Pasien Kanker Jalani Kemoterapi Saat Puasa Ramadhan, Amankah?

Selama pasien kanker telah berkonsultasi dengan dokter spesialis onkologi dan mendapatkan lampu hijau, menjalani kemoterapi saat puasa tergolong aman.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 16 Mar 2024, 06:00 WIB
Pasien Kanker Jalankan Puasa Ramadhan Saat Kemoterapi, Amankah? Foto: Freepik.

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian pasien kanker memiliki tekad yang kuat untuk melaksanakan puasa Ramadhan meski tengah menjalani serangkaian pengobatan termasuk kemoterapi.

Lantas, apakah aman jika pasien kanker melakukan kemoterapi saat berpuasa?

Hal ini mendapat tanggapan dari dokter spesialis bedah konsultan onkologi Eka Hospital Bekasi, Budi Harapan Siregar.

“Selama Anda telah berkonsultasi dengan dokter spesialis onkologi dan mendapatkan lampu hijau, menjalani kemoterapi saat puasa tergolong aman,” kata Budi dalam keterangan pers, Jumat (15/3/2024).

Bahkan, lanjutnya, puasa Ramadhan membuat pasien kanker bisa menoleransi bahkan menurunkan efek samping kemoterapi dengan lebih baik. Fakta ini diungkap dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di Sage Journal.

Penelitian tersebut menyebutkan bahwa pasien kanker rata-rata mengalami efek samping yang lebih sedikit selama bulan puasa.

“Walau demikian, penelitiannya masih dalam skala kecil. Apalagi, kondisi setiap pasien kanker bisa jadi beda-beda. Jadi sangat penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter spesialis onkologi Anda sebelum memulai puasa,” jelas Budi.

Konsultasi menjadi cara agar pasien selalu waspada dengan kemungkinan efek samping sehingga dapat mengantisipasinya.

Puasa sendiri disebut sebagai salah satu cara untuk menurunkan risiko kanker. Ini karena saat puasa, tubuh dapat mengalami penurunan berat badan dan insulin growth factor (IGF-1) yang jadi penanda tingginya risiko kanker.

Selain itu, tubuh juga akan mengalami:

  • Penurunan kadar gula dalam darah.
  • Memicu sel punca untuk regenerasi sistem imun.
  • Penyeimbangan asupan nutrisi.
  • Meningkatkan sel tubuh yang dapat membasmi tumor.
  • Semuanya itu dapat menurunkan risiko seseorang terhadap kanker.

Kaitan Puasa dengan Proses Autofagi

Meski puasa diyakini bisa turunkan risiko kanker, tapi hingga saat ini belum ada penelitian yang menyatakan dengan tegas bahwa berpuasa bisa membantu tubuh membunuh sel kanker.

Namun, beberapa penelitian dengan subjek terbatas memang menunjukkan ada manfaat puasa dalam membunuh sel kanker.

Pasalnya, puasa yang berkelanjutan dapat merangsang proses autofagi. Ini adalah proses tubuh untuk “membersihkan” diri dari sel-sel tubuh yang sudah rusak.

Tubuh kemudian akan “mendaur ulang” bagian yang masih dapat digunakan. Sehingga hanya tersisa sel-sel sehat saja. Autofagi sering dikaitkan dengan berbagai kondisi kesehatan termasuk kanker.

Terlalu banyak sel-sel rusak dalam tubuh dapat meningkatkan risiko mutasi genetik yang dapat berujung pada kanker. Selain itu, sebuah studi juga menunjukkan proses autofagi dapat menghambat kematian jaringan atau peradangan pada sel kanker dengan memproduksi energi sel dan prekursor metabolik, sehingga dapat menurunkan risiko penyebaran kanker.


Belum Benar-Benar Meyakinkan

Sayangnya, penelitian yang dilakukan masih banyak yang menggunakan hewan percobaan. Artinya, belum benar-benar terbukti secara meyakinkan bagaimana dampaknya pada manusia.

“Maka dari itu, selalu penting bagi Anda untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis onkologi sebelum mengambil keputusan yang akan memengaruhi kesehatan Anda, seperti puasa contohnya.”

Bagi beberapa pasien kanker, puasa aman dilakukan malah mendatangkan manfaat. Namun, bagi beberapa lainnya, justru bisa menghambat proses perawatan yang dijalani.

“Konsultasikan kondisi Anda dengan dokter terbaik untuk memastikan Anda mendapatkan perawatan terbaik pula,” papar Budi.


Tips Puasa Aman bagi Pasien Kanker

Jika pasien kanker ingin melaksanakan puasa di tengah pengobatan kanker dijalani, ada beberapa tips yang bisa dipraktikkan agar puasa bisa lancar dan kesehatan tetap terjaga, yaitu:

  • Berkonsultasi dengan dokter sebelum puasa.
  • Konsumsi makanan tinggi protein dan rendah lemak.
  • Makan sayur dan buah saat berbuka puasa.
  • Cukupi kebutuhan cairan.
  • Jangan memaksakan diri.
  • Minum obat secara teratur sesuai dengan anjuran dokter. Baik untuk teknis minum obat rutin hormonal atau obat-obat penunjang lain. Sesuaikan dan konsultasikan dengan dokter. Minum obat bisa dilakukan saat sahur ataupun saat berbuka puasa.
(Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya