Ada 2 Gerhana di Bulan Ramadhan 2024, Mitos Ini Apakah Ada dalam Islam?

Selain dikaitkan dengan kemunculan Imam Mahdi, peristiwa gerhana juga kerap dikaitkan dengan mitos-mitos yang berkembang di masyarakat. Apa saja mitos-mitos gerhana? Apakah mitos-mitos tersebut perlu dipercaya?

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 19 Mar 2024, 02:00 WIB
Ilustrasi Gerhana Matahari Total (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Dua gerhana akan menghiasi Ramadhan 2024, yakni gerhana bulan penumbra pada 24-25 Maret 2024 dan gerhana matahari total (GMT) pada 8 April 2024. Namun, dikutip dari laman BRIN, dua gerhana di bulan Ramadhan 1445 H ini tidak akan melintasi wilayah Indonesia.

Peristiwa gerhana di bulan Ramadhan kerap dikaitkan dengan munculnya Imam Mahdi sebagai salah satu tanda kiamat. Soal ini, ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya mengingatkan agar hal tersebut tidak perlu dicari-cari.

Menurut Buya Yahya, tanda kiamat seperti munculnya Imam Mahdi pada waktunya akan diketahui. Justru ada hal lebih penting ketimbang mencari-cari tanda kiamat. 

“Gak usah dicari. Gak usah nunggu gerhana. Kita menyiapkan diri dengan keimanan. Jika pada waktunya datang Sayyidina Isa, Imam Mahdi, kita akan menjadi pendukungnya,” kata Buya Yahya saat menjawab pertanyaan jemaah di YouTube Al Bahjah TV.

Selain dikaitkan dengan kemunculan Imam Mahdi, peristiwa gerhana juga kerap dikaitkan dengan mitos-mitos yang berkembang di masyarakat. Apa saja mitos-mitos gerhana? Apakah mitos-mitos tersebut perlu dipercaya?

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Mitos-Mitos saat Gerhana

Ilustrasi gerhana matahari. (Photo by Drew Rae on Pexels)

Dalam jurnal Empirisma yang dikutip dari beberapa sumber, sedikitnya ada empat mitos gerhana yang berkembang di masyarakat.

Pertama, memukul-mukul pohon untuk membangunkan matahari atau bulan agar tidak dimakan gerhana. Tindakan ini memang tidak masuk akal menurut ilmu pengetahuan.

Kedua, sebagian masyarakat pedesaan di pulau Jawa menganggap kejadian gerhana dengan ada buto yang memakan bulan. Agar tidak terjadi, masyarakat menabuh lumping atau lesung untuk mengusir buto.

Ketiga, saat gerhana terjadi para ibu hamil harus bersembunyi di kolong tempat tidur. Hal ini dilakukan agar anak yang dilahirkannya tidak cacat. Kemudian ibu hamil memakai sarung dan neneknya mengusap perut ibu hamil sambil berdoa agar janinnya selamat dari bala.

Mitos keempat, adanya gerhana akan terjadi gaduh politik besar dalam skala nasional. Kemudian akan ada guncangan ekonomi, perang antarelite, dan penguasa tidak memikirkan rakyat kecil.


Kata Buya Yahya soal Mitos Gerhana

Buya Yahya. (Foto: Dok. Instagram @buyayahya_albahjah)

Salah satu dari empat mitos tersebut ditanyakan oleh seorang jemaah Al Bahjah kepada ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya. Jemaah yang tidak menyebutkan namanya itu bertanya kepada Buya Yahya.

“Menurut mitos yang saya dengar dari mertua saya, ibu hamil harus di bawah ranjang dan menggunakan bedak tabur dan saya juga sudah melihat beberapa di internet mengenai mitos tersebut ternyata mitos itu salah. Jadi bagaimana Buya? Mohon penerangannya,” tanyanya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV.

Menjawab pertanyaan tersebut, dengan tegas Buya Yahya mengatakan bahwa tidak boleh mempercayai mitos-mitos tentang gerhana yang berkembang di masyarakat, termasuk mitos ibu hamil bersembunyi di bawah ranjang.

Menurut Buya Yahya, seharusnya orang yang beriman melaksanakan sholat kusuf ketika gerhana matahari dan sholat khusuf saat gerhana bulan, alih-alih lebih mempercayai mitos.

“Anda ahli iman ngapain? Sholat kusuf atau khusuf. Sholat gerhana, bukan masuk kolong-kolong yang kecil, perutnya yang gede. Bukan memukul-mukul pohon biar berbuah,” tegas Buya Yahya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya