Astronom Temukan Dua Lubang Hitam Super Besar di Alam Semesta

Pasangan lubang hitam ini terdiri dari dua lubang hitam supermasif yang mengitari satu sama lain dengan jarak hanya 24 tahun cahaya.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 15 Mar 2024, 01:00 WIB
Ilustrasi lubang hitam raksasa atau supermassive black hole yang berjarak 13 miliar tahun cahaya dari Bumi (Robin Dienel/Carnegie Institution for Science)

Liputan6.com, Jakarta Para astronom menemukan dua lubang hitam yang memiliku berat setara 28 miliar massa matahari. Keduanya menjadi temuan lubang hitam paling besar yang pernah ada saat ini.

Melansir laman Live Science pada Kamis (14/03/2024), Massa gabungan kedua lubang hitam ini sangat besar, sehingga mereka menolak untuk bertumbukan dan menyatu. Pasangan lubang hitam itu berada di dalam galaksi "fosil" B2 0402+379.

Pasangan lubang hitam ini terdiri dari dua lubang hitam supermasif yang mengitari satu sama lain dengan jarak hanya 24 tahun cahaya. Para pakar percaya hal tersebut menjadikannya pasangan lubang hitam terdekat yang pernah ditemukan.

Para peneliti melaporkan temuan mereka di Astrophysical Journal, 5 Januari lalu. Meski jaraknya sangat dekat, kedua monster kembar ini terkunci dalam limbo orbit karena tidak lagi mendekat.

Menariknya, keduanya terus mengulang pola gerak yang sama selama lebih dari 3 miliar tahun. Para astronom masih belum bisa memastikan apakah gerak lubang hitam ini akan terus berlanjut tanpa jeda atau akan berakhir dengan tabrakan.

Dikutip dari laman yang sama, profesor fisika dari Stanford University Roger Romani menyebut, galaksi yang memiliki pasangan lubang hitam yang lebih ringan biasanya memiliki bintang dan massa yang cukup untuk menggerakkan keduanya dengan cepat.

Namun karena dua lubang hitam ini sangat berat, dibutuhkan banyak bintang dan gas untuk bekerja. Pasangan black hole tersebut telah menjelajahi galaksi dan telah berhenti.

 


Keruntuhan Bintang

Lubang hitam lahir dari keruntuhan bintang-bintang raksasa dan tumbuh dengan melahap apa pun yang berada terlalu dekat, baik itu gas, debu, bintang, maupun lubang hitam lainnya. Namun, dari mana lubang hitam pertama kali terbentuk masih menjadi misteri.

Simulasi masa lalu tentang milyaran tahun pertama alam semesta menunjukkan lubang hitam lahir dari awan gas dan debu dingin yang mengepul dan menyatu. Kemudian berubah menjadi bintang-bintang yang sangat masif dan akan runtuh dengan cepat.

Setelah lahir, lubang hitam ini tumbuh semakin besar, mengekor awan gas di sekelilingnya. Akhirnya, lubang hitam runtuh menjadi bintang-bintang pertama di galaksi kerdil.

Para astronom berteori ketika alam semesta berkembang, lubang hitam di dalam galaksi-galaksi kerdil dengan cepat bergabung dengan galaksi-galaksi. Fenomemne ini melahirkan lubang hitam supermasif yang lebih besar lagi.

Para astronom menelusuri arsip data yang dikumpulkan oleh teleskop Gemini North di Hawaii untuk menemukan sepasang lubang hitam itu. Dengan menggunakan spektograf teleskop (GMOS) untuk memecah cahaya bintang menjadi warna-warna yang berbeda, para astronom menemukan cahaya yang berasal dari Matahari yang melaju di sekeliling lubang hitam.

Hal ini membawa para astronom ke B2 0402+379 - "gugus fosil" yang terbentuk ketika seluruh gugus galaksi yang terdiri dari bintang-bintang dan gas bergabung menjadi satu galaksi raksasa. Ketika sepasang lubang hitam sudah cukup dekat, para ilmuwan meyakini gelombang gravitasi akan membawa energi yang cukup besar sehingga kedua monster yang sedang bertarung itu akan melambat dan bergabung.

Namun, para ilmuwan belum pernah mengamati dua lubang hitam yang melakukan hal ini. Sementara itu, penggabungan lubang hitam B2 0402+379 telah terhenti selama 3 miliar tahun terakhir.

Para peneliti percaya pasangan lubang hitam raksasa ini sangat masif sehingga tidak ada yang bisa memperlambatnya.

 


Mengenal Galaksi "fosil" B2 0402+379

Galaksi "fosil" B2 0402+379, tepat dua lubang hitam raksasa berada meruapakan galaksi elips raksasa yang terletak di gugus galaksi Abell 370. Dikutip dari laman NASA pada Kamis (14/03/2024), galaksi ini tergolong "fosil" karena telah kehilangan gas dan debu yang dibutuhkan untuk pembentukan bintang baru.

Hal ini membuat galaksi B2 0402+379 memiliki populasi bintang yang didominasi oleh bintang tua dan berwarna merah. Diameter galaksi ini mencapai 3,5 juta tahun cahaya, lebih besar dari galaksi Bima Sakti.

Galaksi ini diperkirakan berusia 13 miliar tahun, hampir sama dengan usia alam semesta. Galaksi B2 0402+379 berjarak sekitar 4 miliar tahun cahaya dari Bumi.

Para astronom mempelajari galaksi B2 0402+379 untuk memahami evolusi galaksi dan bagaimana galaksi elips raksasa terbentuk. Galaksi ini memberikan contoh bagaimana galaksi dapat kehilangan gas dan debu, dan bagaimana proses ini dapat menghentikan pembentukan bintang baru.

(Tifani)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya