Peckshield: Peretas Curi Kripto Rp 5,66 Triliun pada Februari 2024

Playdapp mengirimkan pesan kepada pihak penyerang menawarkan untuk memberikan hadiah sebesar USD 1 juta atau sekitar Rp 15,68 miliar untuk mengembalikan dana yang dicuri.

oleh Agustina Melani diperbarui 07 Mar 2024, 06:00 WIB
Hacker atau peretas kripto mendapatkan untung sepanjang Februari 2024. Peretas kripto telah mencuri USD 360,83 juta atau sekitar Rp 5,66 triliun. (Foto: Unsplash/Andre Francois M.)

Liputan6.com, Jakarta - Hacker atau peretas kripto mendapatkan untung sepanjang Februari 2024. Peretas kripto telah mencuri USD 360,83 juta atau sekitar Rp 5,66 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.698).

Dikutip dari bitcoin.com, ditulis Kamis (7/3/2024), pencurian kripto itu terjadi dari 21 serangan selama Februari 2024, dan hampir melonjak dua kali lipat dari pencurian Januari. Hal itu berdasarkan laporan Peckshield, perusahaan keamanan dan audit kripto dan blockchain.

Peckshield melaporkan penyerangan terbesar pada Januari melibatkan Playdapp, platform gaming kripto yang kehilangan jutaan PLA cryptocurrency. Pertama, peretas cetak kripto lebih dari USD 30 juta atau sekitar Rp 470,62 miliar dengan memakai dompet yang tidak terdaftar. Hal ini membuat peneliti percaya pelanggaran kunci pribadi dapat menjadi asal muasal peristiwa tersebut.

Namun, kemudian eksploitasi tersebut memungkinkan peretas cetak lebih dari 1,59 miliar PLA token senilai USD 253,9 juta dengan total lebih dari USD 290 juta hilang oleh platform game tersebut.

Playdapp mengirimkan pesan kepada pihak penyerang menawarkan untuk memberikan hadiah sebesar USD 1 juta atau sekitar Rp 15,68 miliar untuk mengembalikan dana yang dicuri. Namun, gagal mencapai tujuannya. Dana itu kemudian alami cuci uang memakai platform berbeda.

Fixedfloat, pertukaran kripto tanpa KYC juga mengalami serangan yang melumpuhkan platformnya menyebabkan kerugian hampir USD 26 juta dalam bentuk bitcoin dan eter.

Serangan terbesar ketiga dilakukan terhadap Jeff “Jihoz” Zirlin, salah satu pendiri game kripto Axie Infinity. Ia kehilangan eter senilai hampir USD 10 juta dari akunnya. Dana itu kemudian dikaitkan dengan aktivitas Tornado Cash, sebuah platform pencampuran token yang kaburkan asal dan nasib token yang ditransaksikan.


Mantan CTO Coinbase Sebut Bitcoin Jadi Revolusi Politik Dunia, Kenapa?

Kripto. Dok: Traxer/Unsplash

Sebelumnya diberitakan, mantan Chief Technology Officer (CTO) Coinbase, Balaji Srinivasan menilai Bitcoin menjadi dalah satu 'revolusi politik'. Dia mengatakan cryptocurrency paling populer ini bisa terlepas dari kepentingan suatu negara.

Hal itu disebut berbeda dengan mata uang yang saat ini digunakan. Srinivasan merinci dengan mendobrak cara memanipulasi penerbitan uang dan cara pemerintah untuk menyita kekayaan yang ada, Bitcoin akan memungkinkan setiap warga negara untuk membangun jaringan sukarela yang terlepas dari kepentingan negaranya.

"Ini (Bitcoin) memungkinkan orang-orang bebas untuk memutuskan dari awal kolektif apa yang ingin mereka bentuk, barang publik apa yang ingin mereka crowdfund, dan apa yang ingin mereka lakukan bersama secara sukarela sebagai sebuah masyarakat," ujar Srinivasan, dikutip dari Bitcoin.com, Selasa (5/3/2024).

 Dia mengatakan Bitcoin akan membagi negara menjadi dua pihak; negara yang mengadopsi Bitcoin lebih awal, seperti El Salvador dan Bhutan, dan negara yang gagal memastikan relevansi dan signifikansi proposalnya.

Hal ini, tegas Srinivasan, akan menyebabkan pihak kedua menyerang mata uang kripto, dengan beralih pada pandangan mereka sebelumnya.

Dia menjelaskan bahwa negara-negara ini akan “bertanya-tanya apakah Bitcoin memiliki kegunaan, hingga menyebutnya terlalu kuat untuk diserahkan kepada masyarakat. Dan kemudian upaya penyitaan akan dimulai,".

Investor India-Amerika tersebut sebelumnya telah berkomentar tentang relevansi Bitcoin. Dia mengatakan sanksi dana yang diperdagangkan di bursa bitcoin (ETF) pada bulan Januari setara dengan pembalikan Perintah Eksekutif 6102, yang menyita emas dari warga AS pada 1935.

 


Nilai Aset Tembus Rp 1 Miliar, Pemegang Bitcoin Jadi Miliarder Dadakan

Kripto atau Crypto. Foto: Unsplash/Raphael Wild

Sebelumnya, pergerakan nilai Bitcoin kembali memecahkan rekor. Tercatat, pada awal pekan ini nilai aset Bitcoin tembus hingga setara Rp 1 miliar. Kondisi ini memacu para pemegang Bitcoin disebut menjadi miliarder anyar.

CEO Indodax Oscar Darmawan mengatakan kondisi ini menandakan jika halving day semakin dekat. Nilai saat ini disebut menjadi nilai tertinggi sejak November 2021 lalu.

“Pencapaian harga Bitcoin ini merupakan momen historikal bagi industri kripto. Harga ini tertinggi sejak November 2021. Kenaikan harga ini diiringi dengan lonjakan minat investor dan memicu lahirnya generasi baru "OKB" (Orang Kaya Baru) di dunia kripto karena mereka mendadak jadi miliarder,” ucap Oscar dalam keterangannya, Senin (4/3/2024).

Oscar juga mengatakan kenaikan ini menunjukkan kripto semakin diterima sebagai aset investasi yang memiliki potensi keuntungan yang besar. Dia memprediksi pula halving Bitcoin akan terjadi dalam waktu dekat.

“Menurut aplikasi INDODAX, halving Bitcoin akan terjadi sekitar 42 hari lagi. Kemungkinan, di tahun ini kenaikan harganya bisa mencapai dua kali lipat maupun lebih dari halving sebelumnya. Saat ini saja, harga Bitcoin sudah menyentuh Rp 1 miliar. Angka tersebut bahkan menembus angka ATH Bitcoin pada November 2021, yaitu Rp 978 juta,” ucap Oscar.

Oscar Darmawan juga menjelaskan jika INDODAX sendiri sudah mengalami halving tiga kali dan tahun ini adalah yang ke empat.

“Saya percaya bahwa halving day dikenal dengan adanya kenaikan harga. Hal ini disebabkan oleh terganggunya pasokan Bitcoin, yang mengakibatkan peningkatan permintaan dan membuat harga naik. Terlebih lagi, saat ini terdapat fenomena 'fear of missing out' yang diyakini memperkuat harga Bitcoin. Meskipun harga Bitcoin naik, pada saat halving akan ada penyesuaian harga," ucap Oscar Darmawan.

 


Dipengaruhi Suku Bunga AS

Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)

Dia menuturkan, kenaikan harga Bitcoin turut dipengaruhi oleh tingkat suku bunga Amerika Serikat. Prediksinya, Bank Sentral AS atau The FED menurunkan suku bunga dan perkiraannya hingga 75 basis points.

“Karena adanya konflik geopolitik yang mengganggu aktivitas perdagangan global, menyebabkan rantai pasokan global terganggu. Hal ini membuat biaya dan waktu indeks delivery pasokan global melemah dari 50,1 pada akhir 2023, saat ini menjadi 48,9. Maka dari itu, hal tersebut membuat investor berbondong-bondong berinvestasi di Bitcoin,” kata Oscar.

Menurutnya, kenaikan Bitcoin ini biasanya akan diikuti oleh kenaikan altcoin, salah satu contohnya Ethereum, seperti di halving-halving sebelumnya. Hal ini menyebabkan munculnya altcoin seasons.

“Dengan meningkatnya nilai BTC menjelang periode halving, kemungkinan sebagian investor yang berkeinginan berinvestasi tetapi biayanya terbatas, cenderung akan beralih untuk membeli altcoin yang harganya lebih terjangkau. Akibatnya, terjadi peningkatan permintaan terhadap altcoin dan harga mereka ikut meningkat. Maka dari itu, para investor dapat memanfaatkan juga kesempatan ini untuk menambah keuntungannya,” urainya.

 

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya