Liputan6.com, Jakarta - Hari perempuan internasional atau disebut hari perempuan sedunia dirayakan setiap 8 Maret. Perayaan Hari Perempuan Sedunia ini sebagai kampanye tahunan PBB untuk mendorong kesetaraan gender di seluruh dunia.
Pada Jumat, 8 Maret 2024, perayaan Hari Perempuan Sedunia mengambil tema “Invest in women” Accelerate progress” atau berinvestasi pada perempuan untuk mempercepat kemajuan.Hal ini dengan mewujudkan stabilitas ekonomi perempuan dapat membantu mencapai upaya kesetaraan.demikian mengutip dari laman VOA, Jumat (8/3/2024).
Advertisement
Chief of the Economic Empowerment Section di UN Women, Jemimah Njuki menuturkan, tema tahun ini sangat mendesak karena dunia sebenarnya berada di persimpangan jalan yang penting untuk mencapai kesetaraan gender.
Ia mencatat, secara global, hak-hak perempuan semakin terancam dan terabaikan, bahkan di negara-negara yang para pemimpinnya mengira telah mencapai kemajuan. Menurut UN Women, satu dari setiap 10 perempuan saat ini hidup dalam kemiskinan ekstrem.
Studi mereka menyebutkan, sekitar 340 juta perempuan dan anak perempuan, 8 persen dari populasi perempuan dunia, tidak akan keluar dari kemiskinan ekstrem pada 2030 jika tren ini terus berlanjut.
Salah satu agenda Hari Perempuan Sedunia 2024 adalah menerapkan pembiayaan responsif gender, sebuah strategi ekonomi yang mempertimbangkan dan menganalisis beragam kebutuhan setiap orang, termasuk rendahnya investasi dalam layanan penting bagi perempuan dan anak perempuan untuk memastikan distribusi sumber daya yang adil.
Perempuan sering kali menanggung beban terberat dalam tugas mengurus dan siapkan anggaran rumah tangga terutama pada masa kritis, ketika ada peningkatan tekanan pada sistem dan pemerintah.
Ada Kesenjangan Pendanaan untuk Program Dukung Perempuan
Menurut UN Women’s Progress on the Suistainable Development Goals pada 2023, terdapat kesenjangan pendanaan sebesar USD 360 miliar dari pemerintah untuk organisasi dan program yang mendukung perempuan.
Selain itu, ketika perang dan krisis mengikis pencapaian investasi kesetaraan gender selama puluhan tahun. Dari Timur Tengah hingga Haiti, Sudan, Myanmar, Ukraina Afganistan dan negara lain, perempuan menanggung akibat paling besar atas konflik. Kebutuhan akan perdamaian kini semakin mendesak.
Duta Besar, Utusan Khusus dan Penasihat Khusus bidang kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan untuk PBB, Keisha McGuire menuturkan bagaimana upaya mengarusutamakan gender dalam pekerjaan di majelis umum PBB untuk membangun ruang di mana laki-laki dan perempuan dapat berkembang.
McGuire mencatat terdapat hambatan besar dalam sistem internasional karena sistem ini tidak dibangun dengan lensa gender sehingga membuat prioritas dan pendanaan untuk kesetaraan gender menjadi semakin penting.
“Implementasinya sangat bergantung pada apa? Pendanaan untuk bisa melaksanakannya,” ujar McGuire.
"Jadi, Anda bisa bicara tentang pengarusutamaan gender, Anda bisa bicara tentang kebijakan yang responsif gender, tapi jika Anda tidak melakukan investasi yang diperlukan untuk mewujudkan hal itu, Anda benar-benar tidak akan mencapai tujuan,” ia menambahkan.
Advertisement
Upaya Organisasi Non Pemerintah
Beberapa organisasi non-pemerintah berupaya menjembatani kesenjangan tersebut dengan mendanai program atau memberikan pinjaman kepada perempuan.
Presiden dan salah satu pendiri Women's Microfinance Initiative, Robyn G.Nietert yang memberikan pinjaman mikro kepada perempuan di daerah pedesaan miskin di Uganda, Kenya dan Tanzania, mengatakan memberikan pinjaman kepada perempuan untuk memulai usaha mereka sendiri akan menghasilkan peningkatan standar hidup rumah tangga dan dukungan bagi keluarga.
"Masyarakat aktif secara ekonomi, jika tidak, Anda akan mati," kata Nietert.
"Jika Anda tidak aktif secara ekonomi, Anda harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan cukup uang untuk makan, mendapatkan air, dan memiliki tempat tinggal. Jadi, setiap kali Anda memberikan pinjaman, Anda menciptakan sebuah kisah sukses karena Anda memberi [kepada] seseorang yang tidak punya apa-apa, dan mereka masih bisa bertahan dengan sumber keuangan yang memungkinkan mereka memulai bisnis,” ujar dia.
Pelatihan Literasi Keuangan
The Women's Microfinance Initiativejuga memberikan pelatihan literasi keuangan untuk mengajari perempuan bagaimana mengelola uang begitu mereka memilikinya.
"Hal ini membuat masyarakat merasa memiliki kendali atas hidup mereka,” kata Nietert, sembari mengakui kemampuan eksploitasi yang dilakukan oleh organisasi yang mengklaim ingin memberikan pinjaman.
"Ini bukan misteri besar, eksploitasi apa yang terjadi di dunia kredit,” kata Nietert.
"Ini keterlaluan – suku bunga, biaya yang besar, jaminan dalam jumlah besar yang harus dijaminkan, tidak memberikan masa tenggang, mengambil jaminan, yang kemudian, tentu saja, melarang siapa pun untuk keluar dari utang,”
Dia juga mencatat bekerja di komunitas pedesaan yang lebih kecil menciptakan kepercayaan dan jaminan sosial yang diterapkan oleh komunitas perempuan itu sendiri untuk memastikan masyarakat membayar kembali pinjaman mereka.
Dari sudut pandang Nietert, pinjaman ini menghilangkan ketidakpastian, yang memberikan kebebasan bagi perempuan untuk memperhatikan aspek lain dalam kehidupan mereka, seperti pengasuhan anak dan layanan kesehatan.
Advertisement