuran sejumlah core compute region baru di seluruh dunia.

“Bersama Gecko, kami melanjutkan visi ini melalui penggabungan teknologi komputasi dari platform cloud dengan kedekatan dan efisiensi edge, agar workload makin dekat ke pengguna, tak seperti penyedia cloud lainnya. Inilah yang kami maksud dengan beroperasi dalam skala global,” ucap Tom Leighton menguraikan.

 


Deretan Manfaat untuk Pengguna

Foto: www.nostra.ie

Saat ini, Gecko telah diuji coba dan dijalankan bersama sejumlah pelanggan enterprise Akamai. Targetnya, teknologi Gecko dapat memaksimalkan layanan perusahaan di bidang AI inferencing, multiplayer gaming, serta pengguna media sosial dan streaming.

Akamai tak menampik kemungkinan bahwa ke depan Gecko juga dapat diaplikasikan pada pengalaman belanja imersif, komputasi spasial, analisis data, serta IoT untuk konsumen dan industri.

Pada fase pertama, Akamai akan menghadirkan komputasi dengan dukungan untuk mesin virtual di 100 kota sebelum akhir tahun ini.

Pada 2024, Akamai membangun region baru dengan arsitektur Gecko di Hong Kong SAR; Kuala Lumpur, Malaysia; Querétaro, Meksiko; dan Johannesburg, Afrika Selatan.

Lalu di kota-kota yang belum diramaikan oleh para hyperscaler, seperti Bogotá, Kolombia; Denver, Colorado; Houston, Texas; Hamburg, Jerman; dan Marseille, Prancis.

Pembangunan region Gecko ke-10 di Santiago, Chili, direncanakan akan rampung pada akhir kuartal pertama 2024.

Di luar 10 lokasi Gecko baru ini dan 25 core compute region yang sudah ada, Akamai juga berencana memperluas jejak komputasi cloud globalnya ke ratusan kota lainnya dalam beberapa tahun ke depan.

Pada fase kedua Gecko yang direncanalkan rampung sebelum akhir tahun, Akamai akan menambahkan container ke dalam bauran itu.

Selanjutnya, di fase ketiga atau terakhir, Akamai akan menambahkan orkestrasi workload otomatis untuk memudahkan para developer dalam membuat aplikasi di ratusan lokasi yang tersebar.

Tujuan akhirnya yaitu untuk menciptakan pengalaman pengguna yang konsisten di setiap core compute region dan edge.


Infografis Journal_Fakta Tren Istilah Healing Bagi Pengguna Media Sosial (Liputan6.com/Abdillah)

Infografis Journal_Fakta Tren Istilah Healing Bagi Pengguna Media Sosial (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya