Liputan6.com, Jakarta Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri akan menerjunkan tim patroli panduan di sejumlah ruas jalan tol kelancaran arus mudik lebaran 2024.
Dirgakkum Korlantas Polri, Brigjen Pol Raden Slamet Santoso mengatakan, patroli tersebut nantinya akan memantau kecepatan pengguna kendaraan roda empat ketika memasuki ruas jalan tol.
Advertisement
"Kita ada traffic counting-nya. Ada traffic counting-nya jumlah berapa ribu kendaraan itu masih kuning, hijau, merah, itu ada traffic counting-nya. Nanti kita monitor di NTMC dan di Km 52," kata dia usai menggelar Tactical Floor Game di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (6/3/2024).
Slamet mengatakan, tim patroli panduan akan mengarahkan pengguna jalan untuk tetap di 100 km per jam tidak boleh melebihi, sebagaimana batas kecepatan maksimal yang telah diatur oleh Korlantas.
Menurut dia, itu berlaku baik di jalur arteri maupun jalan tol adanya batas kecepatan. Khusus mobil yang melaju di jalan tol yaitu 100 km per jam.
"Jadi si patroli supaya terjaga, pada saat cuaca hujan khususnya di Cipali misalnya. Itu kan uapnya kan meningkat sehingga jarak pandangnya terbatas, nah itu butuh patroli panduan itu," kata Slamet.
Korlantas Minta Perlintasan Sebidang Diperhatikan
Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri meminta jajarannya mengantipasi kepadatan kendaraan yang terjadi di perlintasan sebidang pada saat musim arus mudik-balik lebaran 2024.
Hal itu disampaikan Dirgakkum Korlantas Polri, Brigjen Pol Raden Slamet Santoso saat menggelar Tactical Floor Game di Hotel Borobudur, Rabu (6/3/2024).
Dia mencatat ada beberapa perlintasan sebidang di Jawa Barat, Banten, Palembang, Lampung. Bahkan, beberapa di antaranya tanpa dilengkapi palang pintu. Slamet menyebut, Jawa Timur menjadi penyumbang terbanyak.
Jawa Timur paling banyak ada 90 lebih, di Banten ada, Jawa Barat juga ada, Jawa Tengah juga ada, termasuk Yogyakarta juga ada. Itu perlu diantisipasi terutama kecelakan lalu lintas dan kemacetan," ujar Slamet.
Advertisement
Punya Data
Slamet menerangkan, khusus di Palembang yang perlu diperhatikan perjalanan Kereta api batu bara rangkaian panjang. Menurut dia, jajarannya harus memikirkan cara agar tidak menimbulkan kemacetan panjang.
"Betul-betul dihitung, begitu sekali tutup bisa satu jam berhenti. Itu kan matiin mesin. Dihitung panjang mobil katakan 2,5 meter kali berapa waktu sudah berapa kilo panjangnya. Itu perlu diantisipasi," ujar dia.
Slamet menyakini, Direktorat Lalu Lintas di tiap provinsi telah mengantongi data jumlah perlintasan sebidang yang ada di wilayahnya masing-masing. Karena itu, kata dia pastikan frekuensi frekuensi dari alur kereta api.
"Selama itu tidak antrian. Antrian kendaraan tidak menerobos pasti akan lancar dengan pengaturan-pengaturan di sepanjang perlintasan sebidang selama dia tidak menerobos tidak melanggar. Kalau melanggar akan terjadi stug tapi kalau dia tertib kita beri barikade sepanjang jalan perlintasan sebidang itu itu akan lancar," papar dia.