Liputan6.com, Washington, DC - Pemimpin Mayoritas Senat Amerika Serikat (AS) Chuck Schumer pada Kamis (14/3/2024) menyerukan pemilu di Israel. Dia mengkritik keras Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dengan menyebutnya sebagai hambatan bagi perdamaian.
Politikus Partai Demokrat, yang sudah lama menjadi pendukung Israel dan tercatat sebagai Yahudi terpilih dengan jabatan tertinggi di AS, itu mengatakan kepada Senat bahwa pemerintahan Netanyahu tidak lagi memenuhi kebutuhan Israel lima bulan setelah perang di Jalur Gaza dimulai dengan serangan terhadap Israel oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, yang diklaim menewaskan setidaknya 1.200 orang dan menyandera 253 lainnya.
Advertisement
"Sebagai negara demokrasi, Israel mempunyai hak untuk memilih pemimpinnya sendiri dan kita harus membiarkan hal ini terjadi. Namun, yang penting adalah bahwa Israel diberi pilihan. Perlu ada perdebatan baru mengenai masa depan Israel setelah 7 Oktober," kata Schumer, seperti dilansir CNA, Jumat (15/3).
"Menurut saya, hal itu paling baik dilakukan dengan mengadakan pemilu."
Schumer mengungkapkan bahwa merupakan sebuah kesalahan besar bagi Israel jika menolak solusi dua negara dan mendesak para mediator untuk melakukan segala yang mungkin untuk menjamin gencatan senjata, membebaskan sandera, serta mengirimkan bantuan ke Jalur Gaza.
Bersama tokoh Demokrat lainnya, termasuk Presiden Joe Biden, Schumer menghadapi kritik keras dari dalam partai, atas dukungan tanpa syarat AS terhadap Israel, mengingat dampak serangan Israel di Jalur Gaza terhadap warga sipil Palestina.
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby menyatakan bahwa Schumer telah memberikan pemberitahuan terlebih dahulu kepada Gedung Putih tentang pidatonya.
"Kami sepenuhnya menghormati haknya untuk menyampaikan pernyataan tersebut dan memutuskan sendiri apa yang akan dia katakan di Senat," kata Kirby kepada wartawan.
Ketika ditanya apakah Washington berpendapat Israel harus mengadakan pemilu setelah perang, Kirby menegaskan, "Itu terserah Israel."
Partai Likud: Israel Bukan Republik Pisang
Juru bicara dari kantor perdana menteri Israel mengatakan belum ada komentar untuk saat ini terkait dengan pernyataan Schumer.
Partai Likud pimpinan Netanyahu menuturkan bahwa Israel bukanlah republik pisang dan kebijakan Netanyahu mendapat dukungan publik yang luas.
Republik pisang adalah istilah untuk melabeli negara yang politiknya tidak stabil dan ekonominya sangat bergantung pada sumber daya terbatas.
"Bertentangan dengan kata-kata Schumer, masyarakat Israel mendukung kemenangan total atas Hamas, menolak segala perintah internasional untuk mendirikan negara Palestina, dan menentang kembalinya Otoritas Palestina ke Jalur Gaza," demikian bunyi pernyataan Partai Likud.
"Senator Schumer diharapkan menghormati pemerintahan terpilih Israel dan tidak meremehkannya. Hal ini tidak terbantahkan, terlebih lagi di masa perang."
Menurut otoritas kesehatan Jalur Gaza, serangan balasan Israel ke Jalur Gaza sejak 7 Oktober telah menewaskan sedikitnya 31.184 orang dan melukai 72.889 orang.
Pada saat yang sama, Schumer mengkritik warga Palestina yang mendukung Hamas. Dia menilai pemimpin Otoritas Palestina Mahmoud Abbas juga harus lengser.
"Agar ada harapan perdamaian di masa depan, Abbas harus mundur dan digantikan oleh pemimpin Palestina generasi baru yang akan berupaya mencapai perdamaian dengan negara Yahudi," ujar Schumer.
Advertisement
Frustasi AS terhadap Netanyahu
Pemimpin Senat dari Partai Republik, Mitch McConnell, dengan cepat membela Netanyahu dalam pidatonya tepat setelah pidato Schumer yang sangat panjang, yaitu 45 menit.
"Ini sungguh mengerikan … menyerukan pemecatan pemimpin Israel yang terpilih secara demokratis. Ini belum pernah terjadi sebelumnya," kata McConnell.
Meskipun Schumer tidak menyebutkan kemungkinan memperkenalkan rancangan undang-undang yang menghubungkan penyediaan senjata AS ke Israel untuk mengurangi krisis kemanusiaan, seperti yang didukung oleh beberapa anggota Partai Demokrat, dia mengemukakan kemungkinan bahwa AS akan menggunakan pengaruhnya jika Israel tidak mengubah arah.
"Jika koalisi PM Netanyahu saat ini tetap berkuasa setelah perang mulai mereda dan terus menerapkan kebijakan berbahaya dan menghasut yang menguji standar bantuan AS yang ada maka AS tidak punya pilihan selain memainkan peran yang lebih aktif dalam membentuk kebijakan Israel dengan menggunakan pengaruh kami untuk mengubah arah yang ada saat ini," ujar Schumer.
Pidato Schumer dinilai mencerminkan rasa frustrasi yang semakin besar di AS terhadap Netanyahu, cara dia mengatur perang, kegagalannya berbuat lebih banyak untuk melindungi warga sipil Palestina, dan dugaan dia menghambat pengiriman bantuan ke Jalur Gaza.
"Kesediaan (Netanyahu) menoleransi korban sipil di Gaza mendorong dukungan bagi Israel di seluruh dunia ke titik terendah dalam sejarah. Israel tidak dapat bertahan jika mereka menjadi paria," kata Schumer.
Pemerintahan Biden juga tidak senang dengan penolakan keras Netanyahu terhadap seruan AS untuk mendukung solusi dua negara, yang dianggap penting oleh AS untuk membantu meredam konflik dan mencapai perdamaian abadi.
Pernyataan Schumer dan lawatan anggota kabinet perang Israel Benny Gantz ke Washington bulan ini secara luas dipandang sebagai penghinaan terhadap Netanyahu, yang belum pernah diundang ke Gedung Putih oleh Biden.
Gantz disebut-sebut adalah politikus berhaluan tengah yang diharapkan para pejabat AS suatu hari nanti akan menggantikan Netanyahu.