Komet Iblis Akan Kembali Kunjungi Orbit Bumi, Begini Cara Melihatnya

Meski begitu, kemunculan komet iblis tidak berbahaya bagi bumi.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 14 Mar 2024, 03:00 WIB
Ilustrasi Komet Iblis (sumber : Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Komet iblis atau devil comet akan kembali mengunjungi sistem tata surya Bima Sakti pada 21 April 2024 mendatang. Komet bernama resmi 12/P Pons-Brooks ini muncul di dalam sistem tata surya setiap 71 tahun sekali.

Dijuluki "iblis" karena dua "tanduk" gas dan debu yang terbentuk dari letusan tak biasa. Komet ini akan menjadi objek langit yang menarik untuk diamati pada 2024.

Menariknya, komet iblis ini akan muncul di titik terdekat dengan bumi dan matahari. Meski begitu, kemunculan komet iblis tidak berbahaya bagi bumi.

Melansir laman live Science pada Kamis (13/03/2024), ada kemungkinan komet raksasa ini juga dapat terlihat dengan mata telanjang saat gerhana matahari pada 8 April 2024 esok. Komet 12/P Pons-Brooks bisa memberikan kesempatan bagi para penikmat benda langit untuk melihat wujud komet dari jarak relatif dekat.

Jika kondisi langit bersih dan cukup gelap, para astronom mengatakan masyarakat seluruh dunia bisa melihatnya dengan mata telanjang. Sejauh ini, para astronom sudah bisa melihat pergerakan komet tersebut melalui teleskop khusus yang canggih.

Komet iblis terdeteksi muncul dua kali dalam kurun waktu empat bulan terakhir, yakni pada Juli 2023 dan awal Oktober 2024. Saat gerhana matahari nanti, Komet Pons-Brooks seharusnya berada di dekat Jupiter selama gerhana.

Untuk menemukannya, para astronom menyarakan untuk melihat ke kiri matahari yang sepenuhnya terhalang. Sekitar sepanjang tangan jauhnya akan ada Jupiter, yang akan terlihat seperti titik terang, seperti bintang.

Dengan menggunakan planet sebagai referensi, kamu mungkin menemukan komet di dekatnya saat memindai sekitarnya dengan teropong. Pada dasarnya, komet terdiri dari debu, gas beku, es, dan bebatuan yang terikat karena pembentukan tata surya.

Semakin dekat dengan matahari, suhu pada komet akan menghangat dan warnanya menjadi cerah. Sedangkan es akan berubah menjadi gas dan menghilangkan debu.

Debu akan berubah membentuk ekor yang kerap diasosiasikan dengan komet. Sebelumnya komet iblis mengalami letusan terdahsyat, sehingga kemungkinan akan kehilangan tanduknya yang ikonik.

Letusan di komet vulkanik raksasa yang melaju menuju Matahari itu terjadi pada November 2023. Selain membuat kehilangan tanduknya, letusan itu terlacak memicu warna hijau langka dan 'bayangan' misterius.

Komet ini adalah komet kriovolkanik, atau gunung berapi dingin, yang terdiri dari cangkang es, atau inti, berisi es dan gas. Ketika komet menyerap cukup banyak radiasi Matahari, bagian dalam komet yang membeku, atau cryomagma, menjadi sangat panas.

Tekanan meningkat di dalam inti hingga cangkangnya retak dan isi komet yang sedingin es menyembur ke luar angkasa. Setelah letusan, koma komet (awan kriomagma dan debu yang tidak jelas dan memantulkan cahaya) mengembang dan membuat komet tampak lebih terang bagi para astronom karena memantulkan sinar matahari.

Setiap kali komet meledakkan bagian atasnya, komanya meluas menjadi bentuk tidak beraturan dengan "jalur gelap" yang membuatnya tampak seperti tumbuh sepasang tanduk.

Pada 14 November 2023, 12P kembali mengalami letusan besar, letusan paling ekstrem sejauh ini. Para astronom menyaksikan komet tersebut untuk sementara menjadi 100 kali lebih terang dari biasanya pada hari-hari berikutnya seiring dengan meluasnya komanya.

 


Sejarah Pengamatan Komet Iblis

Komet iblis pertama kali diamati pada tahun 1812 oleh astronom Prancis Jean-Louis Pons. Sejak saat itu, komet ini telah diamati kembali sebanyak 12 kali, dengan periode orbit sekitar 71 tahun.

Komet iblis memiliki orbit elips yang membawanya dari Matahari hingga ke luar tata surya. Komet iblis memiliki diameter inti sekitar 2 kilometer.

Dua ekornya, yang terdiri dari gas dan debu, dapat mencapai panjang hingga 1 juta kilometer. Ekor ini terbentuk ketika komet mendekati Matahari, dan panas matahari menyebabkan es di permukaan komet menguap.

Dua ekor Komet iblis yang menyerupai tanduk adalah salah satu fitur yang membuatnya terkenal. Ekor ini terbentuk karena dua proses yang berbeda.

Ekor debu terbentuk dari partikel debu yang tertiup angin matahari dari permukaan komet. Ekor debu ini biasanya berwarna putih atau kuning.

Ekor ion terbentuk dari atom dan molekul yang terionisasi oleh radiasi ultraviolet dari Matahari. Ekor ion ini biasanya berwarna biru.

Meskipun Komet iblis memiliki julukan yang menyeramkan, komet ini tidak berbahaya bagi Bumi. Pada tahun 2024, Komet iblis akan mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi, yaitu sekitar 42 juta kilometer.

Jarak ini masih jauh lebih jauh daripada jarak Bulan ke Bumi.

(Tifani)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya