Jelang Ramadan, Harga Cabai dan Kentang di Bandung Melonjak

Kenaikan harga komoditas ini dimulai setelah pemilihan umum (Pemilu) 2024.

oleh Arie Nugraha diperbarui 06 Mar 2024, 14:28 WIB
Aneka jenis cabai dijual di Pasar Kebayoran, Jakarta, Selasa (7/3/2023). Harga cabai rawit merah di DKI Jakarta terpantau naik sudah menembus Rp 100 ribu per kilogram. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

 

Liputan6.com, Bandung - Menjelang Ramadan, harga komoditas cabai dan kentang di pasar tradisional Kota Bandung, Jabar, mengalami lonjakan.

Eli, seorang pedagang kebutuhan pokok Pasar Kosambi, mengatakan kenaikan harga komoditas ini dimulai setelah pemilihan umum (Pemilu) 2024.

"Kayak cabai, kan kalau (cabai) rawit itu Rp60 ribu sekarang jadi Rp100 ribu per kilogram. Cabai merah jadi Rp120 ribu per kilogram. Untuk sayuran lain yang naik hanya kentang saja Rp20 ribu per kilogram. Timun turun dari Rp12 ribu jadi Rp10 ribu, tomat turun dari Rp24 ribu sekarang jadi Rp20 ribu," ujar Elli, Rabu (6/3/2024).

Elli mengatakan pemicu naiknya harga cabai dan kentang itu disebabkan kurangnya pasokan dan tingginya harga yang dibanderol ke pedagang pasar.

Kondisi tersebut, ucap Elli, bertahan sampai sekarang. Elli menyebutkan untuk ketersediaan cabai dan kentang ini cukup tinggi.

"Ibu jadi berkurang belinya karena barangnya jadi mahal. Biasa beli 5 kilo misalkan jadi 3 kilo gitu. Kalau kualitas mah bagus," kata Elli.

Elli menambahkan kenaikan harga jual cabai dan kentang dikeluhkan oleh pembeli kemudian diperparah dengan naiknya harga jual beras.

 


Cadangan Beras di Jabar Ada 119 Ribu Ton

Sebelumnya, Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat (Jabar) Bey Machmudin mengatakan cadangan beras yang ada saat ini mencapai 119 ribu ton menjelang Ramadhan 1445 Hijriah tahun 2024 di gudang Badan Urusan Logistik (Bulog).

Menurut Bey cadangan beras tersebut akan bertambah sebanyak 34 ribu ton yang berasal dari hasil panen dan bantuan Pemerintah RI. Pantauannya, harga beras saat ini terdapat penurunan harga jual yang sangat minim.

"Jadi upaya stabilisasi ini tadi saya cek beras di pasar itu Rp17 ribu-15 ribu di pedagang eceran untuk yang premium berarti yang mediumnya dibawah itu. Dan di grosir sudah mulai turun Rp200-500 per kilogram," ujar Bey dalam siaran medianya, Bandung, Selasa, 5 Maret 2024.

Bey mengatakan menjelang puncak panen raya diharapkan semua harga beras dapat teratasi karena ketersediaan yang tinggi.

Harapannya selain menurunkan harga jual beras, dengan adanya puncak panen raya diharapkan harga beras akan kembali stabil.

"Tapi kan dari puncak raya panen sampai ke pasar ada proses yang dilalui. Tidak hari ini puncak raya terus besok ke pasar ada proses yang dilalui. Tapi insyaallah akan lebih stabil menuju ke harga yang wajar," kata Bey.

Bey menerangkan salah satu pemicu naiknya harga jual sehingga produksi komoditas menurun, salah satunya padi akibat berbagai faktor diantaranya gangguan cuaca seperti El Nino dan perubahan iklim.

Siasat lainnya adalah harus ada peningkatan produktivitas, pengaturan irigasi, dan ketersediaan pupuk bagi berbagai komoditas.

"Ya kita secara keseluruhan harus diperhatikan tapi untuk beras, cadangan kita aman untuk di Jawa Barat," tegas Bey.

Sedangkan untuk komoditas lain yang tengah meroket harganya, Bey menyebutkan akan terus menggelar operasi pasar seperti telur dan daging.

Harga telur di pasar tradisional dibanderol Rp 31 ribu-32 ribu per kilogram. Sementara harga jual di pasar ritel dibanderol dikisaran Rp 20 ribu-30 ribu per kilogram.

"(Harga) itu kan bisa jadi pengaruh menjelang puasa juga. Tapi kita pantau terus intinya kami ingin masyarakat mendapatkan harga wajar dan kita terus menekan inflasi," tukas Bey.

 


Panen Raya Beras di Maret-April 2024

Mengutip kanal Bisnis Liputan6.com, Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat ada sekitar 10 kota/kabupaten di Indonesia yang berpotensi besar menghasilkan beras cukup tinggi pada Maret-April 2024.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah produksi beras pada Maret 2024 diperkirakan mencapai 3,54 juta ton. Sementara April diprediksi sebanyak 4,92 juta ton.

Untuk Maret 2024, BPS mencatat Banyuasin menempati urutan pertama sebagai wilayah yang diprediksi menghasilkan beras dengan jumlah cukup besar yakni sekitar 133,68 ton beras.

Kemudian pada posisi kedua, ada Lamongan dengan prediksi capaian produksi sebanyak 98,49 ton. Lalu ketiga ada Grobogan dengan 91,33 ton dan Demak sekitar 82,90 ton.

Selanjutnya, BPS mencatat Sragen berada di posisi kelima dengan prediksi 79,98 ton. Disusul Pati dengan 73,36 ton dan juga Ngawi dengan 71,68 ton.

Ada juga Bojonegoro di posisi kedelapan dengan 66,26 ton. Kemudian Blora 60,61 ton dan Nganjuk 54,30 ton.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, prediksi capaian produksi beras tersebut tak lepas dari program gerakan tanam serentak yang digagas Kementan.

Dia meyakini program gerakan tanam serentak itu efektif dalam membantu para petani untuk meraih panen pada tepat waktu sesuai harapan dan perhitungan.

"Mudah-mudahan panen raya bisa kita laksanakan di seluruh wilayah pada Maret ini," tutur Mentan Amran.

Kemudian untuk prediksi panen 2024, BPS mencatat Indramayu sebagai wilayah yang berpotensi menghasilkan produksi beras cukup banyak yakni sekitar 114,53 ton.

Pada posisi kedua ada Cilacap dengan102,05 ton. Kemudian disusul Oku Timur di urutan ketiga dengan 94,14 ton. Sementara pada posisi keempat ada Subang dengan capaian perkiraan sebanyak 92,11 ton. Lalu ada Lamongan dengan 89,16 ton.

 

 


Wilayah Panen Raya Selanjutnya

Di urutan keenam ada Bojonegoro dengan 87,16 ton. Di bawahnya ada Lampung Tengah dengan 84,55 ton. Kemudian Grobogan dengan 82,69 ton.

Selanjutnya ada Jember dengan 78,53 ton dan terakhir Majalengka dengan prediksi capaian produksi beras sebanyak 72,10 ton.

Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Suwandi mengatakan, perkiraan capaian produksi beras ini adalah buah dari komitmen Kementan bersama para pelaku pertanian yang bergerak demi masa panen yang kembali normal.

"Kita berkomitmen penuh terhadap kondisi ini. Evaluasi terus kami lakukan agar panen bisa kami capai sebagaimana mestinya," kata dia.

Dirjen Suwandi berharap panen bisa dirasakan oleh seluruh daerah tanpa adanya kendala alam seperti fenomena El Nino yang pada tahun lalu cukup memberikan dampak kepada sektor pertanian.

"Harapan kami tentunya semua daerah, semua wilayah bisa merasakan panen dengan baik sesuai harapan. Dan kami berkomitmen untuk membantu mendorong agar panen bisa maksimal di tahun 2024," tandasnya.


Bulog Pastikan Harga dan Stok Beras Aman

Sebelumnya, Perum Bulog mengimbau masyarakat tidak perlu khawatir dengan kenaikan harga dan stok beras. Bulog menyebutkan harga beras premium di pasar mulai stabil dan stok beras juga dekati normal jelang Ramadan dan Idul Fitri 1445 Hijriah.

Hal itu disampaikan Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi seperti dikutip dari Antara, ditulis Jumat (1/3/2024).

“Masyarakat tak perlu khawatir kini harga (beras) mulai normal dan stabil. Harga beras premium yang kemarin sempat tembus Rp 17 ribuan saat ini bertahap mulai turun dan kembali ke harga di kisaran Rp 14 ribuan. Begitu juga beras medium harga mulai stabil,” ujar Bayu di Jakarta, Kamis, 29 Februari 2024.

Ia menuturkan, saat ini harga mulai stabil dan normal kembali karena pasokan beras di Pasar Induk Johar Karawang mulai masuk dari Jawa Tengah yang mulai panen raya.Sehingga ia meminta masyarakat tak perlu khawatir dengan harga dan stok beras.

Bayu menuturkan, fluktuasi harga beras yang terkadang naik kemudian normal kembali, hal tersebut sebenarnya sudah menjadi siklus tahunan. Jika dicermati, Bayu menambahkan, hal itu juga terjadi pada pertengahan tahun lalu.

"Hanya saja tahun ini memang panen agak mundur karena faktor alam. Memang faktor alam tidak bisa kita hindari. Badai El Nino yang melanda, mempengaruhi produksi yang sempat berkurang karena adanya gagal panen di sejumlah wilayah," ujar Bayu.

Selain faktor alam El Nino, Bayu juga menyinggung soal kebutuhan pupuk petani yang mahal. Hal itu juga berdampak terhadap produktivitas padi petani karena tidak semua kebutuhan pupuk petani terpenuhi.

"Tapi soal pupuk itu bukan wilayah kami. Jadi saya tidak bisa bicara banyak," tutur Bayu.

Bayu menuturkan, pasokan beras mendekati normal menjelang Ramadan dan Idul Fitri 1445 Hijriah sehingga masyarakat tak perlu risau. Saat ini stok beras di gudang Bulog mencapai 1,4 juta ton.

 


Kebutuhan Beras hingga Juni Sudah Terpenuhi

Bayu menuturkan, kebutuhan beras hingga Juni sudah terpenuhi. Pihaknya terus memasok beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) baik di Pasar Induk Beras Cipinang Jakarta Timur yang merupakan pasar grosir tingkat konsumen, hingga Pasar Johar Karawang yang merupakan pasar grosir produsen.

"Pasokan beras di Pasar Johar awalnya 500 ton per hari lalu ditambah 300 ton maka pasokan menjadi 800 ton per hari. Nanti akan masuk lagi dari daerah-daerah lain yang mulai panen sehingga harga akan mulai stabil kembali," ujar Bayu.

Bayu menegaskan, Bulog berkomitmen akan terus memantau perkembangan harga dan pasokan beras di pasar, serta melakukan langkah-langkah strategis demi menjaga stabilitas pasar dan kesejahteraan masyarakat, salah satunya dengan penyaluran beras program SPHP.

"Stok cadangan beras pemerintah di Bulog saat ini jumlahnya sangat cukup untuk kebutuhan penyaluran kebutuhan selama puasa dan Lebaran,” ujar Bayu. (Arie Nugraha)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya