USD Menguat Usai BOJ Kerek Suku Bunga, Begini Nasib Rupiah

Bank of Japan untuk pertama kalinya menaikkan suku bunga sebesar 0,1 persen pada Selasa, 19 Maret 2024.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 19 Mar 2024, 19:45 WIB
Petugas menunjukkan uang rupiah di penukaran uang, Jakarta, Senin (9/11/2020). ). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini Salah satu sentimen pendorong penguatan rupiah kali ini adalah kemenangan Joe Biden atas Donald Trump. (Liputan6.com/Angga Yuniar

Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat (USD) kembali menguat pada Selasa, 19 Maret 2024.

Saat ini, pasar memperkirakan Federal Reserve akan melakukan kurang dari tiga pemotongan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin pada tahun 2024, turun dari hampir dua kali lipat dibandingkan pada awal tahun ini, menurut data LSEG.

Sementara FedWatch Tool dari CME Group menunjukkan, kontrak berjangka menunjukkan sekitar 51 persen kemungkinan penurunan suku bunga pertama pada bulan Juni, juga turun tajam dari ekspektasi sebelumnya.

"Imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun yang menjadi acuan naik ke level tertinggi tiga minggu di 4,348 persen. Kenaikan ini menambah kekuatan dolar karena pasar memperkirakan suku bunga akan tetap lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama," kata Ibrahim Assuaibi, Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka dalam catatan tertulis dikutip Selasa (19/3/2024).

"Fokus pada hari Rabu ini adalah apakah para pembuat kebijakan Fed akan mengubah proyeksi mereka, atau melakukan dot plot, terhadap perekonomian dan penurunan suku bunga untuk tahun ini dan dua tahun mendatang," lanjutnya.

Pada Desember 2023, The Fed memproyeksikan pelonggaran sebesar 75 basis poin untuk tahun 2024.

Juga pada Selasa (19/3) hari ini, Bank of Japan untuk pertama kalinya menaikkan suku bunga sebesar 0,1 persen, membawa mereka ke wilayah netral setelah hampir satu dekade menerapkan suku bunga negatif.

Bank sentral Jepang itu juga mengisyaratkan diakhirinya pengendalian kurva imbal hasil dan kebijakan pembelian aset. Namun bank sentral juga mengatakan bahwa ketidakpastian terhadap perekonomian Jepang akan membuat kondisi moneter tetap akomodatif untuk saat ini.

"Kenaikan suku bunga pada hari Selasa, meskipun bersejarah, juga hanya menandai sedikit pergerakan menjauh dari sikap ultra-dovishnya," jelas Ibrahim.

Rupiah Lanjut Melemah pada Selasa, 19 Maret 2024

Rupiah kembali ditutup melemah, kini hingga 27 point dalam perdagangan pada Selasa sore (19/3), walaupun sebelumnya sempat melemah 35 point dilevel 15.717 dari penutupan sebelumnya di level 15.690.

Sedangkan untuk perdagangan besok, Ibrahim memprediksi, Rupiah akan fluktuatif namun ditutup melemah direntang 15.700 - 15.760.


Fitch Ratings Pertahankan Peringkat Kredit RI

Lembaga Pemeringkat Fitch Ratings.

Lembaga Pemeringkat Fitch Ratings, kembali mempertahankan peringkat kredit Indonesia pada posisi BBB dengan outlook stabil.

Keputusan Fitch dinilai mencerminkan kesuksesan Indonesia dalam mencapai konsolidasi fiskal yang cepat dan didukung oleh pertumbuhan pendapatan solid. Ibrahim menyoroti, keputusan Fitch sekaligus didukunh oleh kebijakan yang terkalibrasi dengan baik.

"Lalu stabilitas ekonomi dan kondisi eksternal yang stabil pasca pemulihan dari pandemi. Fitch menilai Indonesia memiliki prospek pertumbuhan yang positif dalam jangka menengah. Didukung oleh stabilitas ekonomi dan rasio utang pemerintah yang relatif rendah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)," jelasnya.

Hanya saja, Ibrahim menambahkan, pendapatan negara dan indikator struktural yang masih relatif lebih rendah dibanding negara-negara peers BBB masih menjadi tantangan bagi Indonesia.


Fitch Ratings: Pertumbuhan Ekonomi RI Tetap Solid

Suasana Gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (30/5/2023). Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 akan dipengaruhi oleh prospek ekonomi global. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Proyeksi Fitch juga menunjukkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap solid, didorong oleh investasi domestik yang kuat dan konsumsi dalam negeri yang stabil. Ke depannya, Fitch memperhitungkan pendapatan pemerintah berpotensi meningkat seiring waktu.

"Keputusan untuk mempertahankan outlook stabil mencerminkan keyakinan Fitch Indonesia mampu menjaga stabilitas makroekonomi dalam jangka pendek," ujar Ibrahim.

"Dengan demikian, prospek ke depan bagi Indonesia tetap stabil. Selain itu, afirmasi penilaian dari Fitch juga merupakan bukti konkret bahwa stabilitas politik dan kebijakan di Indonesia tetap terjaga secara baik di masa pemilihan umum. Kemudian Pemerintah tetap waspada terhadap risiko global dan menerapkan kebijakan fiskal yang sehat dan berkelanjutan. Pemerintah juga terus berkomitmen dalam melindungi daya beli masyarakat, mengendalikan inflasi, dan mempertahankan momentum pemulihan ekonomi," imbuhnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya