Liputan6.com, Gowa - Jemaah An-Nadzir akan memulai puasa Ramadan 1445 Hijriah pada Senin (11/3/2024) mendatang. Penentuan awal Ramadan itu dilakukan menggunakan metodologi tersendiri yang dipercaya oleh jemaah muslim yang bermukim di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan tersebut.
Pimpinan jemaah An-Nadzir, H.M Samiruddin Pademmui mengatakan bahwa awal Ramadan 1445 H ditandai dengan terjadinya pergantian bulan atau new moon dari bulan Sya’ban ke Ramadan. Menurut Samiruddin niat puasa 1 Ramadhan penuh terhitung mulai pada hari Senin, (11/3/2024).
Advertisement
"Berdasarkan hasil pemantauan bulan tersebut, maka Jamaah An-Nadzir mulai puasa pada hari Senin,11 Maret 2024 Masehi," kata Samiruddin, Jumat (8/3/2024).
Dia menjelaskan bahwa jemaah An-Nadzir memiliki metodologi tersendiri dalam menetapkan awal bulan suci Ramadan. Ilmu metodologi itu diajarkan secara turun temurun oleh KH Syamsuri Abdul Majid.
"Sebagaimana yang sudah sering kami sampaikan bahwasanya Jamaah An-Nadzir memiliki ilmu metodologi dan tata cara sendiri dalam memantau dan menetapkan 1 Ramadan, 1 Syawal dan 10 Zulhijjah. Ilmu metodologi ini merupakan hasil pengajaran dari Guru dan Imam KH Syamsuri Abdul Madjid, yang kemudian beliau menjamin kebenaran ilmu ini dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah," jelasnya.
Tahapan Metodologi
Metodologi pertama dilakukan dengan cara memantau dan mengamati tiga bulan purnama pada 14, 15, dan 16 Syakban 1445 H secara berurutan bertepatan dengan tanggal 23, 24, dan 25 Februari 2024 M, sesuai dengan kriterianya masing-masing.
Lalu kedua, setelah menetapkan tiga purnama pada pertengan bulan Syakban, dilanjutkan dengan menghitung perjalanan bulan maka didapatkan 27, 28, dan 29 Syakban 1445 Hijriah bertepatan dengan tanggal 7, 8, dan 9 Maret 2024.
"Semua itu dilakukan sambil memperhatikan jam terbitnya bulan di ufuk timur, baik saat fajar kazib, fajar siddiq dan pagi hari, maupun melihat bayangan bulan bersusun dengan menggunakan kain tipis hitam," terang Samiruddin.
Ketiga, jemaah An-Nadzir juga menggunakan alat bantu teknologi aplikasi melalui telepon genggam yang sudah diteliti beberapa tahun terakhir. Menurut Samiruddin, akurasi datanya sangat mendukung dan memudahkan jemaah An-Nadzir untuk menentukan waktu atau jam terjadinya pergantian bulan, new moon atau konjungsi dari bulan Syakban ke Ramadan.
"Cara ini juga diikuti oleh fenomena alam, seperti adanya hujan, angin kencang, petir dan pasang puncak (kondak) air laut," imbuhnya.
Samiruddin menambah tahap keempat, yaitu memantau terbitnya bulan dan matahari. Dia menjelaskan bahwa perlu dipahami, selama bulan masih lebih dulu terbit di ufuk timur dari pada matahari, itu artinya masih bulan tua. Namun sebaliknya jika matahari sudah lebih dulu terbit di ufuk timur dari pada bulan maka diyakini bahwa hal itu merupakan bulan baru atau hilal.
"Kemudian sebaliknya di ufuk Barat, manakala bulan lebih duluan tenggelam daripada matahari, itu artinya masih bulan tua, namun jika di ufuk barat matahari sudah terlebih dulu tenggelam daripada bulan, maka itu berarti sudah bulan baru atau hilal, bisa nampak di atas ufuk dan bisa juga tidak nampak karena di bawah ufuk dimana tempat kita berada," paparnya.
Tahap terakhir atau kelima, lanjutnya, tim dari Jemaah An-Nadzir memastikan bahwa bulan bulan telah lebih dulu terbit dari matahari di ufuk timur pada Minggu (10/3/2024). Menurut dia bulan terbit di ufuk timur sekitar jam 05.49 WITA, sementara matahari terbit pukul 06.07 WITA.
"Meskipun sudah sulit dilihat secara kasat mata, sebagaimana sulitnya melihat hilal, perjalanan akhir bulan Syakban sudah tidak sampai lagi ke Barat. Artinya, pada hari ahad tersebut sudah terjadi pergantian/new moon/konjungsi dari bulan Syakban ke Ramadhan, yang terjadi sekitar jam 17.02 WITA," Samiruddin memungkasi.
Simaklah video pilihan berikut ini
Advertisement