Liputan6.com, Jakarta - Mantan eksekutif Twitter antara lain mantan CEO Paraq Agrawal, mantan Chief Financial Officer Ned Segal, mantan kepala bagian hukum Vijaya Gadde, dan mantan Penasihat Umum Sean Edgett, mengajukan tuntutan hukum baru terhadap Elon Musk dan X Corp di pengadilan federal.
Hal ini karena pesangon mantan petinggi Twitter sebesar USD 128 juta atau sekitar Rp2,01 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah 15.757) belum dibayar.
Advertisement
Seperti yang dikutip dari CNBC, Selasa (5/3/2024), pengacara para mantan eksekutif Twitter tersebut mengatakan dalam aduannya setelah Elon Musk menyetujui kesepakatan untuk membeli Twitter, yang kini bernama X Corp senilai USD 44 miliar atau sekitar Rp693,14 triliun, ia membalas dendam kepada para eksekutif tersebut secara pribadi.
Selain itu, Elon Musk mencoba untuk mendapatkan kembali sebagian dari biaya yang telah dikeluarkannya dengan cara "berulang kali menolak untuk memenuhi komitmen kontrak yang sudah jelas."
Kuasa hukum mantan eksekutif Twitter tersebut menuduh Musk dan X Corp telah "membebani karyawan, tuan tanah, vendor, dan lainnya" sejak mengambil alih Twitter. Ini sebuah singgungan terhadap lebih dari 25 tuntutan hukum yang diakibatkan oleh Musk yang tidak membayar berbagai stakeholders, termasuk penyedia perangkat lunak dan layanan, serta pemilik tanah.
"Musk tidak membayar tagihannya, percaya bahwa peraturan tidak berlaku baginya, dan menggunakan kekayaan dan kekuasaannya untuk menindas siapa pun yang tidak setuju dengannya," kata pengaduan tersebut.
Keluhan tersebut juga menyinggung komentar yang dibuat Musk kepada penulis biografi resminya, Walter Isaacson, "dia akan 'memburu setiap eksekutif dan direktur Twitter' hingga mereka mati."
Tudingan terhadap Elon Musk
Pengacara mantan eksekutif Twitter berpendapat, pernyataan-pernyataan ini bukanlah omong kosong dari seorang miliarder egois yang dikelilingi oleh para pendukung yang tidak mau berhadapan dengan konsekuensi hukum dari pilihannya sendiri.
"Musk membual kepada (buku biografi Elon Musk yakni Walter Isaacson-red) secara khusus tentang bagaimana ia berencana untuk menipu para eksekutif Twitter dari tunjangan pesangon mereka untuk menyelamatkan dirinya sendiri sebesar USD 200 juta (Rp3,1 triliun),"
Gugatan tersebut, Agrawal dkk v. Musk dkk, diajukan di Distrik Utara California menyusul kabar pembicaraan penyelesaian sengketa antara X Corp. dan mantan manajer Twitter gagal dalam kasus terkait di Delaware, Woodfield v. Twitter Inc, di mana pesangon sebesar USD 500 juta atau sekitar Rp7.8 triliun yang belum dibayarkan kepada para mantan manajer dan teknisi Twitter.
Advertisement
Miliarder Elon Musk Ternyata Mau Boyong 1 Juta Orang Tinggal di Mars
Sebelumnya diberitakan, Elon Musk mengatakan sedang merancang sebuah strategi untuk memboyong 1 juta manusia ke planet Mars. Salah satu orang terkaya di dunia ini, sudah lama menyatakan harapannya untuk mengkolonisasi planet merah ini dan mengatakan bahwa manusia dapat mendarat di sana mulai tahun 2029.
Awalnya, mengutip Ladible, Selasa (20/2/2024), perusahaannya SpaceX menargetkan pendaratan di Mars pada 2024, tetapi Musk memundurkan rencana tersebut pada 2020 dengan menyatakan dia ‘sangat yakin’ akan mendaratkan manusia di sana ‘sekitar enam tahun dari sekarang’.
Meskipun demikian, Musk mengakui kemungkinan hidup bagi kloter kru di fase awal rencana sangatlah kecil. “Kamu mungkin akan gugur, di sana akan sangat tidak mengenakkan dan mungkin tidak akan mendapatkan makanan yang enak,” jelas dia dalam Musk menekankan bahayanya kondisi di sana dengan menegaskan, sejujurnya, akan ada beberapa orang yang akan gugur di fase awal.
Pada akhirnya, ia menegaskan bahwa perjalanan ini akan menjadi ‘perjalanan yang berbahaya dan penuh rintangan di mana kamu mungkin tidak akan kembali dengan selamat’
Sangat menarik, bukan?
wawancaranya pada 2021.
Cuitan Musk Mengenai Rencana Misinya ke Mars
Walaupun beberapa bulan ini ia tidak mengatakan suatu hal apapun mengenai strategi tersebut, Musk baru-baru ini menyatakan rencana tersebut masih dikembangkan dalam postingannya di X (Sebelumnya Twitter).
Dalam cuitannya, ia mengatakan: “Kami sedang mengembangkan sebuah strategi untuk membawa satu juta manusia ke planet Mars. Sebuah peradaban hanya akan melewati Penyaring Besar ketika kehidupan di Mars berhasil berkembang meskipun kapal pengangkut suplai dari Bumi tidak akan datang lagi”
Penyaring besar adalah sebuah istilah yang dikemukakan pertama kali oleh ekonom Robin Hanson yang merujuk pada sebuah ide dimana sebuah peradaban akan menghadapi rintangan untuk bisa selamat dari bencana seperti perubahan iklim hingga perang nuklir yang akan melenyapkan peradaban manusia.
Musk mengusulkan satu-satunya jalan untuk menghindari hal ini di Mars adalah dengan memastikan semua kru yang berada di planet tersebut untuk bertahan hidup di sana tanpa bergantung pada yang berada di Bumi untuk kebutuhan suplai.
Dalam sebuah konferensi virtual ‘Humans to Mars’ pada 2020, Musk mengatakan: “Pergi ke Mars, menurut saya, bukanlah sebuah masalah yang fundamental. Masalah fundamental yang sebenarnya adalah membuat sebuah pangkalan, membuat sebuah kota di Mars yang mandiri”
“Kami akan membuat sebuah pabrik bahan bakar, sebuah pangkalan di Mars sana - Mars Base Alpha - dan mengembangkannya sehingga menjadi mandiri”
“Saya ingin menekankan disini bahwa perjalanan ini akan sangat berat dan berbahaya, bukan untuk orang yang lemah. Ada kemungkinan yang cukup besar untuk mati. Perjalanan ini memang akan sangat berat, namun akan menjadi suatu hal yang membanggakan jika berhasil” tandasnya
Sepertinya untuk saat ini, tetap tinggal di Bumi menjadi suatu pilihan yang terbaik.
Advertisement