5 Negara di Dunia dengan Tingkat Work Life Balance Terbaik, Cocok untuk Milenial dan Gen Z

Negara-negara ini memiliki banyak kebijakan yang memprioritaskan kehidupan pribadi pegawainya, dibandingkan pekerjaan.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 19 Mar 2024, 21:30 WIB
WFH tidak menjamin masyarakat terbebas dari polusi udara. (Foto: Unsplash/Windows)

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini, banyak orang yang semakin mempertimbangkan pentingnya work life balance atau keseimbangan dalam kehidupan kerja. Hal ini dipandang sebagai kunci dari banyak hal, termasuk gaya hidup sehat hingga kesejahteraan psikologis.

Terlebih, ketika Work From Home (WFH) diberlakukan oleh banyak tempat kerja sejak pandemi COVID-19, masyarakat memiliki semakin banyak pilihan pekerjaan yang memungkinkan mereka untuk bekerja dengan tempat dan waktu yang lebih fleksibel.

Maka dari itu, tak heran jika banyak orang yang mempertimbangkan untuk mencari lingkungan kerja dengan tingkat work life balance yang baik.

Perusahaan teknologi HR Remote pun merilis Indeks Keseimbangan antara Kehidupan dan Pekerjaan Global Tahun 2023 yang memperhitungkan sejumlah aspek seperti cuti tahunan, upah sakit minimum dan jumlah cuti hamil berbayar.

Dilansir BBC, Selasa (19/3/2024), berikut adalah lima negara di dunia yang memiliki keseimbangan dalam kehidupan kerja terbaik:


1. Selandia Baru

Anggur akan dipanen saat musim gugur, ini waktu yang tepat untuk mengeksplor kebun anggur di Selandia Baru. (Foto: Dokumen/Miles Holden)

Selandia Baru berada di posisi teratas karena memberikan sejumlah hak bagi karyawan seperti cuti melahirkan selama 26 minggu, upah minimum yang relatif tinggi, cuti tahunan selama 32 hari dan presentase pembayaran sakit minimum sebesar 80 persen.

Namun menurut Erin Parry, warga negara Kanada yang tinggal di Selandia baru, menilai bahwa budaya kerja secara keseluruhan yang membuat pekerjaan menjadi lebih santai.

Prioritas utama bagi masyarakat Selandia Baru adalah keluarga, kesejahteraan, rekreasi dan bepergian.

 


2. Spanyol

Seorang wanita mengenakan bendera Spanyol di bahunya ketika orang-orang mengarak bendera Catalonia berukuran raksasa pada perayaan Dia de la Hispanidad di jalanan Barcelona, Kamis (12/10). (AP / Santi Palacios)

Spanyol memberikan tunjangan seperti cuti tahunan resmi selama 26 hari.

Sementara itu, pekerja di Spanyol menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk bersantai dan merawat diri mereka.

Hal ini juga diakui oleh Isabelle Kliger, seorang penulis perjalanan yang pernah tinggal di Swedia, Inggris, Irlandia dan Barcelona.

"Ketika Anda bertemu orang-orang di sini, mereka tidak langsung menanyakan pekerjaan Anda. Dan orang-orang di sini tidak membicarakan pekerjaan di luar tempat kerja," jelasnya.


3. Denmark

Sebuah gambar yang diambil di Kopenhagen pada 28 Juni 2022 menunjukkan bendera balap sepeda Tour de France 2022. Lomba balap sepeda Grand Tour paling terkemuka Tour de France (TdF) 2022 akan bermula di Copenhagen, Denmark sebagai tuan rumah untuk tiga etape awal pada Jumat, 1 Juli 2022. (Anne-Christine POUJOULAT / AFP)

Helen Russell, seorang jurnalis yang telah tinggal di London selama 12 tahun, mengungkapkan perbedaan signifikan dengan kehidupannya di Denmark.

Ia mengatakan bahwa ada batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sangat jelas.

"Hari kerja dimulai pukul 08.00. Biasanya orang mematikan komputer pada pukul 16.00," ujarnya.

"Karena anak-anak biasanya harus dijemput dari taman kanak-kanak sekitar pukul 16:00, semua orang – bahkan mereka yang tidak memiliki anak – mengakhiri hari kerja mereka pada waktu tersebut," lanjut dia.

Selain itu, hanya satu persen pekerja di Denmark yang bekerja lebih dari 50 jam seminggu, jauh lebih sedikit dibandingkan negara-negara lain termasuk Italia.

Negara ini juga menawarkan cuti tahunan selama 36 hari, dan para pekerja harus dibayar 100 persen dari gaji mereka saat sakit.


4. Prancis

Seorang pria mengibarkan bendera Prancis di zona penggemar Olimpiade di Trocadero Gardens di depan Menara Eiffel di Paris, Minggu (8/8/2021). Pelepasan tongkat tuan rumah akan dibagi antara Stadion Olimpiade di Tokyo dan pesta publik dan konser di Paris. (AP Photo/Francois Mori)

Masyarakat di Prancis memiliki waktu rata-rata sekitar 16,2 jam dalam sehari untuk waktu pribadi dan menghabiskan waktu luang.

Negara ini juga merupakan salah satu negara dengan jumlah hari cuti tahunan tertinggi, yakni 36 hari.

Sarah Micho, seorang pengusaha dan pekerja lepas asal Kanada yang pindah ke Paris pada tahun 2021, mengatakan bahwa penduduk setempat memprioritaskan waktu di luar jam kerja. “Budaya Prancis mempromosikan rasa relaksasi dan istirahat," katanya.

Ia mengatakan budaya kafe menjadi salah satu contohnya. Maka dari itu, merupakan hal lumrah ketika banyak orang memutuskan untuk duduk dan bersantai di luar ruangan kapan saja, terutama saat cuaca sedang bagus. Hal ini tidak hanya dilakukan ketika mereka sedang bersama dengan teman, namun juga sekadar minum kopi sendirian.

 


5. Italia

Wisatawan berjalan menuju gereja gua Madonna de Idris di Kota Matera, Italia, 19 Oktober 2018. Sejak tahun 1993, kota ini dianggap sebagai salah satu Situs Warisan Dunia oleh UNESCO. (Filippo MONTEFORTE/AFP)

Ungkapan populer dalam bahasa Italia il dolce far niente (manisnya tidak melakukan apa-apa) bukan sekadar istilah belaka.

"Saya pikir orang Italialah yang menemukan konsep keseimbangan kehidupan kerja," Andres Uribe-Orozco, seorang pengacara yang kini bekerja di Roma.

Berdasarkan data, karyawan menghabiskan 69 persen waktunya atau sekitar 16,5 jam untuk keperluan pribadi dan rekreasi.

INFOGRAFIS: Beda Durasi Waktu Puasa Negara-Negara di Dunia (Liputan6.com / Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya