Liputan6.com, Jakarta Polisi masih mendalami kasus dugaan pelecehan seksual yang menjerat oknum rektor nonaktif Universitas Pancasila Edie Toet Hendratno.
Informasi terbaru, kedua korban telah menjalani visum et repertum psycriatrium.
Advertisement
Hal itu diungkap langsung penasihat hukum kedua korban, Amanda Manthovani. Dia menerangkan, penyidik Subdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya mengarahkan kedua kliennya menjalani visum et repertum psychiatricum.
Adapun, pelaksanaan di Rumah Sakit Polri Kramat Jati pada Februari 2024. Hingga kini, Amanda mengatakan, ia bersama kedua kliennya masih menunggu hasilnya.
"Update dari penyidik menunggu hasil tes visum forensik psikiatri di Rumah Sakit Polri dan P3A. Saya lupa tanggalnya tapi sudah dilakukan 2 kali pada Februari 2024," kata dia dalam keterangannya, Selasa (12/3/2024).
Amanda menyebut, visum et repertum psychiatricum dinilai penting untuk pembuktiaan terkait dengan dugaan pelecehan seksual tersebut. Karena, menurut dia akan dijadikan salah satu alat bukti.
"Yes digunakan sebagai alat bukti," ucap dia.
Lebih lanjut, Amanda belum mengetahui secara detail kelanjutan dari proses penyelidikan yang dilakukan oleh pihak kepolisian. Informasi terakhir, dia hanya diminta menunggu hasil visum et repertum psycriatrium.
"Hanya bilang tunggu hasil tes," tandas dia.
Pengacara Klaim Banyak Orang Ngaku Jadi Korban Pelecehan Rektor
Kepolisian masih terus mendalami kasus dugaan pelecehan seksual yang menjerat Rektor nonaktif Universitas Pancasila (UP) Edie Toet Hendratno alias ETH. Sejauh ini, polisi mengusut kasus dugaan pelecehan seksual tersebut berdasarkan laporan dua korban inisial RZ dan DF.
Namun setelah kasus dugaan pelecehan seksual oknum Rektor UP itu mencuat ke permukaan, ternyata korban-korban lain pun bermunculan. Hal itu diungkap oleh pengacara RZ dan DF, Amanda Manthovani.
Amanda mengaku menerima banyak aduan dari orang-orang yang mengaku pernah menjadi korban pelecehan seksual rektor Universitas Pancasila Edie Toet Hendratno. Namun sayangnya mereka tak berani membuat laporan polisi.
"Sebenarnya ada mas. Ada yang hubungin saya tapi kan dia gak siap maju," ucap dia saat dihubungi, Senin (11/3/2024).
Advertisement
Lewat Media Sosial
Amanda menceritakan, saat itu ada salah seorang perempuan menghubungi dirinya di media sosial. Pengakuannya, dia pernah dilecehkan oleh ETH.
"Ada yang direct message (DM) satu orang, kalau dia sudah dilecehkan secara fisik ya bukan sekedar verbal," ucap dia.
Tak cuma itu, beberapa perempuan yang masih berstatus sebagai mahasiswi juga pernah mengalami hal serupa. Hal itu terungkap saat sejumlah mahasiswa membuat angket terkait kasus dugaan pelecehan seksual tersebut.
Ternyata, satu per satu dari mereka membongkar kelakuan oknum rektor nonaktif tersebut.
"Waktu itu mahasiswa sempet buat macam angket, korban si ETH. Nah itu ada beberapa yang masuk yang ngaku. Komunikasinya antarmahasiswa bicara komunikasi. Akhirnya mereka komunikasi melalui DM, ya saya pernah dilecehkan juga sama si rektor, begini-begini begitu," kata Amanda.