Liputan6.com, Jakarta - Perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di hasil real count Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang melejit dalam hitungan hari menimbulkan dugaan anomali. Hasil real count KPU mencatat suara PSI mencapai 3,13 persen.
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Fraksi PSI DPRD DKI Jakarta, Justin Adrian meminta khalayak tak buru-buru berasumsi negatif. Menurut Justin, perolehan suara PSI itu masih wajar.
Advertisement
"Semua masih terjadi dalam batas kewajaran. Perhitungan juga masih cukup panjang, sehingga fluktuasi suara adalah hal yg sangat wajar," kata Justin dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (6/3/2024).
Dia menilai, tidak bijak berprasangka buruk ke partainya hanya karena membandingkan hasil survei sejumlah lembaga dengan hasil real count KPU terkait perolehan suara PSI. Ia menyebut, real count KPU yang harusnya menjadi rujukan publik.
"Survei adalah indikator melalui sampling ribuan responden, sedangkan perhitungan manual KPU adalah perhitungan riil dari ratusan ribu TPS (Tempat Pemungutan Suara) yang ada di Indonesia, di mana setiap suaranya dihitung," ucap Justin.
Justin menyampaikan, data internal PSI terkini menunjukkan bahwa perolehan suara PSI merangkak naik mencapai 4 persen. Meski begitu, kata dia perolehan suara masih terus dalam pemantauan.
"Kalau memang data internal PSI menyatakan kita tidak lolos 4 persen, maka PSI sudah pasti segera declare kekalahan seperti di 2019 kemarin. Tapi kini data internal kita diatas 4 persen sehingga sampai saat ini kami tetap secara ketat memantau perhitungan suara di lapangan," jelas dia.
Bahkan, lanjutnya banyak dilakukan pemulihan suara-suara PSI yang sempat hilang atau dihilangkan sebelumnya. Hal itu, ujar Justin berkat kontribusi Form C-1 Plano dari pengurus hingga simpatisan.
Ini Repons Jokowi
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku tak mau ikut campur soal isu meroketnya suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dalam beberapa hari terakhir. Meroketnya suara tersebut diduga terjadi secara anomali karena dinilai meningkat drastis.
Dia menilai hal tersebut adalah urusan partai dan lebih cocok ditanyakan kepada penyelenggara pemilu. “Itu urusan partai tanyakan ke partai, tanyakan ke KPU,” singkat Jokowi saat ditanya awal media di Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Senin (4/3/2024).
Diketahui, melonjaknya suara PSI diklaim Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie bersumber dari kantong-kantong pemilih Jokowi yang baru terakumulasi ke sistem perhitungan real count KPU.
“Saat ini masih lebih dari 70 juta suara belum dihitung dan sebagian besar berada di basis-basis pendukung Jokowi. PSI mempunyai potensi dukungan yang kuat di basis suara tersebut,” kata Grace dalam keterangan pers diterima Sabtu (2/3).
Grace mengingatkan, perbedaan antara hasil quick count dengan rekapitulasi KPU juga terjadi pada partai-partai lain. Maka dari itu dia meminta semua pihak bersikap adil, proporsional dan tidak tendensius hanya terhadap PSI.
"Kita tunggu saja hasil perhitungan akhir KPU,” jelas Grace.
Advertisement
PPP Curiga Ada "Operasi Sayang Anak" Lagi
Adapun Ketua Majelis Pertimbangan PPP Muhammad Romahurmuziy alias Romy menilai lonjakan suara PSI sangat tidak wajar. Romy pun meminta KPU dan Bawaslu untuk menyelidiki kenaikan suara signifikan yang didapat PSI.
Bahkan Romy curiga ada "operasi" yang dilakukan untuk menaikkan suara partai pimpinan putra Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep.
"Mohon atensi kepada KPU dan Bawaslu operasi apa ini? Meminjam bahasa Pak Jusuf Kalla, apakah ini operasi "sayang anak" lagi?" tulis Romy dalam akun Instagramnya dikutip Minggu (3/3/2024).
Romy meyakini ada lonjakan yang tidak wajar dari suara PSI. Berdasarkan bukti yang diklaim, terdapat terdapat 19 ribu suara dari 110 TPS. Artinya, secara rata-rata ada 173 suara untuk PSI di tiap TPS tersebut.
"Ini dari monitoringnya, saya cuplik salah satunya dari yang beredar di media sosial. Dengan suara per TPS hanya 300 suara, dan partisipasi pemilih rata-rata 75%, suara sah setiap TPS ini hanya 225 suara. Artinya, PSI menang 77% di 110 TPS itu. TIDAK MASUK AKAL!" tegas Romy.
"Saya dan DPP PPP mohon atensi dan tindak lanjut seksama KPU dan Bawaslu untuk tidak menutup mata dari penyimpangan ini!" ucap Romy.
Romy pun mengancam jika KPU tidak mengoreksi lonjakan suara PSI yang dinilai tidak wajar, maka partainya akan membawa masalah ini ke dalam hak angket DPR agar dapat diungkap dengan terang.
"Kalau ini tidak dikoreksi, PPP akan meminta hal ini bagian yang termasuk dibongkar seterang-terangnya di hak angket pekan ini!" tegas Romy.
"Saya mohon atensi KPU dan Bawaslu secara terbuka dan tindak lanjutnya secara cepat dan seksama!" imbuh Romy.