Liputan6.com, New Delhi - Menurut sebuah laporan terbaru, 99 dari 100 kota yang dikategorikan memiliki polusi udara terburuk di dunia berada di Asia. Bahkan, 83 di antaranya berada di India dengan tingkat kualitas udara 10 kali lipat dari rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Penyebab utama dari fenomena ini adalah krisis iklim yang kemudian berdampak terhadap buruknya kualitas udara dan kesehatan masyarakat dunia.
Advertisement
Dilansir CNN, Rabu (20/3/2024), studi ini secara khusus mengamati materi partikulat halus, atau PM2.5, yang merupakan polutan terkecil namun juga paling berbahaya.
Hanya 9 persen dari lebih dari 7.800 kota yang dianalisis secara global mencatat kualitas udara yang memenuhi standar WHO, yang menyatakan bahwa rata-rata tingkat PM2.5 tahunan tidak boleh melebihi 5 mikrogram per meter kubik.
"Kami melihat bahwa polusi udara mempunyai dampak di setiap aspek kehidupan kita," kata CEO IQAir Global, Frank Hammes.
"Dan biasanya, di beberapa negara yang paling tercemar, hal ini akan mengurangi umur manusia antara tiga hingga enam tahun. Dan sebelumnya hal tersebut akan menyebabkan penderitaan bertahun-tahun yang sebenarnya dapat dicegah jika kualitas udara lebih baik," lanjut dia.
Saat dihirup, PM2.5 berpindah jauh ke dalam jaringan paru-paru dan dapat memasuki aliran darah. Penyakit ini berasal dari sumber-sumber seperti pembakaran bahan bakar fosil, badai debu dan kebakaran hutan, dan telah dikaitkan dengan asma, penyakit jantung dan paru-paru, kanker, dan penyakit pernafasan lainnya, serta gangguan kognitif pada anak-anak.
Kota-kota di India Paling Tercemar
Begusarai, sebuah kota berpenduduk setengah juta orang di negara bagian Bihar di India utara, merupakan kota paling tercemar di dunia tahun lalu dengan rata-rata konsentrasi PM2.5 tahunan sebesar 118,9. Angka ini 23 kali lipat lebih besar dari pedoman WHO.
Sementara itu, kota-kota lain seperti Guwahati, Assam, New Delhi dan Mullanpur turut mengikuti.
Laporan tersebut turut mengungkapkan bahwa di seluruh India, 1,3 miliar orang, atau 96 persen dari total populasi, hidup dengan kualitas udara tujuh kali lebih tinggi dari pedoman WHO.
Asia Tengah dan Selatan merupakan wilayah dengan kinerja terburuk secara global, dan merupakan rumah bagi empat negara dengan tingkat polusi paling tinggi tahun lalu: Bangladesh, Pakistan, India, dan Tajikistan.
Advertisement
Asia Selatan Patut Jadi Perhatian
Asia Selatan menjadi perhatian khusus, dengan 29 dari 30 kota paling tercemar di India, Pakistan, atau Bangladesh.
Laporan tersebut menempatkan pusat populasi utama di Lahore pada peringkat ke-5, New Delhi pada peringkat ke-6, dan Dhaka pada peringkat ke-24.
Hammes mengatakan bahwa perbaikan tingkat polusi yang signifikan di kawasan ini tidak mungkin terjadi tanpa "perubahan besar dalam infrastruktur energi dan praktik pertanian."
"Hal yang juga mengkhawatirkan di banyak belahan dunia adalah hal-hal yang menyebabkan polusi udara luar ruangan terkadang juga menyebabkan polusi udara dalam ruangan," tambahnya.
"Jadi memasak dengan bahan bakar kotor akan menghasilkan paparan di dalam ruangan yang jauh lebih besar daripada yang Anda lihat di luar ruangan."
Masalah Global
IQAir menemukan bahwa 92,5 persen dari 7.812 lokasi di 134 negara, wilayah, dan teritori yang menganalisis kualitas udara rata-rata tahun lalu melebihi pedoman PM2.5 dari WHO.
Hanya 10 negara dan wilayah yang memiliki kualitas udara "sehat" yakni: Finlandia, Estonia, Puerto Riko, Australia, Selandia Baru, Bermuda, Grenada, Islandia, Mauritius, dan Polinesia Prancis.
Ditambah lagi, jutaan orang meninggal setiap tahunnya karena masalah kesehatan yang berhubungan dengan polusi udara. Polusi udara dari bahan bakar fosil membunuh 5,1 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya.
Sementara itu, WHO mengatakan 6,7 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat gabungan dampak polusi udara lingkungan dan rumah tangga.
Advertisement