Pengganti Batu Bara PLTU, Daftar Tanaman Ini Bisa Disulap jadi Biomassa

PT PLN (Persero) berkomitmen terus mendorong program cofiring biomassa pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hal ini merupakan salah satu upaya untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

oleh Septian Deny diperbarui 06 Mar 2024, 15:20 WIB
Pemerintah siap mempensiunkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) pada acara puncak KTT G20 di Bali. (Dok. Kemenko Marves)

Liputan6.com, Jakarta PT PLN (Persero) melalui PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) berkomitmen terus mendorong program cofiring biomassa pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Hal ini merupakan salah satu upaya untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

Direktur Utama PLN EPI Iwan Agung Firstantara mengatakan, pengembangan energi biomassa menjadi salah satu komitmen perusahaan dalam menyediakan pasokan energi alternatif selain batu bara.

“Pengembangan energi biomassa sejalan dengan komitmen PLN untuk mengurangi emisi karbon melalui program cofiring PLTU,” kata Iwan di Jakarta, Rabu (6/3/2024).

Iwan mengungkapkan, program cofiring PLTU telah dilakukan PLN Group sejak 2018 silam. Tercatat, hingga tahun 2022, implementasi cofiring PLTU telah dilakukan pada 36 unit PLTU dengan produksi energi bersih mencapai 575,4 GWh dengan capaian penurunan emisi sebesar 570 ribu ton CO2e.

Menurut Iwan, komitmen pengembangan biomassa terus dijalankan perusahaan. Salah satunya dengan menginisiasi program Desa Berdaya Energi yang telah dimulai sejak Februari 2023 bersama Keraton Yogyakarta.

Bibit Tanaman

Pada saat itu PLN EPI menanaman sebanyak 50 ribu bibit tanaman energi dan pada 22 Februari 2024 PLN EPI kembali menanam 50 ribu bibit sehingga total sampai dengan saat ini PLN EPI telah menanam sebanyak 100 ribul bibit tanaman energi.

Program ini meliputi penanaman sejumlah pohon biomassa di Kelurahan Gombang, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta.

“Jenis pohon yang ditanam antaranya Gamal, Kaliandra Merah, Indigofera dan Gmelina dengan total tanaman 50.000 bibit dengan rincian 6.200 bibit Gamal, 22.400 bibit Indigofera, 7.200 bibit Gmelina dan 14.200 bibit Kaliandra Merah ,” jelas Iwan.

Iwan melanjutkan, dalam Program Desa Berdaya Energi ini PLN EPI turut melibatkan partisipasi masyarakat. 50 ribu bibit dibagikan untuk dua kelurahan dimana masing-masing mendapatkan 25 ribu bibit.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 15 ribu bibit ditanam di Tanah Kas Desa dan Sultan Ground seluas 300 rubu m2 atau 30 ha dengan kerapatan tanaman 1 Meter antar Pohon. Sebanyak 10 ribu bibit ditanam di ladang atau pekarangan warga dimana setiap warga atau KK mendapatkan 9-12 bibit pohon.

 


Keterlibatan Masyarakat

Sebanyak 28 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PT PLN (Persero) menerapkan co-firing atau pencampuran biomassa dengan batu bara.

Iwan menerangkan, keterlibatan masyarakat tidak terbatas pada kegiatan penanaman saja. Program penanaman ini memiliki manfaat bagi perekonomian bagi masyarakat dimana daun dari tanaman energi dapat digunakan untuk pakan ternak sementara sebagian rantingnya setelah 3 tahun penanaman dapat dijual ke PLN EPI untuk biomassa.

“Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menanam jenis tanaman biomassa dan menambah manfaat bagi masyarakat terutama peternak lokal,” ujar Iwan.

Iwan menegaskan, demi memastikan program ini berjalan dengan lancar, PLN EPI turut menggandeng Gabungan Kelompok Tani Mulya dari Gombang dan Gabungan kelompok Tani Asem Mulyo dari Karang Asem, Gunung Kidul, DIY dalam menjamin kelangsungan dan perawatan pohon Tanaman Energi.

"Program tersebut merupakan bentuk dukungan PLN EPI melakukan pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan dan bentuk komitmen PLN EPI dalam menjalankan bisnis penyediaan energi primer yang selalu mengedepankan environmental, social, dan governance (ESG) dan konsisten melaksanakan Sustainable Developement Goals atau SDGs," pungkas Iwan.


2,2 Juta Ton Biomassa Disiapkan Jadi Campuran Bahan Bakar 47 PLTU PLN di 2024

PLTU Paiton di Probolinggo, Jawa Timur. Dok PLN

Subholding PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) akan memasok 2,2 juta ton pada tahun ini, untuk memenuhi kebutuhan biomassa di 47 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN Grup. Volume ini naik 220 persen dibandingkan realisasi tahun 2023 sebesar 1 juta ton.

Sekretaris Perusahaan PLN EPI Mamit Setiawan mengatakan, kebutuhan biomassa dari tahun ke tahun semakin meningkat. Sebab, penggunaan biomassa ini mampu mereduksi emisi di PLTU, dan mengurangi porsi penggunaan energi fosil.

"Pada tahun ini kami akan memasok biomassa di 47 PLTU milik PLN Grup. Total kebutuhannya mencapai 2,2 juta ton. Ini naik signifikan dibandingkan realisasi tahun 2023," kata Mamit, Jumat (1/3/2024).Menurut Mamit, penggunaan biomassa tak akan mengerek biaya pokok produksi pembangkit. Harga biomassa yang terjangkau bahkan berbanding 1:1 dengan batubara membuat biomassa sangat ekonomis digunakan.

"Saat ini batubara USD 5 - 6 Sen (sekitar Rp 7.795 - 9.354) per kilo Watt hour (kWh). Biomassa juga setara dengan itu. Jika dibandingkan dengan EBT lain, biomassa ini yang paling murah," jelas Mamit.

Reduksi emisi dari penggunaan biomassa ditahun ini ditargetkan bisa mencapai 2,4 juta ton CO2. Meningkat dibandingkan realisasi penurunan emisi pada tahun 2023 sebesar 1,05 juta ton CO2.

 


Target 2025

PLN berhasil melakukan uji coba penggunaan 75 persen biomassa Woodchips (kepingan kayu) untuk bahan bakar pengganti batu bara (cofiring) di PLTU Bolok dengan kapasitas 2x16,5 Megawatt (MW) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). (Dok PLN)

Pada tahun depan, akan ada 52 PLTU yang menggunakan biomassa dengan total kebutuhan hingga 10,2 juta ton biomassa.

Untuk bisa menjaga pasokan, berbagai upaya dilakukan oleh PLN EPI. PLN EPI melakukan pemetaan digital untuk mengindentifikasi potensi biomassa yang mendukung perencanaan pasokan sebesar 2,2 Juta Ton pada tahun 2024 dan 10,2 Juta Ton pada Tahun 2025.

Pada Februari 2023, PLN EPI bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DIY, Keraton Yogyakarta, dan masyarakat Gunung Kidul, memanfaatkan lahan seluas 30 Ha dengan penanaman 50 ribu pohon dan pembibitan saat ini siap tanam sebesar 50 ribu pohon. Dimana target panen perdana tahun 2025 sebesar 25 ton/Ha/thn.

"Langkah kerjasama ini sekaligus mampu mendorong peningkatan perekonomian masyarakat. Memanfaatkan lahan tak terpakai, justru bisa memberikan dampak ekonomi sirkular bagi masyarakat," tegas Mamit.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya