Studi: Kecakapan AI Bisa Tingkatkan Gaji Pekerja di Indonesia hingga 36 Persen

AWS bersama dengan Access Partnership melakukan studi terhadap akselerasi pemanfaatan AI di regional, termasuk di Indonesia.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 11 Mar 2024, 14:38 WIB
Head of Training and Certification AWS ASEAN Emmanuel Pillai. (Dok: AWS)

Liputan6.com, Jakarta - AWS (Amazon Web Services) baru  saja merilis penelitian baru yang menunjukkan ketika kecerdasan buatan digunakan sepenuhnya, pekerja di Indonesia yang memiliki keterampilan dan kecakapan di bidang AI diprediksi akan menerima kenaikan gaji hingga lebih dari 36 persen.

Sementara pekerja di bidang teknologi informasi serta riset dan pengembangan akan mendapatkan kenaikan gaji tertinggi. Dalam studi ini, AWS bekerja sama dengan Access Partnership utnuk melakukan studi regional.

Studi bertajuk Mengakselerasi Keterampilan AI: Menyiapkan Tenaga Kerja Asia-Pasifik untuk Pekerjaan di Masa Depan ini melibatkan lebih dari 1.600 pekerja dan 500 perusahaan di Indonesia.

Selain gaji pekerja Indonesia naik sigifikan, 98 persen pekerja juga mengharapkan keterampilan AI yang dimiliki akan membawa dampak positif bagi karir mereka.

Dalam keterangan resmi yang diterima, Senin (11/3/2024), beberapa dampak positif itu termasuk peningkatan efisiensi kerja, minat untuk berkembang secara intelektual, dan mempercepat karirnya.

Sebanyak 96 persen pekerja di Indonesia juga menunjukkan minat mengembankan keterampilan AI agar bisa mempercepat karir mereka. Minat ini pun ditemukan di banyak generasi.

Sebanyak 97 persen dari generasi Z, 98 persen dari millenial, dan 93 persen dari generasi X ingin bisa terampil di bidang AI. Sementara 75 persen baby boomers mengetakan mereka akan mendaftar kursus peningkatan AI jika ditawarkan.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa masyarakat secara keseluruhan akan mendapat manfaat dari peningkatan produktivitas, yang akan berdampak pada peningkatan gaji bagi pekerja terampil," tutur Director of Access Partnership Abhineet Kaul.

 


Transformasi AI di Indonesia Luar Biasa

Head of Training and Certification AWS ASEAN Emmanuel Pillai. (Dok: AWS)

Disebutkan lebih lanjut, transformasi AI yang terjadi di seluruh Indonesia juga sangat luar biasa. Hampir semua perusahaan memperkirakan mereka akan menjadi organisasi yang didorong AI pada 2028.

Sebagian besar perusahaan (98 persen) percaya departemen IT mereka akan menjadi pihak paling diuntungkan. Namun tidak hanya itu, departemen riset dan pengembangan, operasional bisnis, sales dan pemasaran, keuangan, SDM, dan legal juga diproyeksikan akan mendapatkan manfaat serupa.

Riset ini juga menunjukkan AI generatif telah menarik perhatian masyarakat umum dalam setahun terakhir. Teknologi ini juga telah mengubah tempat kerja di Indonesia.

Sebanyak 98 persen dari perusahaan dan pekerja yang disurvei memperkirakan akan menggunakan tools AI generatif dalam pekerjaannya selama lima tahun ke depan.

82 persen perusahaan menyoroti peningkatan inovasi dan kreativitas sebagai manfaat utama dari AI generatif, sedangkan 78 persen di antaranya percaya teknologi ini akan meningkatkan kinerja dan ada 70 persen menyebut teknologi bisa mengotomatisasi pekerjaan repetitif.

"AI generatif menawarkan peluang yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya untuk mentransformasi bisnis di seluruh Indonesia, dan penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan AI sangat penting bagi tenaga kerja masa depan," tutur Head of Training and Certification AWS ASEAN Emmanuel Pillai.

 


Kesenjangan Digital Perlu Perhatian

Meski menjanjikan, studi ini mengungkap adanya kesenjangan keterampilan AI yang harus diatasi. Hal ini dilakukan agar bisa memastikan Indonesia berada di posisi optimal untuk membuka keseluruhaan manfaat produktivitas yang ditawarkan AI.

Untuk itu, 96 persen pengusaha di Indonesisa merasa perekrutan talenta yang memiliki keterampilan AI menjadi prioritas. Namun, 69 persen di antaranya tidak dapat menemukan talenta AI yang dibutuhkan.

Penelitian juga mengungkap adanya kesenjangan kesadaran pelatihan. Ada 67 persen pengusaha mengindikasikan mereka tidak tahu cara menjalankan program pelatihan AI untuk tenaga kerjanya.

Lalu, ada 54 persen pekerja mengaku kekurangan pengetahuan tentang program pelatihan AI yang tersedia. Penelitian ini juga menyoroti diperlukannya porsi kerja sama lebih besar antara pemerintah, industri, dan tenaga pendidik untuk membantu pengusaha.

Diharapkan, kerja sama itu bisa menerapkan program pelatihan AI dan membimbing pekerja dalam mencocokkan keterampilan AI yang mereka miliki dengan posisi tepat guna untuk memaksimalkan kemampuan barunya.

 

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya