Waspada Flu Singapura atau HFMD di Musim Pancaroba, Dokter Ungkap Cara Mencegahnya

Musim pancaroba meningkatkan berbagai risiko penyakit salah satunya Flu Singapura atau penyakit yang istilah resminya adalah Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) ini.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 18 Mar 2024, 13:23 WIB
Bintik merah pada tangan dan kaki seorang balita, salah satu gejala dari penyakit Flu Singapura atau HFMD yang rentan terjadi pada anak di musim pancaroba. (Foto: Benedikta Desideria/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Musim pancaroba meningkatkan berbagai risiko penyakit salah satunya Flu Singapura atau penyakit yang istilah resminya adalah Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) ini.

Flu Singapura kerap terjadi pada anak-anak kisaran usia 5 hingga 10 tahun dan dapat disebabkan berbagai hal salah satunya virus Coxsackie terutama Coxsackie A16.

Salah satu kasus Flu Singapura terjadi pada anak usia 5 tahun di Depok Jawa Barat. Ia mengalami ruam di telapak tangan dan kaki yang awalnya dikira cacar air.

Terkait hal ini, Ketua Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Profesor Hartono Gunardi memberi penjelasan soal pencegahan Flu Singapura.

“Pencegahannya tentu kita melakukan kebersihan lingkungan yang baik, menghindari kontak penderita,” kata Hartono dalam Pekan Imunisasi Dunia (PID) bersama Kementerian Kesehatan di Jakarta, Senin (18/3/2024).

Terminologi Flu Singapura yang Salah

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Hinky Hindra Irawan Satari menambahkan bahwa Flu Singapura adalah terminologi yang salah.

“Itu terminologi yang salah kalau Flu Singapur, karena memang virusnya bukan flu dan tidak hanya terjadi di Singapura saja, di berbagai tempat dan berbagai penyebab,” ujar Hinky.

 

Ketua Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Profesor Hartono Gunardi memberi penjelasan soal pencegahan Flu Singapura atau HFMD. (Foto: Ade Nasihudin/Liputan6.com)

HFMD di Indonesia

HFMD dapat timbul akibat berbagai penyebab, tapi umumnya HFMD di Indonesia adalah akibat dari infeksi virus Coxsackie.

“Di Indonesia kebanyakan Coxsackie, kalau Coxsackie enggak ada vaksinnya tapi di Indonesia rata-rata ringan,” kata Hinky. 

Gejala HFMD yang ditemukan di Indonesia umumnya ruam di langit-langit mulut, di telapak tangan, dan di telapak kaki.

“Demamnya ada yang tinggi ada yang enggak begitu tinggi. Ada yang sakit berat sampai ruamnya di bokong atau bagian tubuh lain.”

 


HFMD Tak Ada Obatnya

Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Hinky Hindra Irawan mengatakan HFMD tak ada obatnya. (Foto: Ade Nasihudin/Liputan6.com)

Hinky menambahkan, HFMD biasanya berlangsung selama satu pekan dan hingga kini belum ada obatnya.

“Berlangsungnya cuman satu minggu, sebetulnya enggak ada obatnya. Dengan daya tahan tubuh yang baik dan istirahat cukup.”

Sayangnya, penyakit ini sangat mudah menular. Maka dari itu, Hinky mengimbau pasien untuk mengenakan masker untuk mengurangi penularan.

“Cuci tangan, (hindari) mencium, sebetulnya mencium itu bisa mentransmisikan virus itu jadi memang harus dibatasi.”

Bisa Menular dari Anak ke Dewasa

Tak hanya dari anak ke anak, virus penyebab HFMD juga bisa menular pada orang dewasa yang daya tahan tubuhnya lemah. Termasuk pula pada lanjut usia (lansia) yang daya tahan tubuhnya relatif turun.

 


Tentang Flu Singapura atau HFMD

Flu Singapura dikenal dalam dunia medis sebagai Hand, Foot and Mouth Disease (HFMD) yang merupakan penyakit akibat infeksi yang sangat menular.

Anak-anak di bawah usia 10 tahun termasuk dalam kelompok rentan terhadap Flu Singapura, khususnya mereka yang berusia 5 tahun. Oleh karena itu, menjaga pola hidup sehat sejak dini menjadi langkah preventif yang penting untuk melawan penyakit ini.

Gejala Flu Singapura atau HFMD

Penyakit Flu Singapura biasanya timbul ketika seorang anak mengalami demam selama 1-3 hari, diikuti dengan munculnya luka di mulut dan ruam pada tangan serta kaki.

Selain demam, gejala umum Flu Singapura melibatkan demam, batuk, sakit tenggorokan, penurunan nafsu makan, rewel pada bayi dan balita, sariawan di gusi dan lidah, ruam merah di tangan, kaki, dan bokong, serta nyeri perut pada anak.

Dalam beberapa kasus, lesi juga bisa muncul di lutut, siku, bokong, dan selangkangan anak. Meskipun Flu Singapura dianggap sebagai kondisi medis ringan pada anak-anak dan dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari, tetapi bukan berarti boleh dianggap enteng.

Tindakan pencegahan menjadi krusial untuk menghindarkan dampak yang lebih berbahaya. Flu Singapura muncul cukup sederhana, setelah anak terinfeksi virus yang mengalami inkubasi selama 3-6 hari sebelum menyebar ke bagian faring dan usus anak.

Proses selanjutnya melibatkan perjalanan virus ke jaringan limfoid, menyebar ke kelenjar limfe dan darah, sebelum akhirnya lesi muncul di kulit kaki, tangan, dan mulut anak.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya