BlackRock: India dan Indonesia Punya Peluang Investasi Menjanjikan

Perusahaan investasi Amerika Serikat (AS) BlackRock menyatakan, ndia dan Indonesia perlu memperdalam pasar keuangan termasuk pasar saham dan pasar uang.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Mar 2024, 10:15 WIB
Perusahaan investasi Amerika Serikat (AS) BlackRock menilai India dan Indonesia sebagai dua negara di Asia Pasifik yang menawarkan banyak peluang investasi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan investasi Amerika Serikat (AS) BlackRock menilai India dan Indonesia sebagai dua negara di Asia Pasifik yang menawarkan banyak peluang investasi.

Hal itu disampaikan Head of APAC Credit and Fixed Income Research BlackRock, Manjesh Verma dalam investment forum di Jakarta pada Selasa, 5 Maret 2024 dikutip dari Channel News Asia, Rabu (6/3/2024). Ia menuturkan, kedua negara emerging market atau berkembang itu diuntungkan karena jumlah penduduk yang besar.

“Karena jumlah penduduk yang besar, pasar yang besar, demokrasi yang berkembang, dua negara ini menonjol karena banyak fokus dan perhatian investor yang masuk,” ujar dia.

Namun, ia menambahkan, India dan Indonesia perlu memperdalam pasar keuangan termasuk pasar saham dan pasar uang.

Pertumbuhan Ekonomi India pada 2024

Sebelumnya, India prediksi pertumbuhan ekonomi akan mencapai  7,3 persen pada kuartal pertama 2024, tingkat pertumbuhan tertinggi di antara negara-negara ekonomi utama dunia.

"Ini adalah proyeksi awal untuk tahun 2023/24," kata Kantor Statistik Nasional (NSO) India dalam pernyataannya, dikutip dari CNBC International, Senin, 8 Januari 2024.

Lembaga statistik itu menambahkan, cakupan data yang lebih baik, penerimaan pajak aktual, dan pengeluaran untuk subsidi negara dapat mempengaruhi revisi selanjutnya.

Perkiraan awal pertama mengenai produk domestik bruto (PDB) tahunan India mengikuti peningkatan perkiraan bulan lalu dari Reserve Bank of India (RBI), naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 6,5 persen.

Para analis mengatakan pertumbuhan yang melebihi 7 persen selama tiga tahun berturut-turut di tengah perlambatan global akan membantu Perdana Menteri India Narendra Modi memenangkan masa jabatan ketiga, untuk memerintah negara dengan perekonomian terbesar ketiga di Asia.

"Pertumbuhan ini terjadi pada saat kondisi global masih lemah dan hal ini bergantung pada cara pemerintah mengelola perekonomian," kata Rahul Bajoria, ekonom di Barclays Investment Bank.

 


Prediksi S&P Global Ratings

Ilustrasi bendera India (AFP Photo)

Senada, S&P Global Ratings juga memperkirakan India akan tetap menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat selama tiga tahun ke depan, menjadikannya negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia pada tahun 2030, melampaui Jepang dan Jerman.

India sendiri telag melihat ekonominya tumbuh sebesar 7,2 persen pada tahun 2022/23 dan 8,7 persen pada tahun 2021/22.

Menteri Keuangan [India](India "") Nirmala Sitharaman akan menyajikan anggaran tahunan interim pada 1 Februari mendatangX dan diperkirakan akan meningkatkan belanja infrastruktur, dibantu oleh peningkatan penerimaan pajak, sekaligus bertujuan untuk menurunkan defisit fiskal dari 5,9 persen PDB pada tahun fiskal mendatang.

 


ASEAN dan India Diprediksi Jadi Pusat Ekonomi Global, Apa Untungnya Buat Indonesia?

Ilustrasi bendera India. (Unsplash)

Sebelumnya diberitakan, Kawasan ASEAN dan India diproyeksikan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi global berkat peningkatan perdagangan dan investasi antara keduanya. Total perdagangan ASEAN-India pada 2022 meningkat sebesar 23,4 persen sebesar USD 113 miliar dari tahun sebelumnya.

Di sisi lain, investasi asing langsung (Foreign Direct Investment) dari India ke ASEAN mencapai USD 681 juta pada 2022.

World Trade Centers Association (WTCA) menyoroti potensi tersebut. WTCA berkomitmen untuk membuka kesempatan perdagangan dan investasi bagi pelaku bisnis di ASEAN-India,.

Hal ini sejalan dengan perjanjian ASEAN-India Free Trade Area (AIFTA). Sejak 2010, AIFTA telah mengurangi hambatan perdagangan ASEAN dan India dengan penghilangan tarif untuk 75% barang, mengizinkan faktur barang pihak ketiga, dan mengizinkan kumulasi regional atas penggunaan bahan baku produksi.

"AIFTA telah mengakselerasi perdagangan di sektor pertanian, perikanan, kehutanan, jasa, energi, teknologi, transportasi, manufaktur, dan masih banyak lagi. Di sisi investasi, India memiliki target sebagai pusat manufaktur dunia sehingga banyak perusahaan global telah berinvestasi. Melalui AIFTA, kerjasama antara ASEAN dan India tidak hanya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga membuka pintu investasi yang lebih luas dan berkelanjutan bagi kedua kawasan," kata, Managing Director dari World Trade Center di Bengaluru, Chennai, dan Kochi, Vineet Verma dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (1/3/2024). 

Lebih lanjut, India merupakan mitra dagang terbesar ke-4 bagi ASEAN, sekaligus menjadi negara tujuan ekspor terbesar ke-4 bagi Indonesia.

Hal ini didorong oleh faktor demografis, letak geografis, dan potensi industri. WTCA yang memiliki lebih dari 300 anggota pengembang real estate, bisnis, dan komunitas di seluruh dunia, termasuk Indonesia, mengajak pengusaha Indonesia untuk melihat peluang perdagangan dan investasi yang menguntungkan di kedua kawasan.

 


Surplus Perdagangan Indonesia

Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan impor barang dan jasa kontraksi -16,96 persen merosot dari kuartal II/2019 yang terkontraksi -6,84 persen yoy. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Pada 2023, Indonesia meraih surplus perdagangan terbesar dari India dengan nilai USD 14,1 miliar dari total nilai perdagangan USD 32,7 miliar, yang didominasi dari produk non-migas. Hal ini menjadikan India sebagai tujuan ekspor non migas terbesar Indonesia jika dibandingkan negara AIFTA lainnya. 

 WTCA Vice President of Asia Pacific Scott Wang menjelaskan komitmen WTCA dalam mendorong kemajuan bisnis anggotanya melalui berbagai penyelenggaraan forum bisnis dunia dan pelatihan. WTCA berencana memperluas jaringan keanggotaan global hingga mencapai 500 anggota dalam satu dekade ke depan untuk mendukung pertumbuhan dan keberhasilan bisnis di seluruh dunia.

“Kami melihat peluang investasi dan perdagangan Indonesia dan India semakin terbuka. Untuk itu, kami mengajak pengusaha Indonesia untuk bergabung dalam Global Business Forum (GBF) WTCA ke-54 yang akan digelar pada 3-6 Maret 2024 di Bengaluru, India. Acara ini akan menjadi forum yang inklusif bagi para investor dunia untuk berbagi ide dan peluang bisnis di sektor industri penerbangan, pangan, otomotif, bioteknologi, pendidikan, dan IT,” ujar Wang.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya