Jejak Kuburan Bintang Mati di Alam Semesta

Ketika bintang mati, mereka meninggalkan jejak yang disebut kuburan bintang mati.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 12 Mar 2024, 05:00 WIB
Peneliti mengklaim telah menemukan bukti baru yang luar biasa untuk mendukung Teori Big Bang yang menjelaskan asal usul alam semesta.

Liputan6.com, Jakarta - Bumi dan seluruh tata surya hanyalah bagian kecil dari galaksi raksasa Bima Sakti. Galaksi ini dihuni oleh miliaran bintang yang tersebar di seluruh penjuru alam semesta.

Namun seperti semua makhluk hidup, bintang-bintang ini pun memiliki akhir hayat. Ketika bintang mati, mereka meninggalkan jejak yang disebut kuburan bintang mati.

Melansir laman Space, Senin (11/03/2024), kuburan bintang mati adalah area di galaksi yang berisi sisa-sisa bintang yang telah mati. Sisa-sisa ini dapat berupa bintang neutron, lubang hitam atau pulsar.

Bintang neutron adalah bintang yang sangat padat dengan diameter sekitar 10 kilometer, namun memiliki massa lebih besar dari Matahari. Lubang hitam adalah wilayah ruang angkasa dengan gravitasi yang sangat kuat, sehingga cahaya pun tidak dapat keluar darinya.

Sementara pulsar adalah bintang neutron yang berputar dengan sangat cepat dan memancarkan radiasi elektromagnetik.

 


Keberadaan Bintang Mati di Galaksi Bima Sakti

Dikutip dari laman Science Daily yang dikutip Senin (11/03/2024), sekelompok astronom mengungkapkan bahwa alam semesta memiliki kuburan bintang mati. Mereka menemukan kuburan bintangmi dengan ukuran merentang 3 kali lebih tinggi dari Galaksi Bimasakti.

Para astronom menemukan sisa-sisa bintang kuno ketika mereka pertama kali memetakan ‘dunia bawah galaksi’ ini. Peneliti tersebut menemukan galaksi yang terbentuk sekitar 13 miliar tahun yang lalu adalah rumah bagi miliaran bintang.

Seiring waktu, banyak dari benda-benda besar ini telah runtuh menjadi sisa-sisa padat. Bintang-bintang yang memiliki ukuran delapan kali lebih besar dari Matahari itu membakar elemen-elemennya dan runtuh.

kemudian, lapisan luar bintang meledak dalam supernova. Sementara itu, inti bintang mengembun menjadi bintang neutron atau lubang hitam.

Bintang neutron dan lubang hitam itu terbentuk ketika bintang masif yang lebih besar delapan kali dari Matahari itu kehabisan gas. Kemudian terjadi reaksi fusi nuklir dan seketika meledak.

Hal ini memicu reaksi tidak terkendali yang mengeluarkan lapisan luarnya, semetara intinya hancur. Sangat mudah untuk mendeteksi bintang neutron modern dan lubang hitam yang terbentuk di Bima Sakti.

Sebab, mereka tetap berada di dalam galaksi kita dan menyesuaikan dengan bentuknya. Tetapi bintang-bintang kuno yang berada di Bima Sakti muda yang berevolusi seperti hantu bintang ketika para peneliti mencoba menemukannya.

Para astronom mengungkapkan lebih lanjut mengenai inti bintang neutron yang sangat padat, sehingga elektron dan proton dipaksa untuk menyatu pada tingkat subatomik menjadi neutron. Jika massa bintang asli lebih besar dari massa Matahari, maka kehancuran yang didorong oleh gravitasi itu akan terus berlanjut.

Tim peneliti kuburan bintang di alam semesta ini juga memperhitungkan bahwa ledakan yang sama, yang berasal dari sisa-sisa ini juga mendorong bintang-bintang itu dari tempat asalnya.

 


Kekosongan Bintang Mati di Galaksi Bima Sakti

Pada 2022 lalu, para peneliti menemukan gas tipis yang melayang di antara bintang-bintang di galaksi Bima Sakti. Menariknya, ada jejak gelembung yang mengembang ke luar angkasa saat sebuah bintang masif menjadi supernova di akhir hidupnya.

Dikutip dari laman Royal Society of Chemistry para ilmuwan menyebut jejak ini merekam sejarah kematian bintang dan rotasi galaksi Bima Sakti. Ruang antara bintang-bintang tak sepenuhnya kosong.

Di celah-celah ruang angkasa, terkadang gas melayang datang bersamaan dalam awan yang lebih menyebar. Sebagian besar terdiri dari atom hidrogen.

Saat awan cukup padat, lahirlah bintang-bintang. Sedangkan, saat mati bintang akan menaburkan awan-awan tersebut dengan unsur-unsur yang ditempa di intinya.

Meski begitu, masih belum dipahami sepenuhnya terkait terbentuknya awan, mengatur, dan daur ulangnya sendiri di seluruh galaksi. Untuk itu, tim astronom yang dipimpin oleh Juan Diego Soler dari Institut Nasional Astrofisika Italia (INAF) mulai mempelajari struktur yang ditemukan dalam atom hidrogen netral yang menembus galaksi bumi.

Dalam penelitiannya, digunakan data yang dikumpulkan oleh proyek HI4PI. Sebuah survei yang mempelajari langit dalam panjang gelombang radio untuk mendapatkan peta atom hidrogen netral di seluruh Bima Sakti.

Sejauh ini survei tersebut menjadi yang paling rinci dari jenisnya, tidak hanya memetakan distribusi hidrogen, tapi juga kecepatannya. Penelitian ini juga menggabungkannya dengan model rotasi Bima Sakti dapat mengukur jarak ke struktur dalam gas.

Menggunakan data tersebut, tim memakai algoritma yang biasa digunakan untuk menganalisis foto satelit. Menariknya, mereka menemukan struktur halus dalam hidrogen yang tidak mungkin diidentifikasi dengan mata.

Hal ini terdiri dari jaringan luas benang halus gas yang dikenal sebagai filamen. Berada di dekat piringan yang sebagian besar tegak lurus terhadap bidang galaksi Bima Sakti.

Pada jarak sekitar 33.000 tahun cahaya, filamen sebagian besar sejajar dengan bidang galaksi. Tim peneliti menafsirkan jaringan tersebut sebagai jejak umpan balik supernova dalam gas Bima Sakti.

(Tifani)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya