Pengusaha Minuman Ringan Pede Cetak Cuan saat Ramadhan dan Lebaran

Jika ramadhan tahun ini berjalan lancar maka juga akan berpengaruh terhadap kinerja pertumbuhan industri minuman ringan. Misalnya, saat kemarin ada Pemilihan Presiden (Pilpres), tingkat penjualan minuman ringan sedikit naik.

oleh Tira Santia diperbarui 13 Mar 2024, 14:45 WIB
Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) Triyono Prijosoesilo dalam Konferensi Pers bertajuk “Kinerja Industri Minuman di Tahun 2023, serta Peluang dan Tantangan di Tahun 2024” di Jakarta Selatan, Rabu (13/3/2024). (Tira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Pengusaha minuman ringan optimistis penjualan minuman ringan pada bulan suci ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran tahun ini akan meningkat.

Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) Triyono Prijosoesilo mengatakan, biasanya pada momen Ramadhan penjualan minuman ringan selalu mengalami peningkatan. Bahkan kontribusinya bisa 30-40 persen dari total volume penjualan minuman per tahun.

"Insyallah harusnya ada, mudah-mudahan ada, tolong doakan, karena mau enggak mau Ramadhan itu secara tradisional itu bisa berkontribusi antara 30-40 persen dari total volume per tahun. Jadi besar," kata Triyono dalam Konferensi Pers bertajuk “Kinerja Industri Minuman di Tahun 2023, serta Peluang dan Tantangan di Tahun 2024” di Jakarta Selatan, Rabu (13/3/2024).

Menurutnya, jika ramadhan tahun ini berjalan lancar maka juga akan berpengaruh terhadap kinerja pertumbuhan industri minuman ringan. Misalnya, saat kemarin ada Pemilihan Presiden (Pilpres), tingkat penjualan minuman ringan sedikit naik. Ia berharap pada ramadhan semakin meningkat.

"Jadi kalau ramadan nya susah, secara industri susah. Kita berharap sih tahun ini, di awal tahun tadi disampaikan datanya sudah ada sedikit terkait dengan pilpres, kampanye itu agak naik, setelah itu mungkin agak sedikit turun. Harapan kita ramadan itu mulai naik," ujarnya.

ASRIM berharap, kenaikan tersebut bisa terus berlanjut hingga momen lebaran tahun ini. Namun, Triyono tidak menyebutkan secara pasti berapa target kenaikan penjualan minuman ringan pada Ramadhan dan Lebaran.

"Nah, memang so far sih keliatannya cukup baik, ada peningkatan penjualan di awal-awal bulan ini, dan mudah-mudahan ini terus berlangsung sampai dengan nanti lebaran," ujarnya.

"Saya belum lihat data spesifiknya sampai berapa persen kenaikannya. Tapi beberapa teman-teman yang di anggota mulai menyampaikan bahwa mulai ada kenaikan. Mungkin nanti kita bisa lihat datanya setelah lebaran," tutup Triyono.


Dampak Pandemi COVID-19 Bikin Penjualan Terjun Bebas

Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) Triyono Prijosoesilo. (Foto: Liputan6.com/Tira Santia)

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM), Triyono Prijosoesilo mengatakan, selama masa pandemi covid-19 terjadi penurunan penjualan minuman ringan hingga 50 persen.

"Kita semua tahu COVID-19 itu dampaknya bagaimana, bagi industri minuman sangat-sangat signifikan kita melihat penurunan penjualan bisa mencapai 45-50 persen," kata Triyono dalam Konferensi Pers bertajuk “Kinerja Industri Minuman di Tahun 2023, serta Peluang dan Tantangan di Tahun 2024” di Jakarta Selatan, Rabu (13/3/2024).

Dia menuturkan, selama masa pandemi pada 2020-2021 merupakan masa-masa sulit bagi industri minuman di dalam negeri.

"Benar-benar suatu kondisi bagi industri minuman sangat-sangat menyedihkan, sangat penuh dengan tantangan," ujarnya.

Adapun hingga kini, industri minuman ringan masih dalam proses pemulihan pasca covid-19. Dalam paparannya, tingkat penjualan secara umum mengalami pertumbuhan sebesar 3,1 persen dari 2022 hingga 2023 secara year on year.

Namun, penyumbang utama dari pertumbuhan tersebut adalah air mineral. Kata Triyono, tanpa penjualan air mineral, industri minuman ringan mengalami pertumbuhan negatif sebesar 2,6 persen.

 


Penyumbang Pertumbuhan Ekonomi

Pajak dosa dikenakan pada produk-produk olahan tembakau dan minuman ringan, yang membuat orang lalai hidup sehat. (iStockphoto)

Triyono menyebut, industri makanan dan minuman (mamin) berkontribusi signifikan terhadap total produk domestik bruto (PDB) Indonesia, dan merupakan salah satu industri penyerap tenaga kerja terbesar.

Sebelumnya diberitakan, dukungan teknologi dinilai akan memperkuat industri makanan dan minuman  untuk menghadapi tantangan mulai dari dampak geopolitik, perubahan iklim, krisis kesehatan, krisis logistik yang membuat harga pangan tinggi, kebijakan pembatasan oleh negara maju, hingga melonjaknya harga energi.

“Semua tantangan ini harus kami hadapi tahun depan dan seterusnya. Oleh karena itu, kami perlu mengantisipasi. Salah satu yang penting bagi industri makanan dan minuman adalah bagaimana kami harus didukung teknologi,” kata Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman dalam konferensi Agri-Food Tech Expo Asia (AFTEA) 2023 melansir Antara di Jakarta, Rabu, 3  Agustus 2023.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya