Mengenal Tenggeyamo, Tradisi Penentuan 1 Ramadhan di Masyarakat Gorontalo

Tenggeyamo merupakan tradisi di Gorontalo untuk menentukan 1 Ramadhan yang sudah dilakukan turun-temurun

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 11 Mar 2024, 10:50 WIB
Para tokoh agama saat melakukan tenggeyamo penentuan satu ramadan (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Liputan6.com, Gorontalo - Pemerintah Provinsi Gorontalo menggelar adat Tenggeyamo untuk menetapkan 1 Ramadhan tahun ini. Tradisi ini dilakukan sebagai pemberitahuan resmi lembaga adat pemerintah daerah kepada umat muslim, dengan mengacu pada hasil Sidang Isbat Kementerian Agama RI yang digelar di Rujab Gubernur, Kota Gorontalo, Minggu malam (10/3/2024).

Tradisi Tenggeyamo merupakan sebuah metode penetapan awal Ramadhan yang telah berlangsung turun-temurun, menunjukkan kekayaan budaya dan kearifan lokal dalam menentukan awal bulan puasa.

Tenggeyamo adalah sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Gorontalo untuk menentukan awal bulan Ramadhan. Kata 'Tenggeyamo' sendiri berasal dari bahasa setempat yang berarti 'menyaksikan' atau 'mengamati'.

Dalam konteks ini, pengamatan dilakukan terhadap bulan dan bintang di langit malam untuk menentukan awal bulan puasa. Tradisi ini tidak hanya sebatas penentuan awal Ramadhan, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan kebersamaan masyarakat Gorontalo.


Prosesi Tenggeyamo

Tradisi Tenggeyamo dilakukan dengan cara khusus dan penuh makna. Masyarakat Gorontalo, terutama para tokoh agama dan ahli falak, akan berkumpul di tempat yang telah ditentukan. Biasanya di tempat rumah dinas kepala Daerah Gubernur maupun bupati dan walikota.

Prosesi ini biasanya dimulai setelah salat Magrib, di mana para peserta akan melakukan doa bersama sebelum memulai pembahasan dan menyaksikan sidang isbat.

Filosofi Tenggeyamo

Di balik proses pengamatan, Tenggeyamo memiliki filosofi mendalam bagi masyarakat Gorontalo. Tradisi ini dianggap sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan mengamati ciptaan-Nya dan mencari tanda-tanda kebesaran-Nya.

"Tenggeyamo juga menjadi momen untuk merenung dan bersiap secara spiritual menjelang bulan Ramadhan," kata Abdul Muthalib tokoh agama di Gorontalo.

Selain itu, Tenggeyamo merupakan manifestasi dari kearifan lokal dalam memanfaatkan ilmu astronomi. Masyarakat Gorontalo menunjukkan bahwa pengetahuan tentang bintang dan bulan tidak hanya milik ilmuwan, tapi juga bagian dari kehidupan spiritual mereka.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya