Liputan6.com, Yogyakarta - Jika mendengar kata UFO, yang terbayang dalam benak kita kebanyakan adalah sebuah piring terbang yang menampakkan diri di udara secara cepat dan kemudian menghilang. Tapi ada juga yang membayangkan sebuah getaran, frekwensi, atau bahkan sebuah alunan musik. Mengapa demikian?
Musik yang kita kenal selama ini kebanyakan adalah sebuah alunan komposisi dengan pola dinamik yang sangat indah untuk didengar dan dinikmati. Musik adalah sesuatu yang bisa membuat kita merasakan sensasi tertentu. Dan dengan musik pulalah kita bisa menciptakan sebuah makna baru dari sebuah kejadian dalam hidup.
Adalah duo dari Jerman, Rochus Aust dan Verena Barie, yang sedang melakukan tur untuk konser musiknya ke beberapa negara di Kawasan Asia Pasifik, untuk singgah di Indonesia pada Selasa, 12 Maret 2024. Venzha Christ dari ISSS (Indonesia Space Science Society) menggandeng USD (Universitas Sanata Dharma) untuk mengadakan Seminar dan Konser Mini untuk Program Doktor (S3) Kajian Budaya: Seni, Sains, dan Teknologi.
Baca Juga
Advertisement
Gregorius Budi Subanar sebagai moderator seminar mengatakan bahwa sudah tidak ada lagi batasan antara seni dan perkembangan teknologi saat ini. Keterbukaan pengetahuan akan selalu dinamis untuk menemukan bentuk-bentuk baru dalam aktivitasnya, termasuk juga dengan fenomena UFO dan Extra-Terrestrial ini.
Lantas apakah musik UFO ini?
Secara singkat bisa dikatakan Duo Jerman dengan nama Avatar Curators ini membuat sebuah paradigma baru tentang konsep dasar bebunyian dan frekuensi, dan mengemasnya dalam berbagai instrumen musik yang dirancang sendiri, dan dikatakan bisa mennerjemahkan frekuensi anomali dengan alunan dan getaran (vibrasi) terhadap keberadaan UFO dan Extra-Terrestrial.
"Ini adalah acara prafestival, menuju ‘Indonesia UFO Festival 2024’ yang akan diadakan Juli nanti di Yogyakarta. Nantinya duo musisi ini akan hadir kembali dengan kemasan dan bentuk konser yang lebih lengkap dalam perhelatan Indonesia UFO Festival yang rutin diselenggarakan setiap tahun," ujarnya.
Pada Juli 2024, ISSS juga akan mengadakan ‘International SETI Conference 2024’ dengan menghadirkan para saintis dan pakar di bidang Astronomi, Space Science, dan juga Space Exploration.
Dalam kesempatan ini ada juga presentasi tentang VMARS – v.u.f.o.c Mars Analogue Research Station, yaitu sebuah Analog Mars pertama di Asia Tenggara yang akan dibangun di Indonesia. VMARS akan menjadi karya dan peran nyata bangsa Indonesia dalam perkembangan ekplorasi Planet Mars di masa depan.
Venzha Christ mengatakan program dengan universitas ini terus dilakukan secara kontinu dan akan terus menghadirkan para pakar, praktisi, ilmuwan, seniman dan juga komunitas untuk bisa berbagi pengalaman serta membuka ruang-ruang kolaborasi di masa depan.