Liputan6.com, Jakarta - Kepada para garangan Gus Iqdam meminta jangan pernah negatif thinking kepada Allah SWT. Sekalipun saat itu sedang mendapat ujian seberat apapun.
Ujian seberat apapun, menurt Gus Iqdam itu bukan Allah SWT tidak sayang atau tidak cinta. Justru dengan adanya ujian, maka Allah sayang kepada hambanya.
"Ketika Allah itu mencintai hambanya, Allah itu malah menurunkan ujian. Nek gusti Alah tresno kalih panjenengan, nah panjenengan malah diuji," kata Gus Iqdam seperti yang diunggah akun TikTok @wsslowme_.
"Dadi nek wong ra tau blas diuji gusti Allah, niki malah kemungkinan ra dianggep blas. Urip neng ndunyo mung ge imbuh-imbuh tok," ujarnya.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Kalau Tak Ada Ujian, Jangan-jangan Hanya Pelengkap Saja
Ia justru khawatir jika ada manusia yang tidak pernah diuji sama Allah, jangan-jangan hidup di dunia hanya pelengkap saja.
"Dadi koyo njenengan kadang yo ora due duit, kadang bojo nyobo titik anak yo nyobo titik, kadang yo tonggo maido titik, kadang yo dulur maido. Koyo ngono kui wajar, kerono gusti Allah kuwi tresnok karo panjenangan," ungkapnya.
Gus Iqdam mencontohkan kadang ada yang diuji dengan tidak punya uang, kadang anak atau pasangan menggoda dengan masalah kecil, ada jadi omongan tetangga, atau saudara. Menurut Gus Iqdam hal itu sangat wajar, karena Allah SWT benar mencintai hambaNya.
Jika suatu saat sudah sabar, tapi masih mendapatkan ujian dan kembali bersabar, maka cinta Allah akan semakin besar. Orang yang dicintai Allah itu akan semakin diturunkan ujian.
"Nah ketika manusia mampu bersabar, maka ia akan dimuliakan oleh Allah SWT," tandas Gus Iqdam.
Advertisement
Mengenai Ujian Allah
Megutip muslim.or.id, jika Allah mencintai seorang hamba maka ia akan diuji, seperti terdapat dalam sebuah hadis:
إذا أحَبَّ اللهُ قومًا ابْتلاهُمْ
“Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji” (HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath, 3/302. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 285).
Dan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
أشد الناس بلاء الأنبياء, ثم الصالحون, ثم الأمثل فالأمثل
“Manusia yang paling berat cobaannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang semisal mereka dan yang semisalnya” (HR. Ahmad, 3/78, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 995).
Mereka adalah orang-orang yang dicintai oleh Allah. Ujian yang menimpa orang-orang yang Allah cintai, itu dalam rangka mensucikannya, dan mengangkat derajatnya, sehingga mereka menjadi teladan bagi yang lainnya dan bisa bersabar.
Oleh karena itu Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Manusia yang paling berat cobaannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang semisal mereka dan yang semisalnya.”
Dalam riwayat lain,
الصالحون, ثم الأمثل فالأمثل يبتلى المرء على قدر دينِهم
“…kemudian orang-orang shalih, kemudian yang semisal mereka dan yang semisalnya, mereka diuji sesuai dengan kualitas agama mereka.”
Jika ia orang yang sangat tegar dalam beragama, semakin berat ujiannya. Oleh karena itu Allah memberikan ujian kepada para Nabi dengan ujian yang berat-berat. Di antara mereka ada yang dibunuh, ada yang disakiti masyarakatnya, ada yang sakit dengan penyakit yang parah dan lama seperti Nabi Ayyub, dan Nabi kita shallallahu’alai wa sallam sering disakiti di Makkah dan di Madinah, namun beliau tetap sabar menghadapi hal itu. Intinya, gangguan semacam ini terjadi terhadap orang yang beriman dan bertaqwa sesuai dengan kadar iman dan taqwanya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul