Bitcoin dan Cetak Rekor Baru, Pangkas Nilai Transaksi Bursa?

Harga bitcoin (BTC) menyentuh angka tertinggi sepanjang masa (All-time High/ATH) di level USD 69.200 atau sekitar Rp 1 miliar, Gairah serupa ditunjukan pasar saham

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 08 Mar 2024, 08:00 WIB
Bitcoin, aset kripto terpopuler kembali menguat setelah sempat terkoreksi sebentar dari rekor terbarunya.(Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta - Bitcoin, aset kripto terpopuler kembali menguat setelah sempat terkoreksi sebentar dari rekor terbarunya. Bitcoin (BTC) sempat di atas USD 69.000, dan dengan cepat berbalik arah pada Selasa, 5 Maret 2024.

Bitcoin menyentuh angka tertinggi sepanjang masa (All-time High/ATH) di level USD 69.200 atau sekitar Rp 1 miliar, sebelum terjadi koreksi tajam di bawah USD 60.000. Gairah serupa ditunjukan pasar saham dalam negeri.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Kamis, 7 Maret 2024 ditutup naik 0,60 persen ke posisi 7.373,96, merupakan rekor baru tertinggi sepanjang masa. Sayangnya, dari sisi nilai transaksi di Bursa tampak lesu.

Pada perdagangan kamis, nilai rata nilai transaksi harian (RNTH) baru mencapai Rp 11,98 triliun. Sementara Bursa Efek Indonesia (BEI) cukup percaya diri rata-(RNTH) saham bisa tembus Rp 12,25 triliun pada 2024.

"Untuk transaksi mungkin memang ada pengaruh dari crypto. Tapi masa penawaran ORI dan SR juga mungkin berpengaruh dengan memberikan kupon di atas 6% sangat menarik buat investor retail," ungkap Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Bursa Efek Indonesia (BEI), Irvan Susandy kepada wartawan, dikutip Jumat (8/3/2024).

Menurut Irvan, investor saat ini kemungkinan masih wait and see atas penetapan hasil pemilihan umum (pemilu). Namun secara jangka panjang, Irvan optimis pasar Indonesia masih sangat menarik, ditandai dengan masuknya investor asing dan kenaikan IHSG hingga sentuh ATH baru.

"Yang perlu juga diperhatikan adalah aktivitas transaksi institusional lokal yang belum bergairah seperti sebelum pandemi," imbuh Irvan.

Selain tetap membenahi sisi supply dan demand dengan menaikan jumlah emiten dan investor, BEI sedang mempersiapkan dan akan melakukan beberapa inisiatif seperti rencana menyediakan liquidity provider, pembenahan short selling, produk baru seperti single stock future dan lainnya. Hal ini untuk meningkatkan pendalaman pasar selain upaya meningkatkan likuiditas.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Harga Bitcoin Lesu Usai Sentuh Level Tertinggi USD 69.170

Ilustrasi bitcoin (Foto: Kanchanara/Unsplash)

Sebelumnya diberitakan, Bitcoin mengalami perjalanan rollercoaster pada Selasa, 5 Maret 2024. Bitcoin mencapai level tertinggi baru sepanjang masa di posisi USD 69.170 atau sekitar Rp 1,08 miliar (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.720) sebelum anjlok.

Adapun harga bitcoin dalam 24 jam terakhir turun 0,57 persen ke posisi USD 66.457. Selama sepekan terakhir, harga bitcoin meroket 16,32 persen, berdasarkan data Coinmarketcap.com, Rabu, 6 Maret 2024.

Volatilitas ini terjadi di tengah lonjakan selama berminggu-minggu yang dipicu oleh persetujuan ETF Bitcoin pada Januari. Meskipun penurunan harga sangat dramatis, para analis berpendapat bahwa ini adalah perilaku yang umum terjadi selama pasar bullish.

Data historis menunjukkan kenaikan Bitcoin sebelumnya ke level tertinggi sepanjang masa ditandai dengan periode koreksi signifikan yang serupa. Pada 2017, Bitcoin mengalami penurunan lebih dari 25 persen dan menuju titik tertinggi sepanjang masa. Sementara itu, pada paruh pertama 2021, saat lonjakan setelah pandemi, pola serupa juga muncul, dengan koreksi sekitar 10 persen.

 


Harga Tertinggi Bitcoin

Ilustrasi bitcoin (Foto: Unsplash/Aleksi Raisa)

Konteks historis ini memberikan perspektif terhadap volatilitas yang terjadi saat ini, sehingga menunjukkan bahwa hal ini mungkin bukan merupakan penyebab kekhawatiran, melainkan merupakan ciri khas pasar bullish.

Dalam unggahan baru-baru ini di platform X, penyedia analisis on-chain Santiment menulis total open interest (OI) pada bursa Bitcoin, Ethereum (ETH), dan Solana (SOL) menurun secara signifikan setelah BTC mencapai titik tertinggi sepanjang masa.

Melansir laman Coindesk, Rabu (6/3/2024), Open interest Bitcoin turun USD 1,46 miliar (-12 persen) selama beberapa jam, sementara Ether turun USD 967 juta (-15 persen), dan Solana anjlok USD 424 juta (-20 persen).

Harga Bitcoin sempat mencapai level tertinggi baru sepanjang masa tepat di atas USD 69.200 pada tanggal 5 Maret, hanya sedikit lebih tinggi dari harga tertinggi sebelumnya sebesar USD 69,044 pada November 2021.

 


Antisipasi Harga Bitcoin

Ilustrasi bitcoin dan ethereum (Foto: Unsplash/Thought Catalog)

Santiment mengatakan, sebagian besar spekulasi harga datang dari pedagang yang membuka posisi buy untuk mengantisipasi Bitcoin menembus level tertinggi baru sepanjang masa dan bertahan di atas harga USD 70.000. Sementara itu, sebagian kecil dari keuntungan datang dari posisi short yang dilikuidasi karena Bitcoin sempat menyentuh level tertinggi baru sepanjang masa.

"Di satu sisi, kita dapat melihat anjloknya open interest ini sebagai tanda bahwa 'kelebihan spekulatif' telah dihapuskan untuk sementara waktu dari pasar,” ulas Santiment.

Selama beberapa minggu terakhir, open interest telah melonjak ke tingkat rekor karena para pedagang meningkatkan eksposur mereka pada pergerakan harga Bitcoin yang menuju ke level tertinggi baru. Meskipun penurunan harga Bitcoin yang tiba-tiba mungkin telah membuat kekhawatiran pasar, banyak pakar yang menjelaskan kepada X bahwa penurunan harga derivatif adalah bagian normal dari pergerakan harga.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya