Liputan6.com, Purwakarta Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, di tahun ini harus bekerja ekstra keras dalam penanganan stunting. Mengingat, angka prevalensi stunting di wilayah tersebut yang masih di kisaran 21,8 persen. Di sisi lain, pemerintah pusat menargetkan kasus stunting di setiap daerah harus bisa ditekan hingga 14 persen di 2024 ini.
Beruntung, penanganan stunting di Purwakarta dilakukan secara guyub. Selain upaya dari pemerintahannya sendiri, ada sejumlah stakeholder lainnya yang juga turut andil guna menekan angka pravalensi stunting tersebut.
Sebagai contoh, di awal tahun ini rumah sakit umum daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta juga turut andil untuk menekan angka stunting. Adapun skema penangannnya, yakni rumah sakit pelat merah ini menggandeng Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).
Baca Juga
Advertisement
Plt Direktur RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta, dr Tri Muhammad Hani mengatakan, kerja sama ini merupakan gebrakan yang terbilang baru di wilayahnya, bahkan di Jawa Barat. Adapun metode penanganannya, yakni dengan melakukan pemeriksaan dan pengawasan menyeluruh termasuk memberikan susu tinggi kalori kepada pasien.
"Dalam kerjasama ini, keterlibatan pihak Baznas itu mendukung dari sisi pembiayaan. Khususnya dalam penyediaan susu tinggi kalori. Karena, skema pembiayaan penanganan pasien stunting ini berbeda dari yang biasa dilakukan sebelumnya oleh sektor yang lain," ujar Hani kepada Liputan6.com, Kamis (7/3/2024). .
Seperti apa sih penanganannya? Hani pun membeberkan penjelasannya. Jadi, kata dia, pasien stunting yang sudah diperiksa di puskesmas kemudian dirujuk ke RSUD Bayu Asih menuju Poliklinik Spesialis Anak.
Selanjutnya, dokter spesialis anak akan memeriksa apakah pasien tersebut mengidap penyakit penyerta sebagai pemberat lain atau tidak. Jika terdapat diagnosis penyakit penyerta, maka dokter anak akan meresepkan obat-obatan untuk penyakit penyertanya dan memberi resep khusus susu tinggi kalori.
Andalkan Susu Tinggi Kalori
Pasien kemudian dialihkan penanganan kepada ahli gizi di Poliklinik Gizi yang akan memberikan susu tinggi kalori sesuai dengan resep yang diberikan oleh dokter anak. Dengan cara ini, penanganan stunting dinilai telah dilakukan secara maksimal.
Adapun pemberian susu tinggi kalori yang juga mengandung lemak sehat, seperti omega-3 dan omega-6 itu, akan diberikan selama 3 bulan pertama sebelum dilakukan evaluasi terhadap kondisi stunting-nya.
"Untuk penanganan stunting, acuannya jelas pada berat badan dan tinggi badan pasien," ujarnya.
Hani menuturkan, jika setelah 3 bulan belum terdapat perbaikan yang signifikan terhadap pasien tersebut maka program akan diteruskan untuk 3 bulan termin kedua.
"Kalau di kita, pasien stunting akan mendapatkan susu tinggi kalori yang juga mengandung lemak sehat. Susu ini, tergolong cukup sulit ditemukan di pasaran. Makanya, untuk mendapatkannya harus melalui resep dokter di poliklinik spesialis anak RSUD Bayu Asih," jelas dia.
Jika dikonversikan, kata dia, pemberian susu tinggi kalori ini biayanya cukup besar. Yakni, mencapai Rp 840 ribu per tiga bulan per anak. Untuk itu, pihaknya menggandeng Baznas.
Karena, intervensi kali ini berbeda dengan penanganan stunting sebelumnya, yang masih mengandalkan pada pemberian protein dari sumber lain, salah satunya telur.
Hani menambahkan, saat ini jajarannya sudah menangani 10 pasien stunting yang akan menjadi percontohan program ini. Pasien stunting ini merupakan rujukan dari Puskesmas Koncara.
Jika dengan metode dan skema pilot project ini berhasil membantu menangani kasus stunting secara signifikan, maka program ini sangat mungkin diterapkan di Jawa Barat.
"Mudah-mudahan dengan cara ini, penanganan stunting akan semakin komprehensif dan targetnya pasien stunting semakin berkurang," tambah dia.
Advertisement