Liputan6.com, Jakarta Selama lebih dari satu dekade, miliarder asal Australia Clive Palmer menjadi pendorong di balik rencana pembangunan Titanic II, replika kapal legendaris yang tenggelam pada tahun 1912, menewaskan lebih dari 2.200 orang saat itu.
Melansir CNN Business, Senin (18/3/2024) Clive Palmer pertama kali meluncurkan rencana untuk membangun kapal Titanic II pada tahun 2012, dan sekali lagi pada tahun 2018.
Enam tahun kemudian, dia melakukannya lagi, meluncurkan kembali proyek tersebut pada saat konferensi pers di Sydney Opera House, dengan latar belakang pelabuhan kota yang terkenal.
Advertisement
"Jauh lebih menyenangkan melakukan Titanic daripada duduk di rumah dan menghitung uang saya," ungkap Palmer kepada media lokal Australia.
Bagi Palmer saat ini, hal yang ia pertanyakan bukanlah bagaimana cara mendapatkan kekayaan, namun ke mana membelanjakannya.
Ketika ia pertama kali mewujudkan mimpinya untuk membangun Titanic dengan bersi yang lebih ringan lebih dari satu dekade lalu, ia cukup eksentrik untuk mewujudkannya.
Covid-19 Jadi Hambatan
Namun tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19 membuat proyek bernilai jutaan dolar itu tertunda, karena pelabuhan ditutup dan para penumpang menilai kembali risiko mereka untuk dikarantina di laut.
Palmer, ketua perusahaan Blue Star Line di balik proyek Titanic II, saat itu juga mempunyai agenda lain.
Dalam beberapa tahun terakhir, dia meluncurkan banyak kasus pengadilan terhadap pemerintah negara bagian dan federal. Dia mengkritik pemerintah negara bagian Australia Barat atas keputusannya untuk menutup perbatasannya selama pandemi ini.
Tuntutan lainnya terjadi ketika ia meminta ganti rugi miliaran dolar dari pemerintah negara bagian yang sama atas keputusan pemerintah yang memblokir aksesnya terhadap kompensasi atas proyek bijih besi.
Dia kini mengajukan tuntutan tersebut ke pengadilan internasional dan meminta ganti rugi sebesar hampir USD 200 miliar dari pemerintah federal.
Lalu ada pula pencalonannya untuk jabatan politik, seperti yang didaftarkan oleh pendiri Partai Persatuan Australia pada tahun 2018, yang kebijakannya mencakup Undang-Undang Hak Asasi Manusia Australia dan larangan lockdown akibat Covid-19 serta mandat vaksin.
Kini pandemi telah berlalu, dan kapal pesiar kembali berlayar, Palmer mengatakan ini adalah waktu yang tepat untuk menghidupkan kembali impian Titanic-nya.
"Kami sangat senang mengumumkan bahwa setelah penundaan global yang tidak terduga, kami telah bekerja sama kembali dengan mitra untuk mewujudkan impian Titanic II. Biarkan perjalanan dimulai,'' kata Palmer dalam siaran persnya.
Mulai Diproses 2025
Saat ini, Tender sedang diupayakan, dengan rencana untuk mengkonfirmasi pembuat kapal pada akhir tahun ini dan akan mulai diproses pada kuartal pertama tahun 2025. Pelayaran perdananya sendiri akan direncakana pada tahun 2027
Saat ini, Palmer memperkirakan pemenang tender akan berbasis di Eropa.
Saat peluncuran kembali, timnya membagikan video berdurasi delapan menit yang telah beredar selama beberapa tahun, menunjukkan tata letak kapal dan tampilan setiap ruangan, lengkap dengan aktor yang mengenakan kostum zaman dulu.
Advertisement
Ukuran Titanic II Lebih Lebar dari yang Pertama
Nantinya, penumpang Titanic II akan didorong untuk mengenakan pakaian bermode tahun 1900-an, tapi itu tidak wajib, kata seorang juru bicara.
Kapal itu sendiri akan memiliki panjang 269 meter (833 kaki) dan lebar 32,2 meter (105 kaki), sedikit lebih lebar dari aslinya.
Adapun kapasitas Titanic II yang mampu menampung 2.345 penumpang yang tersebar di sembilan dek dengan 835 kabin.
Hampir setengahnya akan diperuntukkan bagi penumpang kelas satu.
Misi Menyatukan Dunia
Palmer mengungkapkan, dirinya ingin meniru Titanic tanpa akhir yang tragis, dan dia juga menginginkan perdamaian dunia.
"Kita semua tahu cara berperang. Kami mendapatkan tentara dan mendanai perang. Orang-orang tahu tentang itu. Namun perdamaian jauh lebih sulit dicapai. Untuk menciptakan perdamaian, Anda harus menaatinya setiap hari. Anda mengalami kemajuan sedikit demi sedikit," katanya dalam siaran pers.
"Titanic ll adalah sesuatu yang bisa memberikan kedamaian. Ini bisa menjadi kapal perdamaian antara seluruh negara di dunia. Jutaan orang bermimpi untuk berlayar dengannya, melihatnya di pelabuhan dan merasakan keagungan uniknya. Titanic akan menjadi kapal yang mewujudkan impian tersebut," kata Palmer.
Advertisement