Penasaran Bagaimana Wajah Penghuni Surga? Ini Gambarannya

Bagaimana wajah calon penghuni surga? Konon, wajah calon penghuni surga dalam Islam seringkali dijelaskan dengan indah dan sempurna. Benarkah demikian?

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Mar 2024, 08:30 WIB
Ilustrasi Islami, muslimah, bersyukur. (Photo created by KamranAydinov on www.freepik.com)

Liputan6.com, Jakarta - Wajah seseorang di dunia bisa menggambarkan bagaimana suasana hatinya. Misalnya, cenderung ceria, banyak senyum, kemungkinan pemilik wajah ini sedang dalam keadaan gembira, dan bahagia. Ekspresi wajah ini bisa menunjukkan suasana hatinya.

Pertanyaanya, bagaimana wajah calon penghuni surga? Konon, wajah calon penghuni surga dalam Islam seringkali dijelaskan dengan indah dan sempurna.

Wajah mereka diyakini memiliki cahaya yang bersinar terang, mencerminkan keberkahan dan ketenangan batin yang mereka rasakan.

Keberkahan ini dapat terlihat dalam pandangan mata mereka yang penuh dengan kedamaian dan kasih sayang, menciptakan suasana keindahan yang meliputi seluruh wajah.

Wajah calon penghuni surga juga dikatakan memiliki kesan yang awet muda, berseri, dan sempurna. Mereka disifatkan dengan keindahan yang tidak dapat terbandingkan dengan kecantikan dunia. Kulit mereka diyakini bersinar sehat dan bersih, tanpa cela atau tanda-tanda penuaan.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Begini Ekspresi Wajah Penghuni Surga

Ilustrasi Islami, muslimah, membaca, belajar, hadis. (Foto oleh Thirdman: https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-membaca-dalam-ruangan-iman-8489077/)

Keindahan ini menjadi manifestasi dari nikmat dan kebahagiaan yang diberikan oleh Allah kepada mereka sebagai ganjaran atas kebaikan dan keimanan yang mereka tunjukkan selama hidup mereka.

Para calon penghuni surga diyakini memiliki ekspresi sukacita dan kebahagiaan yang abadi. Senyuman yang merekah di wajah mereka mencerminkan kepuasan dan kebahagiaan batin yang mereka alami di surga. Wajah mereka dipenuhi dengan rasa syukur dan kecintaan kepada Allah, dan kebahagiaan ini tercermin dalam setiap detail wajah yang memancarkan ketentraman dan kesenangan yang tidak terbatas.

Menukil suaraislam.com, Surat al-Ghasyiyyah ayat 8-10:

وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ نَّاعِمَةٌ ۙ لِّسَعْيِهَا رَاضِيَةٌ ۙ فِيْ جَنَّةٍ عَالِيَةٍۙ

“Banyak muka pada hari itu berseri-seri. Merasa senang karena usahanya. Dalam surga yang tinggi.”

Setiap perbuatan atau usaha kita di dunia pasti akan diperlihatkan balasannya oleh Allah Subhanahu wa ta’ala di akhirat kelak.

Di hari itu, ada yang terlihat “wujuhuy yauma idzin khoosyiah” (wajah yang tertunduk, terhina) dan ada pula yang “wujuhuy yauma idzin naa’imah” (wajah yang berseri-seri). Ada yang tertunduk dan ada yang berseri-seri karena bahagia .

Tentu sangat beruntung orang-orang yang wajahnya berseri, lantaran amalan dan ikhtiarnya menggapai ridha Allah di dunia, diterima Allah Subhanahu wa ta’ala. Inilah wajah calon penghuni surga.

 


Ini Syarat Agar Wajah Berseri saat Bertemu Allah SWT

Ilustrasi Islami, muslimah, menulis puisi. (Photo created by marymarkevich on www.freepik.com)

Lalu apa syaratnya agar wajah kita berseri-seri saat bertemu dengan Allah SWT di akhirat? Ada empat hal yang mesti kita upayakan selama hidup di dunia.

Pertama, iman. Di kehidupannya dunia, pada wajah orang yang shalih terpancar cahaya yang mengisyaratkannya sebagai calon penghuni surga. Pancaran itu sejatinya berasal dari iman yang mendasari setiap amal shalih yang dilakukannya.

Iman sendiri dibuktikan dengan lisan dan perbuatan. Menyatakan iman dengan lisan untuk orang-orang yang tidak terlahir sebagai muslim itu, sungguh membutuhkan pengorbanan. Inilah pembuktian untuk iman yang dideklarasikan dengan lisan.

Setelah dengan lisan, iman itu juga harus dibuktikan dengan perbuatan. Contohnya shalat. Dalam shalat, terdapat dua rukun, yaitu rukun fi’liyah yang berarti perbuatan dan rukun qauliyah yaitu perkataan. Dua-duanya wajib dikerjakan.

Kedua, ikhlas. Setelah iman dengan lisan dan perbuatan; landasan amal shalih yang selanjutnya adalah keikhlasan. Ikhlas, sejatinya adalah melakukan segala sesuatu hanya untuk Allah Swt semata. Pada praktiknya, orang yang ikhlas seringkali menyembunyikan amal shalihnya. Ini karena ia tidak ingin keikhlasannya terkontaminasi dengan keinginan untuk diapresiasi orang lain.

Namun demikian, ikhlas saja tidak cukup. Hal ini disebabkan, banyaknya di antara kita yang ketika beribadah hanya mengikuti perasaan, tetapi minim ilmu. Sehingga, tidak sesuai dengan tuntunan sunah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.

Mengikuti tuntunan sunah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam inilah yang menjadi syarat ketiga. Dengan demikian, melakukan sebuah amal shalih pada awalnya harus berorientasi ikhlas karena Allah dan kemudian, harus dibarengi dengan pengetahuan yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah Muhammad saw. Inilah langkah-langkah yang harus kita lakukan dalam melakukan sebaik-baik amal.

Syarat keempat, berorientasi akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman pada surat Al Isra’ ayat 19:

وَمَنْ اَرَادَ الْاٰخِرَةَ وَسَعٰى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَاُولٰۤىِٕكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَّشْكُوْرًا

“Dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan dia beriman; maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik.”

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya