Hukum Makan Sahur dalam Keadaan Junub, Apakah Puasanya Sah?

Saat sahur tidak semua orang dalam kondisi suci dari hadas besar. Ada kalanya suami istri yang bangun sahur dalam keadan junub, atau seseorang baru mimpi basah yang menyebabkan junub. Pertanyaannya, bolehkah sahur dalam keadaan junub alias belum mandi wajib?

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 18 Mar 2024, 03:20 WIB
Ilustrasi buka puasa, sahur, Islami. (Image by Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Sahur adalah aktivitas makan dan minum sebelum menjalankan ibadah puasa. Hukum sahur adalah sunnah. Boleh saja sebenarnya menjalankan puasa tanpa sahur. Namun, sebaiknya sahur terlebih dahulu agar memiliki energi yang cukup untuk beraktivitas saat puasa.

Saat sahur tidak semua orang dalam kondisi suci dari hadas besar. Ada kalanya suami istri yang bangun sahur dalam keadan junub, atau seseorang baru mimpi basah yang menyebabkan junub. Pertanyaannya, bolehkah sahur dalam keadaan junub alias belum mandi wajib?

Pada dasarnya, orang yang dalam keadaan junub tidak masalah menyantap sahur. Sahur bukan salah satu aktivitas yang dilarang bagi orang junub.

Syekh Al-Qadli Abu Syuja’ dalam Matn al-Taqrib menyampaikan aktivitas yang dilarang saat junub sholat yaitu sholat, membaca Al-Qur’an, memegang dan membawa mushaf, thawaf, dan berdiam diri di masjid.

Makan sahur sebelum mandi junub tidak memengaruhi keabsahan puasa. Mandi junub sebelum terbit fajar hukumnya sunnah, agar orang memulai puasa dalam kondisi suci dari hadas besar.

وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَغْتَسِلَ عَنْ الْجَنَابَةِ وَالْحَيْضِ وَالنِّفَاسِ (قَبْلَ الْفَجْرِ) لِيَكُونَ عَلَى طُهْرٍ مِنْ أَوَّلِ الصَّوْمِ   

Artinya: “Disunahkan untuk mandi junub, mandi haid dan nifas sebelum fajar supaya ia dalam kondisi suci sejak awal puasa.” (Al-Khatib As-Syirbini, Mughnil Muhtaj, [Beirut, Darul Ma’rifah: 1997], jilid I, halaman 637). 

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Hukum Makan dan Minum dalam Keadaan Junub

Ilustrasi buka puasa, sahur, Islami. (Image by freepik)

Menurut Pengajar di Pondok Pesantren Darussalam Bermi, Ustadz Abdul Kadir Jailani, yang perlu dibahas adalah makan dan minum dalam keadaan junub. Sebab, orang junub tetap sah menjalankan puasanya meski sahurnya belum suci dari hadas besar. 

Mengutip penjelasan Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam Fathul Mu’in, disunahkan bagi orang junub, haid, dan nifas, setelah darahnya terputus untuk membasuh kemaluannya dan berwudhu jika ingin tidur, makan, dan minum. Dan dimakruhkan melakukan hal tersebut tanpa wudhu.

“Berdasarkan penjelasan di atas (Syekh Al-Malibari) dipahami, makan dan minum sebelum mandi junub dimakruhkan. Berarti, makan sahur juga dimakruhkan sebelum mandi junub, karena aktivitas sahur juga berisi makan minum,” tulisnya yang dimuat di laman NU Online, dikutip Ahad (17/3/2024).

Namun, pendapat tersebut ditolak oleh Sayyid Abu Bakar Syatha dalam I’anatut Thalibin. Ia mengatakan, orang junub cukup membasuh kemaluannya saja. Jika sudah dibasuh, maka tidak makruh lagi makan dan minum setelahnya. Kemakruhan menurut beliau hanya ada jika orang junub tidak membasuh kemaluan, lalu langsung makan.

ظاهره أنه يكره ذلك ولو مع غسل الفرج، وليس كذلك، بل يكفي غسل الفرج في حصول أصل السنة، كما في التحفة  ونصها: ويحصل أصل السنة بغسل الفرج إن أراد نحو جماع أو نوم أو أكل أو شرب، وإلا كره   

Artinya: “Lahiriah teks Fathul Mu’in mengatakan dimakruhkan tidur, makan, dan minum sebelum wudhu, walaupun kemaluannya sudah dibasuh. Tapi Hukumnya bukan seperti itu. Untuk menghasilkan kesunahan cukup dengan membasuh kemaluan, seperti disebut dalam kitab Tuhfah, “Dan pokok kesunahan dapat dihasilkan dengan membasuh kemaluan jika ingin kembali jima’, tidur, atau makan dan minum. Jika tidak membasuh kemaluannya maka hukumnya makruh.” (Abu Bakar Syatha Ad-Dimyati, I’anatut Thalibin, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 2007], jilid I, halaman 137).   


Kesimpulan

Ilustrasi menu sahur, buka puasa. (Image by freepik)

Ustadz Abdul Kadir Jailani menyimpulkan, makan sahur sebelum mandi junub tidak berpengaruh pada keabsahan puasa. Hukum sahur sekadar makruh jika belum berwudhu menurut beberapa ulama.   

Menurut Sayyid Bakri di dalam I’anatut Thalibin, makan sahur sebelum mandi junub tidak makruh tanpa wudhu, asalkan sudah membasuh kemaluan.  

“Karenanya, bagi orang junub jika hendak makan sahur sebaiknya mandi junub terlebih dahulu. Jika tidak mandi junub, sebaiknya wudhu. Tapi jika wudhu tidak memungkinkan, hendaknya membasuh kemaluannya, kemudian baru makan sahur. Wallahu a’lam,” tutupnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya