Mengenal Msaharati, Tradisi Bangunkan Sahur di Timur Tengah

Membangunkan sahur ternyata menjadi budaya di Timur Tengah, bernama Msaharati

oleh Fariza Noviani Abidin diperbarui 16 Mar 2024, 03:00 WIB
Nizar al-Dabbas Palestina berusia lima puluh tahun, seorang "Msaharati" yang memainkan peran tradisional sebagai "penabuh drum Ramadhan", membangunkan umat Islam untuk makan sahur sebelum fajar selama bulan suci. (5/4/2022). (AFP/Said Khatib)

Liputan6.com, Jakarta - Di bulan Ramadhan, umat Islam di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa. Salah satu momen penting dalam Ramadhan adalah waktu sahur, di mana umat Islam bangun untuk makan sebelum fajar menyingsing.

Salah satu tradisi yang turut memeriahkan bulan Ramadhan khususnya pada waktu sahur di beberapa negara Timur Tengah adalah Msaharati

Dilansir dari Doha News, Msaharati adalah tradisi Arab, di mana seorang pria akan berkeliling jalanan area tempat tinggalnya selama waktu sahur sebelum fajar di bulan Ramadhan. Mereka membawa drum untuk membangunkan warga untuk sahur dan makan sebelum memasuki waktu puasa.

Selama bulan Ramadan, beberapa daerah di Qatar berupaya menghidupkan kembali tradisi Msaharati yang sudah ada selama berabad-abad. Tradisi ini bertujuan memastikan warga tetap terhubung dengan warisan dan budaya lokal.

Para Msaharati akan berkeliling sambil mengiringi hentakan drum dengan nyanyian, "Bangunlah orang yang tidur untuk beribadah kepada pencipta."

Meskipun lokasinya tidak disebutkan secara rinci, beberapa tempat di Qatar mengumumkan akan menghadirkan Msaharati sebagai bagian dari acara Ramadan mereka. Katara Cultural Village dan Pelabuhan Lama Doha termasuk di antara penyelenggara tradisi ini.

Katara akan menghadirkan Msaharati untuk menyambut pengunjung yang menikmati suasana Ramadan di tempat tersebut. Sementara Pelabuhan Lama Doha akan mengadakan pawai Msaharati setiap hari sepanjang Ramadan, antara pukul 10:00 malam hingga 11:00 malam.


Asal Usul Msaharati

Nama Msaharati berasal dari kata "Suhoor", kegiatan makan sebelum berpuasa. Tradisi ini telah ada sejak berabad-abad lalu, namun asal-usulnya masih belum diketahui secara pasti.

Beberapa narasi di Timur Tengah percaya bahwa tradisi Msaharati berasal dari zaman Nabi Muhammad SAW. Konon, Bilal bin Rabah, muadzin pertama, adalah orang yang pertama kali menjadi Msaharati. Bilal dikenal sebagai budak pertama yang masuk Islam dan memiliki suara yang merdu.

Berdasarkan sebuah kisah populer, Nabi Muhammad SAW menyarankan Bilal untuk membangunkan orang-orang untuk sahur. Bilal kemudian menggunakan suaranya yang indah untuk membangunkan penduduk Madinah sebelum waktu salat subuh, atau Athan Al Fajr. Sejak saat itu, tradisi Msaharati terus berkembang dan menjadi bagian penting dari bulan Ramadhan di Timur Tengah.


Tradisi Msaharati: Warisan Budaya Ramadhan di Timur Tengah

Tradisi Msaharati, di mana para penabuh drum membangunkan orang-orang untuk sahur, merupakan bagian integral dari Ramadhan di Timur Tengah. Tradisi ini telah berlangsung selama berabad-abad dan menjadi simbol budaya dan spiritualitas selama bulan suci.

Mesir diyakini sebagai negara pertama yang menggabungkan drum dalam panggilan sahur pada tahun 853 M. Penguasa Abbasid Mesir saat itu, Isaac bin Uqba, ingin membangunkan orang-orang untuk sahur dan secara pribadi menjelajahi jalanan Kairo untuk membangunkan mereka. Kebiasaan ini kemudian menjadi populer dan diadopsi di seluruh wilayah.

Profesi Msaharati semakin solid setelah Sultan Baybars dari Mesir mempekerjakan sarjana agama muda untuk membangunkan para penabuh drum. Pada abad ke-19, sindikat Msaharati resmi didirikan.

Tradisi ini tidak hanya berfungsi sebagai alarm, tetapi juga membawa keceriaan dan semangat Ramadhan. Para Msaharati akan melantunkan nyanyian dan doa, dan bahkan memanggil nama-nama anak-anak untuk membangunkan mereka. Di akhir Ramadhan, anak-anak akan memberikan permen kepada Msaharati sebagai tanda terima kasih.

Msaharati merupakan tradisi turun-temurun yang diwariskan dari generasi ke generasi. Tradisi ini tidak hanya membangunkan orang-orang untuk sahur, tetapi juga menjaga semangat Ramadhan dan memperkuat rasa kebersamaan di antara umat Islam.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya