Chandra Asri Kantongi Fasilitas Kredit USD 600 Juta

Grup Chandra Asri telah menunjuk OCBC sebagai advisory bank serta mandated lead arranger dan bookrunner (MLAB) untuk fasilitas pinjaman USD 600 juta.

oleh Agustina Melani diperbarui 08 Mar 2024, 18:13 WIB
Grup Chandra Asri mendapatkan fasilitas pinjaman berjangka multi-currency setara USD 600 juta atau sekitar Rp 9,31 triliun (Chandra Asri)

Liputan6.com, Jakarta - Grup Chandra Asri mendapatkan fasilitas pinjaman berjangka multi-currency setara USD 600 juta atau sekitar Rp 9,31 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.530) dengan jangka waktu tujuh tahun dan opsi perpanjangan tiga tahun.

Seiring hal itu, grup Chandra Asri telah menunjuk OCBC sebagai advisory bank serta mandated lead arranger dan bookrunner (MLAB). Perseroan akan memakai fasilitas pinjaman untuk keperluan korporasi secara umum untuk meningkatkan kebutuhan modal kerja, mengingat pertumbuhan dan ekspansi yang terus berlanjut dari grup Chandra Asri.

Setelah melalui proses evaluasi yang komprehensif, OCBC hadir sebagai mitra pembiayaan pilihan grup Chandra Asri untuk memandu dan memimpin Perusahaan melalui kompleksitas pemenuhan kebutuhan pembiayaan melalui fasilitas terstruktur yang disesuaikan dengan kebutuhan.

Selain itu, pembiayaan multi-currency lintas wilayah menunjukkan komitmen Perusahaan untuk memperluas posisi kompetitifnya ke level regional dan global, yang akan lebih memperkuat ketahanan keuangan dan kinerjanya.

Head of Global Wholesale Banking of OCBC, Tan Teck Long menuturkan, pihaknya senang bekerja sama dengan Chandra Asri untuk meluncurkan fasilitas unggulan dengan beragam fitur ini untuk memenuhi kebutuhan grup Chandra Sri.

“Kami berharap dapat memanfaatkan keahlian kolektif OCBC untuk mendorong inovasi, membuka peluang baru dan memberikan nilai tambah yang jauh lebih besar lagi kepada pelanggan kami,” kata Tan Teck Long.

Sementara itu, Chief Financial Officer grup Chandra Asri Andre Khor menuturkan, pihaknya mengapresiasi penunjukan OCBC yang menegaskan kembali kekuatan keuangannya dan memposisikan Perseroan untuk keberhasilan yang berkelanjutan dalam lingkungan pasar yang terus berkembang.

"Hal ini menunjukkan dukungan yang kuat terhadap strategi, tata kelola, dan kemampuan perusahaan untuk memberikan hasil melalui siklus ini,” kata Andre.

Pada penutupan perdagangan Jumat, 8 Maret 2024, saham TPIA melemah 0,89 persen ke posisi Rp 5.575 per saham. Saham TPIA dibuka stagnan di posisi Rp 5.625 per saham. Saham TPIA berada di level tertinggi Rp 5.775 dan terendah Rp 5.500 per saham. Total frekuensi perdagangan 9.921 kali dengan volume perdagangan 283.271 saham. Nilai transaksi Rp 160,5 miliar.


Bukit Asam Gandeng Anak Usaha Chandra Asri Genjot Bisnis EBT

Ilustrasi PT Bukit Asam Tbk (PTBA) (Foto: Grup MIND ID)

Sebelumnya diberitakan, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melalui anak perusahaannya PT Bukit Energi Investama (BEI) melakukan penjajakan sinergi dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) dan peluang bisnis jasa ketenagalistrikan lainnya dengan PT Krakatau Chandra Energi (KCE).

Kerja sama keduanya ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman oleh Direktur Utama PT Bukit Energi Investama (BEI) Biverli Binanga dan Direktur Utama PT Krakatau Chandra Energi (KCE) Erri Dewi Riani pada 16 Januari 2024. Biverli menuturkan, kerja sama ini merupakan salah satu upaya untuk mendukung transisi energi dan pencapaian target Net Zero Emission pada 2060 yang ditetapkan Pemerintah.

"Melalui kesepakatan ini, kami ingin mendorong praktik bisnis yang berdampak positif pada kelestarian alam. Kami juga meyakini kerja sama ini dapat memberikan manfaat ekonomi," kata dia dalam keterangan resmi, Selasa (30/1/2024).

PT Bukit Energi Investama merupakan anak perusahaan PT Bukit Asam Tbk yang bergerak di bidang investasi pada bidang energi, termasuk investasi fasilitas atau instalasi pengembangan listrik tenaga surya.

Adapun PT Krakatau Chandra Energi (KCE) yang bergerak di bidang pembangkit tenaga listrik, jasa kelistrikan, dan energi baru terbarukan merupakan anak perusahaan dari PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA).

Direktur Utama PT Krakatau Chandra Energi, Erri Dewi Riani mengungkapkan bahwa kerja sama ini merupakan langkah nyata praktik bisnis berkelanjutan Chandra Asri Group melalui salah satu anak usahanya untuk terus menyediakan solusi infrastruktur bidang pembangkit tenaga listrik, jasa kelistrikan dan energi baru terbarukan.


Jaga Ketahanan Energi Nasional

Tambang Batu Bara milik Bukit Asam di Tanjung Enim, Sumatera Selatan (dok: PTBA)

"Kami terus berkomitmen mendukung target Pemerintah dan menjalankan bisnis berbasis energi bersih serta menciptakan kehidupan yang lebih baik ke depan," kata dia.

Sementara itu, Direktur Pengembangan Usaha PT Bukit Asam Tbk, Rafli Yandra menyatakan bahwa sebagai induk usaha dari PT BEI, PTBA ingin terus berkontribusi dalam menjaga ketahanan energi nasional. Oleh karena itu, bisnis yang berkelanjutan menjadi keharusan.

"Kami ingin menghadirkan Energi Tanpa Henti untuk negeri. Perseroan berkomitmen untuk terus mengambil peran dalam menjaga ketahanan energi nasional sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Ekspansi perusahaan ke bisnis energi baru terbarukan selaras dengan Tujuan Mulia Grup MIND ID," tegas Rafli.


Resmi Berganti Nama, Intip Rencana Diversifikasi Bisnis Chandra Asri Pacific

Salah satu Pabrik PT Chandra Asri Petrochemical (Sumber: www.chandra-asri.com)

Sebelumnya diberitakan, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) mengubah nama perseroan menjadi PT Chandra Asri Pacific Tbk. Perubahan ini secara resmi telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia pada 3 Januari 2024.

Selain itu, perubahan nama ini juga telah memperoleh persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 29 Desember 2023. Perubahan nama ini dilakukan sebagai bentuk transformasi berupa diversifikasi portofolio bisnis.

Di mana Chandra Asri Pacific tidak lagi hanya terpaku pada sektor petrokimia, tetapi telah memperluas cakupan bisnisnya ke sektor kimia dan penyediaan infrastruktur. Selain itu, perubahan nama ini sekaligus memperkuat reputasi Perseroan sebagai mitra pertumbuhan (#YourGrowthPartner) yang berperan menjadi tulang punggung bagi sektor-sektor strategis di tanah air.

"Perubahan nama perusahaan menjadi PT Chandra Asri Pacific Tbk dilakukan seiring dengan upaya perusahaan yang saat ini sedang melakukan diversifikasi bisnis sebagai upaya untuk memberikan manfaat yang maksimal kepada seluruh pemangku kepentingan.Nama baru ini sekaligus mendukung visi Perusahaan untuk menjadi perusahaan solusi kimia dan infrastruktur terkemuka di Indonesia," kata Direktur Sumber Daya Manusia dan Urusan Korporat Chandra Asri Group, Suryandi dalam keterbukaan informasi Bursa, Jumat (5/1/2024).

Chandra Asri Group saat ini sedang melakukan diversifikasi bisnis sebagai upaya memperkuat kinerja Perusahaan. Perusahaan mengakuisisi PT Krakatau Chandra Energi yang dulunya bernama PT Krakatau Daya Listrik dan PT Krakatau Tirta Industri di sektor infrastruktur melalui anak usahanya PT Chandra Daya Investasi (CDI) pada awal 2023.

Kemudian, Chandra Asri Group juga akan membangun Pabrik Chlor-Alkali dan Ethylene Dichloride (CAA-EDC) melalui anak usahanya, PT Chandra Asri Alkali untuk memperluas sektor kimia. Chandra Asri Group juga meneruskan komitmennya untuk membangun kompleks petrokimia kedua berskala global (CAP2) dalam upaya membantu Indonesia mengurangi beban impor.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya