PHRI Sebut Tingkat Hunian Hotel Berpotensi Naik sampai 10 Persen di Libur Lebaran 2024, Terbanyak di H+2

PHRI meyakini permintaan sewa kamar hotel di berbagai wilayah saat musim libur Lebaran 2024 melonjak signifikan seiring adanya tradisi mudik.

oleh Henry diperbarui 15 Mar 2024, 11:00 WIB
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi Sukamdani. Foto: Tira Santia

Liputan6.com, Jakarta - Libur Lebaran jadi salah satu momen yang membuat tingkat hunian hotel meningkat. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) meyakini permintaan sewa kamar hotel di berbagai wilayah saat musim libur Idul Fitri 2024 bakal melonjak signifikan seiring adanya tradisi mudik.

Menurut Ketua Umum PHRI, Hariyadi Sukamdani, lonjakan pemesanan kamar hotel untuk periode libur Lebaran 2024 memang belum begitu terlihat sekarang. Namun, ini bukan masalah, mengingat berbagai online travel agent (OTA) telah memberi banyak kemudahan dan fleksibilitas bagi pelanggan untuk memesan kamar hotel. Dalam hal ini, para pelanggan bisa memesan kamar dengan mudah dalam beberapa hari sebelum kunjungan.

"Kemungkinan seminggu sebelum libur Lebaran baru terlihat adanya peningkatan okupansi kamar hotel yang masif. Kalau menurut perkiraan kita, setidaknya ada kenaikan sampai 10 persen," terang Hari di acara Buka Puasa Bersama PHRI di hotel di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Kamis, 14 Maret 2024.

Ia menambahkan, peningkatan okupansi kamar hotel saat periode libur Lebaran biasanya terjadi ketika hari ketiga perayaan Idul Fitri. Di hari tersebut, masyarakat punya lebih banyak waktu untuk liburan setelah fokus kumpul keluarga. Jadi, laju okupansi kamar yang tinggi akan bergantung pada seberapa lama waktu cuti bersama pascahari H Lebaran.

"Jadi kalau cuti bersama sebelum Lebaran, tingkat hunian hotel biasanya belum naik signifikan. Lonjakan okupansi biasanya terjadi saat H+2 Lebaran dan beberapa hari setelahnya sampai akhir cuti bersama," jelasnya.

PHRI juga menyebut, hotel-hotel di area Jakarta kemungkinan tidak mengalami peningkatan okupansi yang tinggi selama libur Idul Fitri. Alasannya, banyak masyarakat Jakarta yang mudik ke berbagai daerah di Pulau Jawa atau luar Jawa.


Peningkatan Okupansi Kamar Hotel

Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani, mengatakan saat ini pihaknya belum ada rencana untuk membangun hotel baru di Ibu Kota Nusantara (IKN).

Dari situ, peningkatan okupansi kamar hotel yang signifikan selama libur Lebaran akan lebih banyak terjadi di kota-kota selain Jakarta atau kota lain yang punya banyak destinasi wisata. Para pengelola hotel telah menyiapkan strategi menggaet tamu saat musim libur Lebaran 2024. Misalnya, dengan promosi tarif sewa kamar yang disesuaikan dengan kondisi wilayah dan langkah dari kompetitornya.

Pihak hotel juga berusaha meningkatkan maupun memperbaiki fasilitas demi memberi pengalaman menginap terbaik pada para tamu. PHRI sebelumnya telah menggelar Rakernas IV tahun 2024 yang digelar di Batam dan memilih tema "Strategi Pemerintah dalam Mengatur Penyedia Perjalanan Wisata."

Menurut Hari, pertemuan yang digelar pada 22 Februari 2024 ini mempertemukan lebih dari 1.500 anggota PHRI dari seluruh Indonesia. "Rakernas ini kegiatan rutin untuk mengevaluasi dan melaporkan program kerja selama satu tahun. Kemudian, menyusun program satu tahun berikutnya. Ini lebih pada evaluasi dan perencanaan," kata Ketua PHRI, Rabu, 21 Februari 2024, mengutip kanal Regional Liputan6.com.


Tantangan Terkini Hotel dan Restoran di Indonesia

Suasana Rakernas PHRI IV tahun 2024, menyikapi ancaman OTA asing yang merugikan. Foto: liputan6.com/ajang nurdin 

Hari menyampaikan, Rakernas PHRI kali ini akan membahas situasi usaha sektor hospitality, serta bagaimana menghadapi tantangan terkini hotel dan restoran di Indonesia. Salah satu fokusnya adalah meningkatnya jumlah online travel agent (OTA), namun belum terjadi pemulihan sektor akomodasi.

Merujuk data BPS tahun 2023, okupansi hotel di Indonesia belum meningkat dalam tingkat keterisian kamar. Data PHRI menunjukkan, angka okupansi ini masih di bawah okupansi pada 2019 atau periode pre-covid.

"Prinsipnya, OTA itu dari satu sisi membantu, karena membuat lebih efisien. Tapi, ada yang jadi kendala, ada dua hal, satu terkait komisi yang relatif tinggi, itu jadi beban, kedua adalah OTA asing yang tidak membayar pajak, artinya itu dibebankan ke kita (hotel)," katanya.

Peningkatan penetrasi pasar OTA diproyeksikan mencapai 45 persen di Indonesia dan akan menyentuh angka Rp12 miliar total pasar pariwisata pada 2025. Namun, gap antara peningatan valuasi OTA dengan pemasukan hotel di Tanah Air diperkirakan akan menghambat target tersebut.


Mencari Solusi di Rakernas PHRI

Direktur Jendral Aplikasi (Kominfo/tengah) Somoel Pangarepan saat menghadiri Rapat Kerja Nasional PHRI di Swisbel Hotel, Batam). Foto: liputan6.com/ajang nurdin 

Anomali ini muncul karena OTA yang dimiliki perusahaan asing yang memberikan suntikan modal promosi besar sambil menekan harga hotel-hotel di Indonesia. OTA asing tersebut, yakni Agoda, Booking.com, Airbnb, Trip.com, Expedia, Globaltix, dan Klook.

"Kita harus menalangi pajak dari OTA asing," katanya. Rakernas PHRI bermaksud mencari solusi dan menjawab kekhawatiran kehadiran OTA asing yang melakukan "bakar uang," namun justru berdampak minim untuk sektor pariwisata dalam negeri.

Selain itu, dalam agenda ini, PHRI juga melakukan peluncuran platform BookingINA. Aplikasi ini merupakan platform pemesanan hotel dan restoran online yang dikembangkan untuk menjawab kebutuhan belanja hotel dan restoran oleh kementerian dan lembaga pemerintah di Indonesia.

Platform ini akan jadi tempat untuk seluruh kementerian dan lembaga pemerintah memesan hotel dan restoran untuk semua kegiatan yang dikelola pemerintah. PHRI menyatakan, BookingINA dapat memberi manfaat timbal balik untuk pengusaha dan pemerintah.

Infografis Ragam Akomodasi di Sektor Bisnis Hotel. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya