Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Darmawan Prasodjo, mengatakan hingga tahun 2040 akan ada penambahan kapasitas terpasang listrik di Indonesia sebesar 80 gigawatt (GW), dan mmebutuhkan investasi sebesar USD 152 miliar atau sekitar Rp 2.370 triliun (kurs 15.594 per USD).
”Sampai 2040 nanti akan ada penambahan kapasitas terpasang listrik di Indonesia sebesar 80 gigawatt (GW) dan 75 persennya dari energi baru dan terbarukan, sisanya berbasis gas. Transmisi yang dibutuhkan sepanjang 47.000 kilometer. Semuanya butuh investasi USD 152 miliar,” kata Darmawan dalam pidato pembukaan diskusi bertajuk ”Road to PLN Investment Days 2024” di Jakarta, dikutip Jumat (8/3/2024).
Advertisement
Darmawan mengatakan, ada sejumlah peluang yang bisa dimanfaatkan Indonesia dalam program transisi energi. Peluang tersebut adalah menarik investasi masuk sebanyak mungkin untuk pengembangan energi terbarukan. Namun, tantangan dalam transisi energi di Indonesia juga tak mudah.
Menurutnya, kolaborasi menjadi kunci penting untuk mewujudkan program transisi energi di Indonesia. Kata Darmawan, PLN tidak mungkin menanggung beban program tersebut sendirian.
Kolaborasi untuk urusan investasi dan pemanfaatan teknologi amat sangat dibutuhkan. Dari seluruh program penambahan kapasitas listrik energi baru dan terbarukan tersebut, swasta akan diberi porsi 60 persen dan sisanya dikerjakan PLN.
”Ini tantangan luar biasa, tetapi ada peluang di balik itu semua. Semoga ini menjadi awal baru di mana semangat kolaborasi bisa menjadi pendorong program transisi energi di Indonesia,” ujarnya.
Di acara yang sama, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jisman Hutajulu menambahkan, listrik sudah menjadi kebutuhan dasar masyarakat. Untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi, kapasitas listrik juga harus ditingkatkan. Peluang untuk menambah porsi energi terbarukan di Indonesia sangat besar dalam upaya menaikkan kapasitas terpasang listrik tersebut.
”Bagaimana peluangnya? Ada potensi 3,6 terawatt (setara dengan 3.600 GW) energi terbarukan di Indonesia. Apalagi, harga listrik energi terbarukan semakin murah," ujar Jisman.
Energi Terbarukan
Selain itu, tak hanya peluang berupa potensi energi terbarukan di Indonesia yang besar, peluang pengembangan industri di bidang energi terbarukan juga ada. Salah satunya adalah industri manufaktur pengembangan fotovoltaik untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Beberapa mineral penting sebagai sumber bahan baku juga ada di Indonesia.
Terkait pengembangan manufaktur energi terbarukan, pakar energi dari Pusat Studi Energi Univesitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Deendarliant, pihaknya telah melakukan studi pemetaan terkait kemampuan manufaktur di bidang energi terbarukan pada 2017- 2019. Hasilnya, manufaktur energi terbarukan didorong dilakukan di luar Jawa karena biaya produksi di Jawa tak bisa bersaing (lebih mahal).
”Namun, industrialisasi yang ada di luar Jawa (saat ini) ternyata tidak mendukung itu. Maka, kita harus mendorong industrialisasi ke arah sana. Industri apa yang hendak kita bangun, kita siapkan. Selain itu, teknologi lokal juga harus dimanfaatkan (untuk percepatan pengembangan energi terbarukan di satu daerah),” kata Deendarliant.
Advertisement
2,2 Juta Ton Biomassa Disiapkan Jadi Campuran Bahan Bakar 47 PLTU PLN di 2024
Subholding PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) akan memasok 2,2 juta ton pada tahun ini, untuk memenuhi kebutuhan biomassa di 47 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN Grup. Volume ini naik 220 persen dibandingkan realisasi tahun 2023 sebesar 1 juta ton.
Sekretaris Perusahaan PLN EPI Mamit Setiawan mengatakan, kebutuhan biomassa dari tahun ke tahun semakin meningkat. Sebab, penggunaan biomassa ini mampu mereduksi emisi di PLTU, dan mengurangi porsi penggunaan energi fosil.
"Pada tahun ini kami akan memasok biomassa di 47 PLTU milik PLN Grup. Total kebutuhannya mencapai 2,2 juta ton. Ini naik signifikan dibandingkan realisasi tahun 2023," kata Mamit, Jumat (1/3/2024).Menurut Mamit, penggunaan biomassa tak akan mengerek biaya pokok produksi pembangkit. Harga biomassa yang terjangkau bahkan berbanding 1:1 dengan batubara membuat biomassa sangat ekonomis digunakan.
"Saat ini batubara USD 5 - 6 Sen (sekitar Rp 7.795 - 9.354) per kilo Watt hour (kWh). Biomassa juga setara dengan itu. Jika dibandingkan dengan EBT lain, biomassa ini yang paling murah," jelas Mamit.
Reduksi emisi dari penggunaan biomassa ditahun ini ditargetkan bisa mencapai 2,4 juta ton CO2. Meningkat dibandingkan realisasi penurunan emisi pada tahun 2023 sebesar 1,05 juta ton CO2.
Target 2025
Pada tahun depan, akan ada 52 PLTU yang menggunakan biomassa dengan total kebutuhan hingga 10,2 juta ton biomassa.
Untuk bisa menjaga pasokan, berbagai upaya dilakukan oleh PLN EPI. PLN EPI melakukan pemetaan digital untuk mengindentifikasi potensi biomassa yang mendukung perencanaan pasokan sebesar 2,2 Juta Ton pada tahun 2024 dan 10,2 Juta Ton pada Tahun 2025.
Pada Februari 2023, PLN EPI bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DIY, Keraton Yogyakarta, dan masyarakat Gunung Kidul, memanfaatkan lahan seluas 30 Ha dengan penanaman 50 ribu pohon dan pembibitan saat ini siap tanam sebesar 50 ribu pohon. Dimana target panen perdana tahun 2025 sebesar 25 ton/Ha/thn.
"Langkah kerjasama ini sekaligus mampu mendorong peningkatan perekonomian masyarakat. Memanfaatkan lahan tak terpakai, justru bisa memberikan dampak ekonomi sirkular bagi masyarakat," tegas Mamit.
Advertisement