Liputan6.com, Jakarta Bulan suci Ramadhan menjadi momen para orangtua mengenalkan indahnya Islam pada putra-putri disabilitas.
Beberapa anggota Indonesia Rare Disorder (IRD) turut berbagi cerita soal cara mengisi momen Ramadhan bersama buah hati disabilitas. IRD sendiri adalah komunitas yang menghimpun orangtua dari anak dengan kelainan langka di Jakarta dan sekitarnya.
Advertisement
Salah satu yang berbagi cerita pada Tim Disabilitas Liputan6.com adalah Marfriani. Ibu dari anak penyandang duplikasi kromosom 2 ini memanfaatkan masa-masa Ramadhan untuk mengajak putranya, Raffasya, ibadah bersama.
“Untuk Ramadhan, tetap kita punya target pribadi yang harus tercapai. Untuk mengurus anak memang extra tenaga, sebisa mungkin saya ikut sertakan Raffasya, contohnya dalam sholat, tilawah, persiapan berbuka puasa, dan lain-lain,” kata Marfriani kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan teks, Selasa (12/3/2024).
“Perkenalkan sholat di masjid dengan happy dan percaya diri, sehingga tertular energinya ke Raffasya. Walaupun lelah dia tetap happy dan bikin enjoy,” tambahnya.
Selain mengajak ibadah bersama, Marfriani juga membuat jadwal kegiatan rutin selama Ramadhan sehingga aktivitas sang anak yang baru menginjak umur 7 tahun jadi lebih terstruktur.
Dalam membimbing buah hati disabilitas dalam menjalani bulan Ramadhan, Marfriani mengaku bahwa peran suami sangat penting.
“Harus ekstra kerja sama yang konsisten dan semangat, PR nya ekstra tenaga. Contoh, saat sahur mama persiapkan makanan sahur, papa bangunkan Raffasya dan abangnya.”
Ajarkan Doa-Doa Harian
Usai sahur dan ketika hendak masuk waktu subuh, sang ayah mengajak Raffasya dan kakaknya ke masjid untuk shalat berjamaah.
Sebelumnya, Marfriani membimbing sang anak untuk berwudhu. Ia juga selalu merutinkan buah hatinya untuk belajar berdoa. Misalnya, doa masuk kamar mandi, doa berwudhu, tahapan berwudhu, doa keluar kamar mandi, dan doa setelah berwudhu.
Setelah wudhu, giliran ayah dan kakaknya yang mendampingi Raffasya untuk pergi ke masjid.
Advertisement
Hiburan Selama Ramadhan
Selain memperbanyak ibadah, Marfriani juga selalu mengajak keluarga untuk hiburan atau rekreasi sederhana.
“Biasanya ngabuburit, cari jajan takjil bukaan puasa kalo weekend.”
Selain ngabuburit, ia juga punya cara lain untuk mengisi waktu luang selama Ramadhan yakni dengan:
- Perkenalkan tauhid atau kecintaan kepada Allah.
- Rutinkan baca buku cerita.
- Ikutsertakan dalam kegiatan mengaji rutin.
- Tetap belajar rutin, mengulang materi-materi di sekolah sekitar 15 hingga 20 menit.
- Kenalkan berinfak.
Lihat Pasar Ramadhan hingga Bikin Kue Bersama
Selain Marfriani, ibu lain yang berbagi cerita adalah Herning. Ia adalah anggota IRD sekaligus ibu dari anak penyandang Waardenburg Syndrome, Keenan.
Menurutnya, membagi waktu saat Ramadhan cenderung tak begitu berbeda dengan hari-hari biasa. Sang anak yang menginjak umur 9 tahun sudah biasa pergi ke masjid karena sudah paham instruksi.
“Keenan bisa diajak ke masjid karena sudah paham instruksi,” kata Herning.
Untuk mengisi waktu luang, Herning kerap mengajak Keenan untuk bermain bola bekel dan ular tangga. Menurutnya, permainan ini dipilih karena sang buah hati bisa sekaligus belajar berhitung.
“Isi waktu sambil curi-curi terapi dikit.”
Selain bermain di rumah, kegiatan lain yang dilakukan sebagai rekreasi saat puasa adalah:
- Jalan-jalan ke taman sambil melihat pasar Ramadhan.
- Nonton film.
- Membuat kue bersama.
- Bermain board game seperti halma, ular tangga, ludo dan lain-lain.
“Main sama anak sambil nostalgia juga nih emak bapaknya,” pungkasnya.
Advertisement