BEI Bakal Luncurkan Produk Derivatif Single Stock Futures

Produk SSF itu akan meningkatkan variasi produk derivatif yang telah dimiliki BEI sebelumnya yakni LQ45 Futures, IDX30 Futures, Indonesian Government Bond Futures, dan Basket Bond Futures.

oleh Agustina Melani diperbarui 08 Mar 2024, 15:42 WIB
Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menambah variasi produk derivatif. Salah satunya menyiapkan produk derivatif yakni Single Stock Futures (SSF). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menambah variasi produk derivatif. Salah satunya menyiapkan produk derivatif yakni Single Stock Futures (SSF) yang bakal meluncur.

Produk SSF itu akan meningkatkan variasi produk derivatif yang telah dimiliki bursa sebelumnya yakni LQ45 Futures, IDX30 Futures, Indonesian Government Bond Futures, dan Basket Bond Futures. Demikian dikutip dari Antara, Jumat (8/3/2024).

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menuturkan, SSF merupakan perjanjian atau kontrak antara dua belah pihak untuk menjual atau membeli suatu saham di masa depan dengan harga yang telah ditentukan.

"Berbeda dengan produk derivatif BEI lainnya yang didasari oleh indeks saham dan surat utang negara, efek yang mendasari SSF adalah saham. SSF juga memiliki satuan kontrak yang paling rendah dibanding produk derivatif lainnya, sehingga modal yang dibutuhkan investor untuk dapat mulai berinvestasi SSF lebih kecil," kata dia dalam keterangannya.

Sebagai produk derivatif, Jeffrey menuturkan. Single Stock Futures menawarkan berbagai manfaat yang tidak bisa ditemukan pada instrumen investasi lainnya.

Salah satunya adalah modal transaksi yang rendah, yang mana investor dapat membeli saham hanya dengan membayar minimum empat persen dari modal yang dikeluarkan jika membeli saham biasa. Ketentuan modal minimum tersebut juga dapat ditetapkan lebih tinggi oleh anggota bursa.

"SSF juga memberikan kesempatan bagi investor untuk melindungi nilai portofolio dan mendapat keuntungan baik pada saat pasar naik maupun turun. Apabila kondisi pasar sedang mengalami tren penurunan, investor dapat mengambil posisi short dan mengambil keuntungan apabila saham yang mendasari SSF turut mengalami penurunan harga, begitupun sebaliknya," ujar dia.

 


Rangkaian Kegiatan Sosialisasi

Pekerja tengah melintas di bawah layar Indeks harga saham gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Selasa (16/5/2023). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di samping itu, Jeffrey menambahkan, pihaknya akan terus mengadakan rangkaian kegiatan sosialisasi agar investor pasar modal mendapat pemahaman yang mendalam mengenai produk derivatif yang ada di BEI dan mulai memanfaatkan produk tersebut untuk mengoptimalkan keuntungan.

"Pada akhir 2023 kami telah mengadakan sosialisasi mengenai produk non-saham termasuk derivatif di Kota Surabaya dan Medan. Kami juga telah mengadakan acara Structured Product Day pada bulan November 2023 lalu secara online untuk mengenalkan produk-produk non-saham," tutur dia.

Selain itu, Jeffrey menuturkan, bursa akan senantiasa bersikap adaptif dan inovatif dalam mengembangkan variasi produk non-saham, termasuk produk derivatif, agar dapat dimanfaatkan oleh investor pasar modal Indonesia untuk mengoptimalkan keuntungan. "Kami selalu terbuka untuk menerima masukan dari pelaku pasar agar produk yang dikembangkan oleh BEI tepat sasaran untuk memenuhi kebutuhan Investor pasar modal Indonesia," ujar Jeffrey.


BEI Kaji Sejumlah Produk Investasi Baru Berbasis Syariah, Apa Saja?

Layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mengkaji potensi beberapa produk investasi berbasis syariah di pasar modal.

Sebelumnya, BEI telah memulai pengembangan Single Stock Future (SSF) atau kontrak berjangka syariah yang termasuk dalam produk keuangan derivatif. Otoritas bursa sedang mengkaji terkait kemungkinan SSF menjadi instrumen berbasis syariah.

"Bursa kan sedang mengembangkan SSF, jadi kami kaji SSF syariah gimana. Sebab, secara produk itu (SSF) yang paling mungkin jadi syariah," kata Kepala Divisi Pasar Modal Syariah BEI Irwan Abdalloh saat ditemui di Jakarta, ditulis Rabu (17/1/2024).

Ia melanjutkan, BEI juga sedang mengkaji perdagangan karbon secara syariah. Ini mengingat, banyak permintaan terkait instrumen karbon tersebut.

Selain itu, BEI pun mengkaji terkait ETF syariah dengan underlying emas (gold). Sebab, emas ini merupakan salah satu yang paling mudah untuk diimplementasikan ke dalam instrumen syariah. Bahkan, untuk intrumen waran terstruktur pun ikut dikaji meskipun permintaannya belum diketahui seperti kedua instrumen tersebut.

Dia bilang, BEI masih menunggu regulasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sebab, ketentuan emas untuk dijadikan underlying efek masih belum tuntas.

Meski demikian, BEI berkomitmen untuk terus mengkaji instrumen investasi syariah dalam rangka mendorong perkembangan pasar modal syariah di Tanah Air.

 


BEI Sebut Ada Peningkatan Produk Waran Sejak 2022

Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI), I Gede Nyoman Yetna mengungkapkan ada peningkatan dari produk waran terstruktur di pasar modal Indonesia sejak 2022-2023. 

Nyoman mengungkapkan jumlah waran baru tumbuh pesat sejak 2022 yang hanya 13 pencatatan waran terstruktur baru pada 2023 menjadi 182 pencatatan waran terstruktur baru. 

"Ada peningkatan transaksi hampir dua kali lipat dibanding 2022 ketika pertama kali diluncurkan. Pada 2022 jumlah rata-rata transaksi hanya Rp 2,6 miliar sedangkan pada 2023 meningkat menjadi Rp 5,4 miliar,” kata Nyoman dalam pencatatan waran terstruktur CGS-CIMB, Senin (5/2/2024). 

Menurut Nyoman, produk waran di BEI dapat menjadi produk alternatif investasi yang mudah dipahami dan atraktif bagi para investor. Dengan adanya produk waran, Nyoman berharap dapat meningkatkan aktivitas perdagangan dan pertumbuhan investor pasar modal. 

"Kami di Bursa Efek Indonesia (BEI) sangat mengharapkan banyak anggota bursa untuk mengembangkan bisnis di pasar modal sebagai penerbit atau liquidity provider dari waran terstruktur,” ujar Nyoman. 

Pada Senin, 5 Februari 2024, PT CGS-CIMB Sekuritas Indonesia resmi menerbitkan 6 produk waran terstruktur atau structured warrant. Waran Terstruktur di seri pertama memiliki underlying saham 6 perusahaan konstituen IDX30, dengan likuiditas yang tinggi dan memiliki kapitalisasi pasar besar.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya