Liputan6.com, Banjarnegara - Tak banyak yang tahu jika tokoh dan pahlawan nasional, guru bangsa HOS Tjokroaminoto, meninggal pada 10 Ramadhan 1353 H, atau bertepatan dengan 17 Desember 1934. Karenanya, kaum Sarekat Islam (SI) setiap tanggal tersebut (Hijriyah maupun Masehi) senantiasa menggelar acara Haul atau peringatan meninggalnya HOS Tjokroaminoto.
Bagi kaum SI Banjarnegara, kematian guru dari Soekarno dkk itu istimewa, pasalnya saat itu baru saja Tjokroaminoto menghadiri Kongres ke 20 SI di Banjarnegara, yang ternyata menjadi Kongres terakhir yang dihadiri oleh tokoh dengan panggilan Yang Oetama ini.
Baca Juga
Advertisement
Kongres tersebut juga istimewa, karena menghasilkan Reglement Umum Bagi Umat Islam, yang merupakan pedoman hidup umat Islam dalam menghadapi tantangan zaman. Reglement itu sendiri selesai dibuat oleh Tjokroaminoto pada 4 Februari 1934 di Yogyakarta, dan diketok palu di Banjarnegara (Amelz, 142).
Mengingat ikatan erat antara Tjokroaminoto dan Banjarnegara, maka DPC SI Kabupaten Banjarnegara menggelar beberapa agenda menyambut haul tersebut. Seperti yang dilaksanakan hari ini Selasa (19/3/2024) digelar secara serentak ziarah makam tokoh SI di seluruh kecamatan.
Tampak Ketua Dewan Cabang SI Noor Tamami dan beberapa pengurus berziarah di makam Pacean Gayam, menziarahi makam Oten Pardikin Partoadiwidjojo tokoh SI yang rumahnya kerap disinggahi Tjokroaminoto ketika berkunjung di Banjarnegara.
Noor Tamami mengatakan, kegiatan ziarah ini merupakan bagian dari upaya merawat ingatan tentang perjuangan SI di Banjarnegara sehingga besar seperti sekarang.
"SI menjadi besar di Banjarnegara, dan bahkan mungkin yang terbesar di Indonesia, tentu karena perjuangan para tokoh SI di masa lampau. Maka tentu kewajiban kita untuk senantiasa ingat dan meneruskan perjuangan mereka," ujar Noor.
Simak Video Pilihan Ini:
SI dan Banjarnegara
Sementara itu Ketua Pimpinan Cabang SI Banjarnegara Mosobihin, puncak haul Tjokroaminoto akan dilaksanakan di Kecamatan Sigaluh, Rabu (20/3/2024).
"Nanti acaranya ada pembacaan biografi tokoh SI Banjarnegara, sarasehan, dan juga kilas sejarah HOS Tjokroaminoto. Semua itu tentu untuk mengingat jasa Yang Oetama, terutama bagi SI Banjarnegara. Juga untuk memupuk ingatan kader SI agar terus bangga dan bisa meneladani apa yang dilakukan oleh Tjokroaminoto," tandas Musobihin.
Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Komisariat Banjarnegara Heni Purwono mengungkapkan bahwa SI dan Tjokroaminoto tidak bisa dilepaskan dari masyarakat Banjarnegara.
"Catatan saya, paling tidak yang ada dokumennya, tiga kali Tjokroaminoto hadir di Banjarnegara. 28 Desember tahun 1913 untuk peresmian SI Banjarnegara, 1920 saat membantu warga SI yang menghadapi masalah hukum dan saat Kongres ke 20 SI," kata Heni.
"Saya rasa faktanya pasti beliau lebih dari tiga kali hadir di Banjarnegara. Itu menunjukkan jika Banjarnegara memang wilayah yang penting bagi pergerakan nasional ketika itu, dan termasuk Cabang SI yang paling awal berdiri. Dan akan sangat logis kalau kita kaitkan dengan adanya sarana transportasi kereta api SDS yang menghubungkan dengan Purwokerto dan juga keberadaan Soemitro Kolopaking Poerbonegoro, Bupati Banjarnegara yang sangat progresif dan pendukung pergerakan nasional," jelas Heni.
Dia bahkan mengusulkan agar di Banjarnegara ada pusat studi Syarikat Islam agar dapat dikaji keberadaan SI dari masa ke masa sebagai bahan pembelajaran generasi mendatang.
"Saya rasa SI adalah induk dari pergerakan nasional yang sampai saat ini masih eksis. Harus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi mendatang, agar spirit perjuangan Tjokroaminoto dan SI terus ada di Banjarnegara," tandasnya.
Penulis: Heni Purwono
Advertisement