Liputan6.com, Cornwall - Supertanker Torrey Canyon terpantau kandas di bebatuan Land's End dan Kepulauan Scilly tepat hari ini 57 tahun yang lalu.
Kejadian ini mengakibatkan kebocoran muatan minyaknya ke laut, mengutip dari BBC.com, Senin (18/4/2024).
Advertisement
Kapal tanker setinggi 974 kaki atau sekitar 297 meter yang membawa 100.000 ton minyak mentah, menghantam Pollard's Rock di terumbu Seven Stones.
Ladang minyak yang sudah terbentuk diyakini merupakan ladang minyak yang pernah mengancam garis pantai West Country.
Ada kekhawatiran bahwa Pantai Cornwall, Devon dan Dorset akan terkena imbas tumpahan minyak tersebut.
Sementara itu, melansir dari safety4sea.com, Torrey Canyon menandai beberapa kejadian pertama dalam kecelakaannya seperti:
- Kapal ini adalah supertanker generasi pertama dengan panjang 297 meter L.O.A - adalah panjang kapal yang diukur dari haluan kapal terdepan sampai buritan kapal paling belakang.
- Kapal terbesar yang pernah karam.
- Tumpahan minyak terbesar dalam sejarah hingga pada saat itu.
- Kecelakaan lingkungan terburuk di Inggris, dan;
- Bencana kapal tanker besar pertama.
Pada tanggal 18 Maret 1967, supertanker berbendera Liberia ini sedang dalam perjalanan dari Kuwait ke kilang di Milford Haven, Inggris dan memuat sekitar 119.328 ton minyak mentah yang dikirim oleh BP Trading Limited.
Saat berlayar sekitar pukul 08.50 waktu setempat, kapal tersebut kandas di terumbu Seven Stones, antara Kepulauan Scilly dan Land's End di Cornwall.
Tidak ada korban jiwa, namun kecelakaan tersebut merusak tangki kapal dan mengakibatkan muatan minyak mentah dalam jumlah besar tumpah ke laut.
Dampak pada Lingkungan
Belum pernah terjadi tumpahan minyak sebesar itu sampai saat itu.
30.000 ton minyak mentah langsung tumpah ke laut dari tangki kapal yang pecah, selama 12 hari setelah kejadian, seluruh muatan yakni 119 ribu ton minyak mentah Kuwait tersebut hilang.
Berbagai macam metode untuk mengurangi tumpahan telah dicoba.
Pembakaran kapal tersebut terbukti tidak berhasil dan akhirnya Pemerintah Inggris memerintahkan agar Torrey Canyon dihancurkan dengan pemboman udara, sehingga semua minyak yang tersisa di kapal akan terbakar habis.
Antara tanggal 28 dan 30 Maret, Angkatan Laut dan Udara Inggris melakukan pengeboman kapal tersebut untuk membuka tangki yang tersisa dan melepaskan sisa minyak ke laut.
Minyak tersebut kemudian dibakar dengan menjatuhkan perangkat bahan bakar penerbangan napalm dan natrium klorat, dan diyakini bahwa semua minyak di sekitar bangkai kapal telah musnah pada tanggal 30 Maret.
Operasi ini sebagian berhasil, namun tidak bisa mencegah keluarnya minyak yang mencemari bagian barat daya Inggris, dan menyebabkan kematian ribuan burung laut serta mengancam mata pencaharian banyak masyarakat lokal pada musim panas mendatang.
Minyak yang terbawa arus bahkan mencemari pantai dan pelabuhan di kepulauan Channel dan Britania.
Upaya pembersihan ini memakan waktu berbulan-bulan dan dilaporkan merugikan Pemerintah Inggris dan Prancis sebesar 15 juta dolar atau sekitar Rp233 miliar.
Advertisement
Kemungkinan Penyebabnya
Menurut pendapat Badan Investigasi yang dibentuk oleh Pemerintah Liberia, terdamparnya kapal tersebut semata-mata karena kelalaian nahkoda.
Mengutip dari safety4sea.com, Nahkoda telah meninggalkan kapal dengan autopilot semalaman, namun arus kuat malah mendorong kapal ke utara dan timur, dan kepala perwira mengubah arahnya ke utara.
Ketika Kapten terbangun, dia melihat Kepulauan Scilly tiba-tiba berada di luar pelabuhannya, bukan di haluan kanan.
Nakhoda memerintahkan perubahan haluan tetapi kapal itu membawa kapal menuju karang Tujuh Batu.
Melansir pada data pengadilan yang dibacakan "Dia merencanakan dan mencoba untuk menyesuaikan jalurnya dengan memerintahkan tingkungan keras ke pelabuhan, tetapi pada saat kritis kapal tidak merespon."
2 Kapal Tenggelam di Lepas Pantai Pulau Palawa Filipina, 7 Orang Dilaporkan Hilang
Kejadian kapal karam kerap terjadi, salah satunya di Filipina awal tahun 2024 lalu,
Tujuh orang hilang dan empat lainnya berhasil diselamatkan di laut setelah dua kapal berukuran kecil terbalik akibat cuaca buruk di lepas pantai Pulau Palawan, Filipina barat.
Kapal-kapal tersebut sedang mengangkut penduduk lokal dari pulau kecil di sekitar wilayah Araceli, Laut Sulu.
Namun, lantaran angin begitu kencang sejumlah kapal terpisah dari beberapa kapal lainnya, kata kepala polisi Araceli kepada AFP.
Empat orang yang berada di salah satu perahu cadik berhasil diselamatkan tanpa cedera, sementara penumpang di kapal kedua masih hilang, kata Kapten polisi Orland Sagaro, dikutip dari laman alarabiya.net, Jumat (26/1/2024).
“Tidak ada badai tetapi angin muson timur laut cukup kuat di wilayah ini,” tambahnya.
Angkatan laut, penjaga pantai, dan penyelamat dari pemerintah kota semuanya ambil bagian dalam pencarian kapal kedua beserta tujuh penumpang dan awaknya, kata Sagaro.
Kecelakaan laut sering terjadi di Filipina, negara kepulauan Asia yang memiliki lebih dari 7.000 pulau yang dilanda badai dan pelayaran domestiknya tidak diatur dengan baik.
Advertisement