Liputan6.com, Medan - Begu ganjang merupakan sosok makhluk gaib yang kisah misterinya masih sangat kental di pelosok Sumatra Utara. Konon, sosok gaib ini memiliki perawakan yang sangat menyeramkan.
Mengutip dari berbagai sumber, begu ganjang kerap dikaitkan dengan berbagai malapetaka, terutama bagi siapa saja yang berurusan dengannya. Masyarakat pun takut akan sosok ini.
Selain memancarkan energi jahat, ketakutan masyarakat terhadap begu genjang juga didasari oleh kemampuannya mencelakai manusia. Pasalnya, begu ganjang merupakan sosok gaib yang bisa digunakan untuk melakukan ilmu hitam, seperti santet atau teluh.
Baca Juga
Advertisement
Adapun nama begu ganjang berasal dari kata begu yang berarti roh atau hantu dan ganjang yang berarti panjang. Secara keseluruhan, begu ganjang berarti hantu yang berwujud panjang.
Menurut cerita masyarakat, begu ganjang memiliki tubuh yang besar dan panjang dengan rambut hitam-lurus. Sementara raut wajahnya sangat menyeramkan dengan gigi seperti gergaji.
Jika tidak sengaja melihat begu ganjang sebaiknya dihiraukan. Hal ini karena jika begu ganjang semakin dilihat, maka tubuhnya akan semakin bertambah besar dan memanjang.
Kehadiran cerita sosok begu ganjang di kalangan masyarakat belum diketahui asal-usulnya. Konon, cerita ini diyakini menyebar dari mulut ke mulut.
Namun, beberapa orang meyakini sosok begu ganjang berawal dari Suku Batak. Awalnya, begu ganjang digunakan oleh nenek moyang masyarakat suku Batak untuk menjaga perkebunan dari pencuri.
Namun lama-kelamaan, sosoknya dimanfaatkan untuk hal tak baik lainnya. Mereka kemudian membuat kesepakatan dengan begu ganjang yang awalnya untuk menjaga perkebunan berganti menjadi untuk menyakiti orang yang tidak disukai.
Konon, semua korban serangan begu ganjang memiliki pola yang sama, misalnya bekas memar biru di leher. Selain digunakan untuk mencelakai, Begu Ganjang juga biasa digunakan untuk mencari kekayaan atau pesugihan.
Individu yang sudah membuat perjanjian dengan begu ganjang harus mengorbankan tumbal. Jika tidak, maka orang-orang terdekat hingga sang pemiliknya sendiri dapat menjadi korban.
Penulis: Resla