Liputan6.com, Jakarta Sudah sering berolahraga teratur dan menjaga pola makan dengan baik tapi perut masih terlihat buncit? Rupanya, salah satu dari alasan kenapa perut buncit atau bertambahnya lingkar perut di zaman modern ini bisa dikarenakan oleh stres, lho.
Sebab belly fat atau abdominal fat merupakan jenis penimbunan lemak yang paling berbahaya. Alasannya karena hal ini bisa mempengaruhi fungsi organ dalam serta menyebabkan banyak penyakit. Seperti misalnya, resistensi insulin, perlemakan hati, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, hingga diabetes.
Advertisement
Kondisi ini dikenal juga dengan sebutan cortisol belly. Dilansir dari Hindustan Times, Senin (4/3/2024), seperti yang kita ketahui bahwa stres dapat mengganggu banyak fungsi tubuh.
Sebagai respons terhadap stres, kortisol, hormon steroid, dilepaskan yang jika berlebihan dapat menyebabkan banyak komplikasi kesehatan fisik dan kesehatan mental. Nah, penumpukan lemak berlebih di sekitar perut akibat stres kronis dikenal sebagai cortisol belly.
Kelebihan kortisol dapat mempengaruhi nafsu makan dan meningkatkan penyimpanan lemak. Khususnya di area perut, dan dapat menyebabkan lemak perut.
Meskipun gaya hidup yang tidak banyak bergerak dan pola makan yang buruk sering kali dianggap sebagai penyebab peningkatan kejadian obesitas, stres juga merupakan salah satu alasan utama di balik lemak perut dan obesitas. Oleh sebab itu, Anda perlu mengetahui lebih detail mengenai apa itu cortisol belly.
Termasuk tentang bagaimana cara mencegahnya. Yuk, simak selengkapnya!
Apa Itu Cortisol Belly?
“Cortisol belly, juga disebut sebagai akumulasi lemak visceral karena paparan kortisol, hormon stres, dalam waktu lama, menimbulkan risiko kesehatan lebih dari sekadar penampilan,” kata Dr. Mohit Sharma, Senior Consultant, Internal Medicine, di Amrita Hospital, Faridabad.
Lemak perut hanyalah salah satu tanda tingginya kadar kortisol dalam aliran darah dan kerusakan jangka panjang lainnya dapat terjadi segera setelahnya.
Stres kronis, didorong oleh berbagai faktor termasuk pekerjaan, hubungan, dan gaya hidup, memicu kelenjar adrenal untuk melepaskan kortisol, mengganggu proses metabolisme dan meningkatkan penyimpanan lemak, terutama di sekitar perut.
"Akumulasi ini, yang dikenal sebagai cortisol belly, dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, gangguan metabolisme, dan komplikasi kesehatan lainnya,” tambah Dr. Sharma.
Advertisement
Kenapa Cortisol Belly Bisa Terjadi?
Selain meningkatkan kadar kortisol dalam tubuh, stres juga dapat menyebabkan Anda mengonsumsi makanan berlemak secara berlebihan dan menghambat pergerakan yang penting untuk menjaga berat badan yang sehat.
Stres kronis, yang merupakan pemicu utama, menyebabkan tingginya kadar kortisol secara berkelanjutan, yang pada gilirannya mendorong penyimpanan lemak visceral. Selain itu, pilihan makanan yang buruk, tinggi gula rafinasi, makanan olahan, dan lemak tidak sehat berkontribusi terhadap penumpukan lemak, sehingga memperburuk cortisol belly.
Gaya hidup yang tidak banyak bergerak dan olahraga yang tidak memadai semakin memperparah masalah ini, meningkatkan berat badan dan mengurangi massa otot. Sementara itu, kurang tidur mengganggu keseimbangan hormonal.
Termasuk regulasi kortisol, sehingga menyebabkan peningkatan nafsu makan dan penyimpanan lemak. Genetic predisposition juga berperan dalam kerentanan seseorang memiliki cortisol belly.
Tips Mengatasi Cortisol Belly
Untuk mengatasi cortisol belly secara efektif, diperlukan pendekatan yang serius menurut Dr Sharma. Dari manajemen stres hingga kewaspadaan, stres harus ditangani secara holistik.
Langkah pertama adalah menilai tingkat stres Anda dan tergantung pada pemicunya, perubahan gaya hidup harus dilakukan. Sebagai contoh yang bisa dilakukan, yaitu:
1. Yoga dan meditasi
Teknik pengelolaan stres seperti mindfulness meditation, latihan pernapasan dalam, dan yoga dapat membantu menurunkan kadar kortisol dan mengurangi dampaknya terhadap penumpukan lemak.
2. Diet seimbang
Menerapkan pola makan seimbang yang kaya akan makanan utuh, buah-buahan, sayuran, protein tanpa lemak, dan lemak sehat sambil meminimalkan makanan olahan dan bergula akan mengatur kadar kortisol dan mendukung upaya penurunan berat badan.
3. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik teratur, meliputi latihan aerobik, latihan kekuatan, dan latihan interval intensitas tinggi (HIIT), membantu mengurangi kadar kortisol, meningkatkan metabolisme, dan membakar lemak visceral.
4. Tidur cukup
Memprioritaskan tidur yang cukup, dengan target 7-9 jam per malam, sangat penting untuk mendukung ritme kortisol yang sehat dan fungsi metabolisme.
5. Tetap terhidrasi
Tetap terhidrasi dengan meminum air dalam jumlah yang cukup sepanjang hari semakin mendukung proses metabolisme, termasuk metabolisme lemak.
Advertisement