Gus Iqdam Wanti-Wanti, Gagal dan Hancurnya Hidup Bisa Terjadi karena Hal Ini!

Gus Iqdam: orang yang tak mau mendengarkan saran orang lain akan berujung gagalnya dalam menjalani hidup.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Mar 2024, 10:30 WIB
Gus Iqdam ketika menjelaskan keutamaan malam Nisfu Sya'ban dalam pengajiannya. (Foto: SS YT Gus Iqdam Official)

Liputan6.com, Jakarta - Pendakwah muda asal Blitar Jawa Timur, Muhammad Iqdam Kholid atau akrab disapa Gus Iqdam secara tegas mengatakan, orang yang tak mau mendengarkan saran orang lain akan berujung gagalnya dalam menjalani hidup.

Hal ini ia ucapkan dalam salah satu rutinan di markas ST Pusat, yang videonya diunggah dalam akun TikTok @Gusiqdan_story. Bahkan ia menyatakan hal tersebut bukan asal-asalan melainkan berdasar survei.

"Orang yang hidupnya hancur atau berantakan, rata-rata hasil survei adalah orang yang tidak mau mendengarkan saran orang lain," kata Gus Iqdam Pendiri ajelis Ta'lim Sabilu Taubah ini.

Dengan adanya efek kegagalan tersebut, dirinya berharap kepada para garangan agar mau mendengarkan saran dari orang lain.

Dalam Islam, mendengarkan orang lain memiliki makna yang mendalam. Islam mengajarkan pentingnya mendengarkan dengan penuh perhatian dan rasa hormat terhadap orang lain.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Kisah Nabi Muhammad Mendengarkan Bacaan Al-Qur'an

Potret Gus Iqdam dan istri (Sumber: Instagram/iqdammuhammad_)

Mengutip griyayatim.com, mendengar merupakan salah satu ajaran yang diamalkan oleh para Nabi. Sebagai seorang muslim tentu sangat penting dalam menerapkan perilaku mendengar ini dalam kehidupan kita sehari-hari.

Mendengar memerlukan kekuatan iman dan kecerdasan, namun mendengar dapat memberikan manfaat, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman : “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikan lah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raf : 204).

Dan demikian apabila Al-Qur’an dibacakan, maka dengarkanlah dengan baik, dan diamlah untuk memperhatikannya dengan harapan Allah akan merahmati kalian dengannya. Bahkan Rasulullah pun senang ketika dibacakan Al-Qur’an.

Di riwayatkan dari Ibnu Mas’ud, ia berkata : “Rasulullah pernah berkata kepada saya, ‘Bacalah Al-Qur’an di hadapanku!’ Aku jawab, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana aku membacakan Al-Qur’an di hadapanmu, padahal Al-Qur’an diturunkan kepadamu?’

Beliau berkata, ‘Aku ingin mendengar bacaan Al-Qur’an dari orang lain.’ Lalu, aku pun membacakan di hadapan beliau Surat An-Nisa dari awal surat sampai ayat yang berbunyi, ‘Dan bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti) jika Kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka.’ (QS An-Nisa’ [4]: 41)

‘Cukup!’ kata beliau sambil meneteskan air mata.” (HR Bukhari).

Mendengarkan pun memiliki adab-adabnya. Ketika mendengarkan ataupun ketika kita ditengah perbincangan, kita harus memiliki adab ketika mendengarkan.


Adab dan Manfaat Mendengarkan Orang Lain

Gus Iqdam (SS: YT Gus Iqdam Official)

Terdapat 3 adab yang harus kita terapkan, Yakni :Mendengarkan, salah satu Sunnah Rasul

1. Diam

2. Tidak memenggal perkataan orang lain

3. Menghadap ke orang yang diajak berbicara

Dalam hal tersebut banyak manfaat langsung dari sifat mendengar yang efektif :

Mendengar akan menjalin hubungan yang baik, karena mendengarkan berarti menghargai orang lain dan merupakan cermin dari akhlakul karimah yang di contohkan para Nabi. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu alahi wa sallam bersabda : “Tidak termasuk umatku orang yang tidak menghargai (menghormati) mereka yang yang lebih tua dan tidak mengasihi mereka yang lebih muda darinya, serta tidak mengetahui hak-hak orang berilmu.” (HR. Ahmad).

Melalui mendengar, Seseorang dapat mengambil pelajaran apa-apa yang kita dapatkan, sebab apapun yang di bahasa dalam pembicaraan yang baik itu adalah ilmu baginya.

Dengan kita mendengarkan cerita atau nasihat kita dapat melatih kesabaran kita kak. Sebab ketika mendengarkan nasihat atau cerita orang lain kak tidak boleh memotong pembicaraan orang tersebut, tidak sibuk sendiri dan lain sebagainya.

Biasanya, apa yang diceritakan atau nasihat yang disampaikan oleh si pembicara tidak jauh dari cerita kehidupan sehari-hari, baik itu permasalahan maupun pengalaman-pengalaman yang telah dilalui si pembicara. Oleh sebab itu ilmu yang kita dapati dari si pembicara maka sebisa mungkin kita terapkan di dalam kehidupan kita sehari-hari.

Allah memberikan kita pendengaran untuk mendengarkan yang baik-baik. Maka, kita pun harus pandai memilah pembicaraan. Jika itu merupakan pembicaraan yang baik, maka dengarkanlah. Dan jika itu pembicaraan yang buruk, maka tinggalkanlah. Itulah ciri-ciri orang yang berakal.

Allah berfirman : “Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Az-Zumar : 18).

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya