Liputan6.com, Sirajganj - Seorang dosen fakultas kedokteran di Bangladesh ditangguhkan (diskors) dari kewajibannya setelah diduga mengeluarkan senjata api dan menembak kaki seorang mahasiswa usai terlibat dalam pertengkaran sengit.
Raihan Sharif, seorang dosen di sebuah perguruan tinggi kedokteran di Sirajganj, Bangladesh, diskors dari pekerjaannya selama dua hari setelah diduga menembak dan melukai seorang siswa di ruang kelas.
Advertisement
Media lokal memberitakan, insiden itu terjadi pada saat Dr. Sharif sedang melakukan ujian lisan.
Pada titik tertentu, dia terlibat pertengkaran dengan siswa berusia 23 tahun Arafat Amin Tomal. Tak kuasa menahan emosi, ia mengeluarkan pistol dan menembak lutut kanan siswa tersebut.
Beruntung bagi Tomal, peluru tersebut mengenai ponsel yang ada di sakunya dan mencegah cedera yang berpotensi mengancam nyawa, dikutip dari laman Oddity Central, Senin (11/3/2023).
Namun ia tetap dirawat di rumah sakit dan harus menjalani operasi pada kakinya.
Surat kabar Dhaka Tribune melaporkan bahwa terdapat 45 siswa di dalam kelas ketika penembakan terjadi.
Banyak di antara mereka bergegas membantu rekannya dan mengunci Sharif di dalam ruangan lain hingga polisi tiba.
Dia ditahan dan polisi menyita senjata api beserta 81 butir peluru, empat magasin, dua pisau, dan 10 belati yang ditemukan di tas Sharif.
Alasan Dosen Fakultas Kedokteran Bawa Senjata Api ke Kampus
Dalam keterangan polisi terungkap, Raihan Sharif diketahui membawa senjata api ke sekolah yang kerap ia tunjukkan kepada siswanya di kelas.
Berita tentang skorsing Raihan Sharif dari fakultas kedokteran memicu kemarahan warganetBangladesh, dan banyak orang menyuarakan kemarahan mereka atas tindakan dosen tersebut.
Para mahasiswa di kampus juga melakukan protes minggu ini meminta hukuman yang lebih berat dan pemecatannya segera.
Advertisement
Penembakan di Luar Sekolah Chicago AS Tewaskan 2 Siswa
Bicara soal penembakan, hal serupa juga terjadi di Amerika Serikat (AS) dua bulan lalu. Pihak berwenang Chicago mengatakan, dua remaja laki-laki, pada Jumat 26 Januari 2024 sore, tewas akibat ditembak ketika mereka meninggalkan sekolah.
"Kedua anak laki-laki itu, yang masing-masing berusia 16 dan 17 tahun, termasuk di antara sekelompok siswa yang keluar dari Innovations High School (Sekolah Menengah Inovasi) sekitar pukul 12.25 waktu setempat ketika mereka ditembak," kata polisi Chicago seperti dikutip dari VOA Indonesia.
Beberapa tersangka yang mengenakan topeng tampak keluar dari dua kendaraan dan melepaskan tembakan ke arah kelompok itu, kata polisi. Anak-anak tersebut mengembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit.
Pelaku belum ditangkap hingga saat ini.
"Di mana pun tragedi serupa terjadi di kota, hal itu sangat menyedihkan bagi keluarga dan semua orang yang terkena dampak tragedi, tidak peduli di mana itu terjadi," kata Wakil Kepala Kepolisian Chicago, Jon Hein, di tempat kejadian.
Wali Kota Brandon Johnson mengeluarkan pernyataan yang menyesali insiden penembakan tersebut.
"Saya menyampaikan belasungkawa mendalam kepada keluarga mereka dan komunitas Sekolah Menengah Innovations saat mereka menghadapi rasa sakit dan trauma yang tak terbayangkan akibat tindakan kekerasan yang tidak masuk akal ini," demikian petikan pernyataan tersebut.
Simpang Siur Penahanan
Polisi mengatakan, sebuah sedan berwarna gelap dan sebuah SUV berhenti di tengah kerumunan, dan orang-orang bersenjata bertopeng keluar dan melepaskan tembakan. Empat penyerang melarikan diri dengan kendaraan dan dua orang lainnya berjalan kaki, kata sebuah sumber.
Keduanya yang lari pergi ke Popeye's terdekat dan berganti pakaian di kamar mandi, kata sumber itu.
Pada konferensi pers di dekat lokasi kejadian, seperti dikutip dari Chicago Suntimes, Wakil Kepala Polisi Jon Hein mengatakan para penyerang menghadapi enam mahasiswa yang meninggalkan Innovations High School. Para korban dilarikan ke Rumah Sakit Northwestern Memorial dan dinyatakan meninggal, kata Hein, yang diapit oleh petugas polisi dan Kepala Keselamatan dan Keamanan Sekolah Umum Chicago Jadine Chou.
Hein, dari Central Control Group di departemen tersebut, menggambarkan penembakan itu sebagai “tindakan kekerasan yang tidak masuk akal” dan mengatakan tidak ada risiko langsung terhadap keselamatan publik, meskipun ia mencatat bahwa jaket seorang wanita yang sedang berjalan di daerah tersebut terkena peluru.
Dia mengatakan tidak ada seorang pun yang ditahan, meski sebuah sumber mengatakan satu orang telah ditahan polisi.
"Saat ini kami yakin ini hanya insiden yang terisolasi," kata Hein. "Setiap kali tragedi seperti ini terjadi di kota ini, hal ini sangat memilukan bagi keluarga dan semua orang yang terkena dampaknya. Ini adalah tragedi di mana pun hal itu terjadi."
Dia menambahkan: “Pikiran dan doa kami bersama keluarga kedua siswa ini.”
Advertisement