Mengenal Hematoma Subdural Akut, Penyebab Akira Toriyama Kreator Dragon Ball Meninggal Dunia

Hematoma subdural akut seperti yang dialami Akira Toriyama sebelum meninggal adalah kondisi ada gumpalan darah yang berkembang di antara permukaan otak dan dura mater

oleh Benedikta Desideria diperbarui 08 Mar 2024, 14:42 WIB
Akira Toriyama Meninggal Dunia karena Hematoma Subdural Akut (Sumber: Twitter/@DiscussingFilm)

Liputan6.com, Jakarta Akira Toriyama kreator manga legendaris Dragon Ball meninggal dunia pada usia 68. Ia meninggal pada 1 Maret 2024.

Kabar meninggalnya Toriyama diumumkan Bird Studio yang merupakan studio produksi manga dan desain buatan pria tersebut.

"Kami sangat sedih untuk mengumumkan bahwa kreator manga Akira Toriyama meninggal dunia pada 1 Maret karena hematoma subdural akut," tulis studio produksi manga dan desain buatan Toriyama, Bird Studio dalam keterangan resmi pada Jumat, 8 Maret 2024.

Nama Toriyama paling dikenal lewat Dragon Ball. Namun, ia juga memiliki deretan karya lain yang populer dan terlibat dalam berbagai proyek manga, anime, hingga video gim. Beberapa di antaranya adalah Sand Land, Dragon Quest, dan Chrono Trigger. 

Tentang Hematoma Subdural Akut

Bagi orang awam, kondisi hematoma subdural akut yang dialami Toriyama asing didengar. Kondisi apa itu?

Hematoma subdural akut adalah gumpalan darah yang berkembang di antara permukaan otak dan dura mater (adalah lapisan luar otak yang keras) biasanya akibat peregangan dan robeknya pembuluh darah di permukaan otak seperti mengutip laman UCLA Health, Jumat (8/3/2024).

Pembuluh darah ini pecah ketika cedera kepala tiba-tiba menggoncangkan atau mengguncang otak.

Menurut dokter Sepriani Timurtini Limbong dari KlikDokter, penyebab hematoma subdural akut biasanya karena trauma kepala atau cedera kepala, dan masalah pembekuan darah (koagulopati).

Hematoma subdural akut termasuk cedera kepala yang paling mematikan. Hal ini terjadi pada 10 hingga 20 persen kasus cedera otak traumatis dan terjadi pada 30 persen kasus cedera fatal.

 


Cara Mendiagnosis Hematoma Subdural Akut

Untuk menegakkan diagnosis hematoma subdural akut, cara terbaik dengan pemindaian tomografi komputer (CT).

Bila itu hematoma subdural akut akan tampak sebagai massa padat berbentuk bulan sabit di sebagian permukaan otak.

Kebanyakan pasien dengan hematoma subdural akut memiliki skor Glasgow Coma Scale (GCS) yang rendah saat masuk ke rumah sakit.


Pengobatan Hematoma Subdural Akut

Usai menjalani pemeriksaan dan ditegakkan diagnosis hematoma subdural akut, lalu ditemukan gumpalan darah 1 cm maka segera diperlukan perawatan bedah cepat.

Namun, bila lebih kecil dari itu mungkin tidak memerlukan operasi.


Angka Harapan Hidup Kecil

Angka kematian hematoma subdural akut tinggi, berkisar 50 persen hingga 90 persen. Sebagian besar kematian ini disebabkan oleh cedera otak dan tekanan pada otak yang terjadi beberapa hari setelah cedera.

Sekitar 20 hingga 30 persen pasien bisa memulihkan fungsi otak secara penuh atau sebagian. Lalu, kejang pasca operasi relatif umum terjadi pada pasien ini.

Pasien yang bisa berhasil melewati itu, biasanya orang yang mendapatkan pengobatan cepat, usia muda, pasien dengan skor GCS di atas 6 atau 7 dan pupil reaktif.

Fakta Olahraga Dapat Membantu Gangguan Kesehatan Mental (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya