Asal Usul Tradisi Salat Tarawih Kilat di Indramayu

Tarawih kilat di Ponpes Al-Quraniyah Desa Dukuhjati Kecamatan Krangkeng Kabupaten Indramayu juga diikuti warga sekitar pesantren

oleh Panji Prayitno diperbarui 18 Mar 2024, 13:49 WIB
Pemuda Desa Dukuhjati Indramayu Jawa Barat saat mengikut Salat Tarawih Tercepat. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Indramayu - Salat tarawih menjadi salah satu ibadah yang biasa dilaksanakan umat muslim saat memasuki bulan puasa. Salat tarawih biasanya dilakukan usai melaksanakan salat Isya baik di masjid maupun di rumah.

Namun, umumnya masyarakat Indonesia melaksakanan salat tarawih berjemaah di masjid. Mereka melanjutkan salat tarawih setelah melaksakanan salat Isya.

Namun yang unik, salah satu pondok pesantren di Kabupaten Indramayu terbiasa melakukan salat tarawih kilat. Pengasuh Ponpes Al-Quraniyah Indramayu Azun Mauzun mengatakan, pelaksanaan tarawih kilat sudah menjadi tradisi ponpes hingga masyarakat.

"Sudah belasan tahun kami menggelar solat tarawih kilat. Meski sempat pada tahun lalu tidak menggelar tarawih kilat karena ada jamaah sesuatu yang tidak perlu saya jelaskan," ujar Azun kepada Liputan6.com, Senin (18/3/2024).

Tarawih kilat di Ponpes Al-Quraniyah Desa Dukuhjati Kecamatan Krangkeng Kabupaten Indramayu juga diikuti warga sekitar pesantren. Azun mengaku terbiasa menjadi imam salat tarawih kilat tiap tahunnya.

Bahkan, Azun menyebutkan salat tarawih kilat tersebut sudah menjadi tradisi di lingkungan ponpes dan Desa Dukuhjati Kecamatan Krangkeng Kabupaten Indramayu. Hampir seluruh warga khususnya anak muda memilih mengikuti tarawih kilat.

"Salat tarawih kilat ini dilaksanakan sebanyak 23 rokaat, termasuk witir. Salat bisa berlangsung dengan cepat karena dalam pelaksanaannya hanya mengambil yang rukun-rukunnya saja," jelas Azun.


Jemaah Bertambah

Usai mengikuti solat tarawih kilat, jamaah yang sebagian besar adalah anak muda tersebut langsung ikut tadarusan di masjid. Dia menjelaskan, gagasan salat tarawih tercepat tersebut merespons kaum muda desa yang sebagian besar tidak pernah ikut tarawih setiap Ramadan.

Para pemuda di Desa Dukuhjati saat itu enggan ikut tarawih dan memilih berkumpul di warung. Para pemuda desa tak ikut tarawih lantaran malu karena kumpul dengan orang tua.

"Kami sudah bolak balik mengajak ikut Tarawih tapi tetap tidak mau akhirnya kami tawarkan salat tarawih tercepat di tempat khusus dan Alhamdulillah mau bahkan sudah mulai mengkaji kitab kuning. Makanya Tarawih kilat ini banyak salah tafsir karena khusus untuk anak muda semua," kata dia.

Azun mengaku, pelaksanaan salat tarawih kilat yang dilaksanakan tiap tahun mendapat respons baik. Banyak anak muda di desanya yang menyediakan waktu ikut tarawih dulu sebelum melanjutkan aktivitasnya berdagang.

Bahkan, Azun mengatakan, jemaah solat tarawih kilat tiap tahun semakin bertambah. Dulu ketika awal menggagas tarawih kilat hanya diikuti 20 jamaah.

"Sekarang sekitar 90 jamaah yang ikut tarawih kilat. Setelah tarawih ada yang langsung jualan, buka toko dan ada yang ikut tadarus," ujar dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya