Liputan6.com, Jakarta - Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menyatakan bahwa kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jawa Timur pada 2023 mencapai 6.642 dengan 65 kematian. Provinsi ini menempati urutan ketiga dengan kasus tertinggi di Indonesia, setelah Jawa Barat dan Kalimantan Barat.
Diperlukan upaya berkesinambungan untuk kendalikan dan cegah DBD. Tidak hanya dengan 3M Plus (menguras bak air, menutup tempat penampungan air, mendaur ulang barang tidak terpakai, dan mencegah gigitan nyamuk melalui obat nyamuk, fogging, dan penggunaan jaring nyamuk), tapi juga melalui inovasi seperti vaksinasi dan melibatkan masyarakat secara aktif.
Advertisement
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI, dr Asik Surya MPPM menjelaskan bahwa kasus DBD pada 2023 lebih rendah dari 2022. Tahun lalu, kata Asik, terdapat 114.435 kasus dengan 894 kematian. "Dunia menargetkan nol kematian DBD pada 2030," katanya dalam sebuah kesempatan.
Lebih lanjut Asik, mengatakan, pemerintah telah melakukan langkah-langkah intervensi untuk menekan kasus DBD, yang mencakup tiga aspek utama yaitu intervensi lingkungan, intervensi vektor (nyamuk), dan intervensi pada manusia. Intervensi lingkungan termasuk pemberantasan sarang nyamuk, sementara intervensi vektor melibatkan penggunaan larvasida dan insektisida dalam fogging. Intervensi pada manusia dilakukan melalui pemberian vaksin DBD sebagai pendekatan inovatif.
Pemerintah terus berupaya bekerja sama dengan berbagai pihak untuk melakukan edukasi yang berkelanjutan kepada masyarakat mengenai perlunya perlindungan yang menyeluruh terhadap DBD, termasuk melalui Kampanye #Ayo3MPlusVaksin DBD.
Cerita Arumi Memerangi DBD
Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, mengapresiasi komitmen pemerintah dalam memerangi DBD. Ia menyatakan bahwa permasalahan DBD tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Diperlukan sinergi yang kuat untuk berkolaborasi dengan seluruh pemanku kepentingan guna mendorong kesadaran masyarakat akan bahaya dengue, dan juga pentingnya pencegahan yang inovatif untuk melindungi masyarakat luas yang berisiko terkena DBD.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Prof Dr Erwin Astha Triyono, dr SpPD KPTI FINASIM menjelaskan upaya pencegahan DBD di provinsi tersebut, termasuk program PSN dan pentingnya mengenali gejala penyakit.
Ibu Ketua PKK Provinsi Jawa Timur Periode 2019-2024, Hj Arumi Bachsin SE, menekankan pentingnya pencegahan DBD dari rumah masing-masing. Dia menyampaikan pengalamannya dan pentingnya 3M Plus dan vaksinasi.
Arumi mengatakan bahwa DBD adalah penyakit yang tidak memandang siapa yang terkena. Ia bersyukur belum pernah terkena DBD secara langsung, tapi tidak dengan suaminya, Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak.
"Suami saya, Bapak Emil, pernah mengalaminya saat berada di Jepang. Namun, yang membuat saya dan keluarga sangat memperhatikan pencegahan DBD adalah pengalaman ayah saya dulu," katanya.
"Dia memiliki teman yang kehilangan satu keluarga akibat DBD, meskipun mereka secara konsisten menerapkan 3M dan menjaga agar tidak ada genangan air di sekitar rumah. Setelah diselidiki, ternyata sumbernya adalah genangan air di belakang kulkas," tambahnya.
Sejak saat itu, Arumi dan keluarga selalu menerapkan 3M Plus. "Terlebih lagi, sekarang kita memiliki pencegahan DBD yang komprehensif, tidak hanya melalui 3M Plus dari luar, tetapi juga melalui vaksinasi dari dalam," katanya.
Advertisement