Mendengar Harapan Pelaku UMKM untuk Transformasi Digital

Program UMKM Untuk Indonesia untuk Transformasi Digital 2024 merupakan program pendampingan agar UMKM naik kelas melalui digitalisasi dengan menyasar 1.000 UMKM di wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta.

oleh Tim Regional diperbarui 07 Mar 2024, 07:41 WIB
Peluncuran Program UMKM Untuk Indonesia untuk Transformasi Digital 2024 telah dilakukan pada Kamis 22 Februari 2024 yang dilakukan secara hybrid serentak di Kota Bandung, Kota Cirebon, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Bogor.

Liputan6.com, Bandung - Sejumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menjadi peserta Program UMKM Untuk Indonesia untuk Transformasi Digital 2024 menyampaikan antusiasmenya dalam hal peningkatan kemampuan pemasaran online dan memperluas akses pasar. Pelaku UMKM meminta pendampingan melalui program ini berkesinambungan agar dapat terus berlanjut.

Program ini diinisiasi oleh PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna), melalui program pemberdayaan UMKM bertajuk Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) di bawah Payung Program Keberlanjutan “Sampoerna Untuk Indonesia”, bersama Yayasan Inovasi Teknologi Indonesia (INOTEK), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta menggandeng pemerintah provinsi serta kabupaten/kota di DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Peluncuran Program UMKM Untuk Indonesia untuk Transformasi Digital 2024 telah dilakukan pada Kamis 22 Februari 2024 yang dilakukan secara hybrid serentak di Kota Bandung, Kota Cirebon, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Bogor.

Sebagai informasi, Program UMKM Untuk Indonesia untuk Transformasi Digital 2024 merupakan program pendampingan agar UMKM naik kelas melalui digitalisasi dengan menyasar 1.000 UMKM di wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta.

Lia Amalia, pemilik usaha Crispy Mushroom asal Cirebon mengatakan, pendampingan UMKM sangat penting karena mereka butuh bantuan mitra yang bisa mengarahkan dan memberikan ide baru agar usaha bisa lebih berkembang.

“Saya harap program bersama Sampoerna ini ada kelanjutannya sampai pada business matching untuk akses pasar. Yang paling dibutuhkan UMKM itu kan market dan pembiayaan. Tapi terutama marketnya, sehingga saya ikut ini ada hasilnya,’ ujarnya.

Lia menuturkan usaha Crispy Mushroom lahir dari kepedulian kepada para petani jamur yang kesulitan menjual hasil panen. Padahal jamur memiliki karakteristik mudah hancur kalau tidak lekas diolah.

“Saya awalnya petani jamur. Saya kemudian coba membuat jamur crispy pada 2014. Anak saya kemudian membawa jamur itu ke sekolahnya. Tiap hari habis, teman-temannya suka. Dari situ mulainya,” ucapnya.

Lia butuh waktu panjang dan serangkaian uji coba untuk menghasilkan produk olahan jamur yang diterima di pasar. Untuk mengasah kemampuan, Lia juga aktif mengikuti sejumlah pelatihan UMKM.

Sejalan dengan itu, aspek legalitas usaha juga dibereskan mulai dari sertifikat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sertifikat halal, dan lainnya. Ketekunannya pun berbuah manis. Crispy Mushroom telah memulai ekspor olahan jamur ke Australia dan kaldu jamur ke Oman pada 2023 lalu.

“Melalui Disperindag dan kurasi di Provinsi Jawa Barat, kami terpilih untuk ikut Indonesia Trade Expo 2023 dari Kemendag. Di situ alhamdulilah dapat kesempatan untuk ekspor,” jelasnya.

Terpisah, Leni Mariyani pemilik UMKM Dakey House berharap Program UMKM Untuk Indonesia 2024 untuk Transformasi Digital 2024 menjadi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan kapabilitas, khususnya optimalisasi penjualan online.

“Kami berharap program ini membantu bisnis kami berkembang. Sejauh ini kami mengandalkan pameran. Penjualan online sudah dicoba tapi belum optimal sehingga berharap program ini bisa mengakselerasi, kami bisa lebih optimal,” katanya.

Dakey House merupakan usaha yang memanfaatkan bahan baku kelapa yang diolah menjadi sejumlah produk seperti media tanam hingga kerajinan. Usaha ini dirintis sejak 2021 karena melihat banyak limbah kelapa di Subang yang tidak diolah.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya