Liputan6.com, Jakarta - Kebanyakan kendaraan masa kini sudah terkoneksi dengan internet dan menjadi gudang data informasi. Teknologi mobil telematik canggih yang dapat membantu pengemudi dalam meningkatkan pengalaman berkendara ini ternyata justru dimanfaatkan perusahaan produsen mobil untuk meraup keuntungan dengan menjual data ke perusahaan asuransi.
Aplikasi pintar diiklankan oleh produsen otomotif sebagai pendukung keselamatan berkendara melalui sistem layaknya video game dengan perolehan poin karena berkendara dengan baik.
Advertisement
GM, induk perusahaan ragam jenama otomotif besar dengan Onstar Smart Driver miliknya yang tertanam dalam mobil-mobil mereka dengan sebutan MyChevrolet, MyBuick, MyGMC, dan MyCadillac mengumpulkan dan menjual data pengemudinya kepada perusahaan asuransi lewat broker data.
Seorang sumber anonim yang bekerja di GM Company mengatakan pada New York Times bahwa pendapatan tahunan perusahaan dari program Onstar Smart Driver ini berada di angka jutaan dolar AS.
Seorang pengendara Chevy Bolt, Kenn Dahl membagikan pengalaman mengemudinya di forum online.
Pada 2022, ia terkejut asuransi mobilnya melonjak 21 persen dan salah satu agen mengatakan bahwa laporan dari LexisNexis, broker data global berbasis di New York adalah salah satu faktornya.
Menginginkan keterangan lanjut, Dahl meminta detail laporan kepada perusahaan broker data tersebut dan mendapatkan lebih dari 130 halaman berisi data yang merinci setiap kali dia atau istrinya mengemudikan Bolt selama enam bulan sebelumnya.
Di dalamnya mencakup 640 perjalanan dengan data waktu berkendara, jarak tempuh, perhitungan kecepatan, dan pengereman mendadak atau akselerasi tajam. Satu-satunya yang tidak tertera adalah lokasi di mana mereka mengemudi.
Dirinya merasa mengalami kebocoran data. Dahl menganggap GM telah mengambil informasi yang dirinya tidak sadari akan dibagikan.
Pemilik Kendaraan Produksi GM Motors Mengaku Tetap Terlacak Tanpa Diketahuinya
Pemilik Cadillac di Florida mengatakan pada New York Times bahwa asuransinya ditolak oleh tujuh perusahaan, dan akhirnya mengetahui bahwa alasannya dikarenakan kendaraannya mengalami banyak pengereman mendadak dan akselerasi tajam, serta beberapa kali ngebut.
“Saya tidak tahu definisi rem keras. Kepala penumpang saya tidak membentur dasbor,” kata pemilik Cadillac tersebut.
“Sama dengan akselerasi. Saya tidak mengelupasinya. Saya tidak yakin bagaimana mobil mendefinisikannya. Saya tidak merasa saya mengemudi dengan agresif atau berbahaya," tambahnya.
Pengemudi tersebut mengatakan bahwa dia tidak mengetahui keberadaan OnStar Smart Driver dan belum pernah melihatnya di aplikasi MyCadillac miliknya.
Ketika dirinya meninjau dokumen yang ditandatanganinya di dealer ketika dia membeli Cadillac miliknya, dia pun tidak menemukan adanya indikasi pendaftaran layanan tersebut.
General Motors mengaku kepada New York Times bahwa mereka memang berbagi informasi tentang pengereman, akselerasi, dan kecepatan lebih dari 80 mph, serta waktu berkendara dengan broker data.
Namun, mengatakan bahwa pelanggan telah menyetujui untuk membagikan data mereka saat mereka menandatangani perjanjian pengguna di saat pembelian.
Walau begitu, beberapa pengemudi kendaraan buatan GM mengatakan mereka tetap terlacak bahkan ketika mereka tidak mengaktifkan fitur OnStar Smart Driver.
Advertisement
Beberapa Layanan Aplikasi dari Produsen Otomotif Memerlukan Persetujuan Eksplisit dari Pengguna
Kemitraan dengan broker data LexisNexis di AS tidak hanya dilakukan GM. Walau ikut bermitra dengan broker, beberapa produsen lain mengungkapkan program tersebut memerlukan persetujuan eksplisit pengguna.
Juru bicara Subaru mengatakan mereka hanya membagikan data odometer dengan LexisNexis untuk pelanggan yang mengaktifkan 'Starlink' dan mengizinkan data tersebut dibagikan saat berbelanja asuransi mobil.
Juru bicara Ford mengungkapkan perusahaannya tidak mengirimkan data kendaraan apa pun ke salah satu mitranya, kecuali pelanggan ingin ambil bagian dalam program asuransi berbasis penggunaan.
Ford akan membagikan perilaku mengemudi dari mobil langsung ke perusahaan asuransi jika pelanggan memberikan persetujuan eksplisit melalui layar sentuh di dalam kendaraan.
Produsen mobil lain seperti Kia, Mitsubishi, Hyundai, serta Honda dan Acura mengumpulkan informasi tentang data jarak tempuh, kecepatan, pengereman, dan akselerasi ketika mengaktifkan program aplikasi pintarnya, yang kemudian dibagikan dengan LexisNexis atau Verisk.
Jean Caltider, peneliti yang terbiasa dengan kebijakan privasi, mengungkapkan bahwa tidak mungkin konsumen mencoba dan memahami kebijakan yang bersifat legal. Apalagi lembar terms and conditions biasanya berisi lebih dari 2.000 kata.
Beberapa pengemudi juga tidak menyadari jika mereka mengaktifkan fitur tersebut, perusahaan mobil akan dapat memberikan informasi tentang cara mereka berkendara ke broker data.
Profesor Hukum Universitas Chicago, Omri Ben-Sharar, mengklaim pengemudi yang mengetahui bahwa mereka sedang diawasi akan mengemudi dengan lebih baik, namun argumen bahwa program ini bermanfaat bagi masyarakat menjadi kacau ketika pemilik tidak mengetahui bahwa mereka sedang dilacak.
Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia
Advertisement